Tuesday, November 11, 2008

4 November 2008


Tanggal 4 November adalah hari yang bersejarah bagi rakyat Amerika Serikat. Di hari itu rakyat AS memberi hak suaranya untuk pemilihan presiden Amerika. mereka memilih antara pasangan Obama-Biden dari Partai Demokrat atau Mccain-Palin dari Partai Republik.

Sementara itu di belahan dunia lainnya yaitu tepatnya di propinsi Jawa Timur negri Indonesia juga berlangsung Pilkada putaran kedua. Calon yang dipilih tinggal dua pasang yaitu Karsa (Sukarwo-Saifullah Yusuf) dan Kaji (Khafifah dan Mujiono. Masing2 pasangan diusung oleh beberapa partai karena kita masih menganut multipartai sehingga tidak ada partai yang dominan.

Dua-duanya memilih tetapi dua-duanya sangat berbeda. Perbedaan ini terlihat mulai dari proses pencalonan, primary election, konvensi nasional, kampanye dan sampai pemungutan suara. Rakyat AS yang sudah maju memilih seperti pergi ke ATM semua serba komputer. Rakyatnya sudah tergantung dan percaya akan alat ini. Dalam waktu yang relatif singkat sudah diketahui siapa pemenangnya dan semua rakyat menerima hasil dengan lapang dada. Pendek kata pemilu di AS berjalan lancar dan sama - sama dewasa berdemokrasi.


"Obama menang!!" begitu headline dunia dunia pada hari itu. Mccain mantan capres yang selama kampanye selalu menjelek-jelakkan Obama tak kuasa membentung kehendak rakyat AS. Dengan jantan ia mengakui kekalahan dan memberi ucapan selamat kepada Obama. begitu juga George Bush sang presiden yang yang tidak separtai dengan Obama dan mau lengserpun memberi ucapan. Bahkan Bush menyilahkan Obama datang ke Gedung Putih secepat. Ucapan selamatpun mengalir dari para pemimpin dunia untuk seorang yang spektakuler ini. Kitapun tidak perlu malu memberi ucapan selamat kepada rakyat dan demokrasi AS. Sungguh AS menampilkan permainan yang cantik dalam berorganisasi. Pendapat ini semua terlepas dari kebijakan luar negeri mereka yang selalu merugikan dunia ketiga dan dunia Islam.

Mari kita lihat demokrasi di negeri ini. Para kandidat tidak pernah mau mengalah. Mereka mengklaim sebagai pemenang. Kalaupun kalah karena dicurangi dan sudah menyiapkan tim gugatan. Setiap pengumuman pemilu dari KPU selalu ada pengerahan masa yang cenderung anarkhis. Sungguh demokrasi yang amburadul dan berte- tele. Demokrasi yang selalu dimenangkan oleh para golput. Demokrasi biaya tinggi tapi tidak pernah memberi pelajaran untuk dewasa.

Seminggu berselang pemenang pilkada Jatim II diumumkan. "Karsa menang!" begitu judul berita di kompas online. Seperti yang bisa kita duga kubu Kaji tidak mau mengakui kalah apalagi memberi ucapan selamat. Pihak mereka malah bersiap mengunggat KPU dengan dalih versi mereka sendiri. Perjalanan panjang akan mereka tempu demi kekuasaan. Perjalanan yang sia-sia dari segi biaya dan waktu.

Dalam ingatan saya Bapak Andang Darajatun mantan cagub DKI yang diusung PKS dan kalah adalah pelopor demokrasi negeri ini. Beliau dengan santun dan jantan mengakui kalah dan memberi ucapan selamat kepada Fauzi Bowo, gubernur terpilih. Beliau sudah memberi pembelajaran etika berdemokrasi yang baik. Sayang yang lain tidak mau belajar bersikap legowo.
negeri ini memang aneh bin ajaib. Negeri yang menklaim agamis dan berbudaya tetapi kehilangan etika berdemokrasi. Lihatlah presiden dan mantan presiden negeri ini. Hampir semua di antara mereka tidak ada yang saling bertegur sapa. Mereka lengser karena digulingkan. Kalaupun kalah mereka malu menerima kekalahan. Kekalahan adalah noda dan noda adalah nista. Kita tentu rindu melihat pemandangan demokrasi di negeri ini di mana presiden berkuasa mengundang calon penggantinya ke Istana Merdeka. Akankah pemandangan ini hanya ada di AS seperti Bush yang menjamu Obama di White House. Sungguh pemandangan yang sejuk ketika Bush mengorentasi Obama dan Laura mengajak Michele keliling istana.

Entah sampai kapan negeriku belajar berdemokrasi dan siapa gurunya...........
Doha 11 Nov 08

No comments: