Friday, April 17, 2009

Tela Grezz



Resep tela Grezz


**Singkong dikupas dan cuci yang bersih.


**Rajang singkong dengan ketebalan yang rata , sebaiknya pakai mesin rajang yang sdh banyak **terdapat dipasaran supaya ketebalan rata.


**Rendam dengan larutan air kapur, sesuai keinginan supaya nggak mudah pecah2, kurang lebih semalam.


Kemudian air kapur dibuang dan dibilas bersih dan tiriskan.


Buat bumbu berupa bawang + garam dihaluskan dan campur dengan air secukupnya.


Action:
Siapkan 2 wajan yang satu dengan minyak yang gak terlalu panas (+/- 90 derajat C), yang satunya lagi minyak yg panas ( +/- 150 derajat C).


Goreng singkong yang sudah kering ke wajan pertama sampai terlihat pinggiran singkong sedikit mengembang.


Kemudian diangkat langsung dimasukkan wajan yang ke 2 yang panas. Aduk sampai semua singkok mengembang sempurna.


Kemudian siap diangkat dari penggorengan dan tiriskan.


Selamat mencoba.....

Tuesday, April 14, 2009

Sayur Merica Khas Kota Rembang



Sayur Merica Khas Kota Rembang


Bahan:

2 ekor ikan bandeng ukuran sedang, potong 3 bagian, bersihkan, kerat-kerat

2 bh mentimun, kupas, belah menjadi 2, potong-potong

750 ml air

2 lbr daun jeruk

2 lbr daun salam

3 cm lengkuas, memarkan


Haluskan:

4 bh bawang merah

2 siung bawang putih

4 bh cabai merah

5 bh cabai rawit

2 cm kencur

½ sdm lada

3 bh kemiri

1 sdt ketumbar

2 cm jahe

3 cm kunyit1 sdt garam


Cara membuat:

1. Didihkan air, masukkan semua bumbu halus, masak hingga mendidih, dan bumbu matang.

2. Masukkan ikan, masak sampai matang dan bumbu meresap.

3. Tambahkan mentimun, masak selama 3 menit.

4. Angkat, lalu hidangkan selagi hangat agar terasa lebih lezat.


Untuk 6 orang

Politisiana


POLITISIANA
**********************************************************************************

Gonjang-ganjing babak pencontrengan acalon anggota legistatif yang mudah-mudahan terhormat telah usai. Hanuwa (hati nurani wayang) telah disalurkan berdasarkan azas selera masing-masing telah menggambar sketsa kekuatan politisiana di negeri pewayangan. Apapun hasilnya wayang hanya ingin melihat negri ini menjadi negari yang tentrem ayem loh jinawi. Negeri yang serba cukup. Cukup makan, cukup sandang. Mau sekolah duitnya cukup, mau beli mobil mewah cukup juga, mau plesiran ke tempat yang terindah duitnya masih juga cukup. Semoga DPR mendatang tidak menjadi Dewan Paling Rakus. DPD bukan singkatan dari Dewan Penerima Duit.

Dari berbagai hasil quick count dari lembaga survey yang kredibel Partai Satrio Piningit berada di puncak tangga sedangkan Partai Ratu Adil dan Partai Pendekar Bugis saling berebut tempat kedua. Selanjutnya para pendekar sibuk berkoalisi mengumpulkan kekuatan tenaga dan uang demi pertandingan bergengsi yaitu memperebutkan presiden pewayangan pada bulan Juli nanti. Kasak - kusuk mereka mau menggugat hasil pemilu tahun ini. Kalau benar demikian maka wayang-wayang kecil akan tambah sengsara. Pertemuan 10 tokoh wayang di ruman Ratu Adil hasilnya sama saja. Ogah mengakui kalah. Guru Bangsa turun tangga dengan celana kolor menyerukan agar pemilu diulang.

Ada wacana membawa para cantrik KPU ke meja hijau. Dugaan kecurangan mulai dari amburadulnya DPT sampai kepada pelaksanaan pemilu yang paling kacau sepanjang sejarah negri pewayangan. Kertas koran banyak yang tertukar. Banyak daerah yang mengulang mencontreng. Carut marutnya penghitungan suara yang membingungkan. Mesin tabulasi macet .. cet. dana besar untuk beli mesinya Bill Gates sia-sia. Suara sumbang agar para cantrik KPU mundur sebelum pertarungan para jawara semakin santer. Alangkah bahagianya hati para cantrik karena banyak wayang yang legawa dengan hasil ini. Wayang tidak ingin politisiana bertele-tele agar gerbong kehidupan segera berjalan.

Tampaknya Satrio Piningit adem ayem karena posisinya cukup aman. Hangger Putri Ratu Adil sibuk mengumpulkan balatentara untuk mengatur strategi perang. Yang rajin mengunjungi adalah pensiunan para patih dan juga para kumbang politisiana. Partai Pendekar Bugis menghadapi masalah dalam negeri yang rumit. Masing - masing kubu saling mencakar, mendorong yang di kiri dan kanan. Mungkin ada wacana agar Pendekar Bugis merapat ke Satrio Piningit kembali. Maka pertemuan 40 menit di Cikeas adalah menjadi saksi.

Para petinggi partai di papan tengah bergaya jual mahal dan main gertak. Para partai gurem yang tidak dapat kursi membawa kursi plastik untuk dijajakan kepada partai yang mempunyai harapan. Caleg dari para pelakon sandiwara dan punakawan yang sering muncul di televisi menjadi besar kepala. Para wayang di negeri kadung gandrung sama sinetron, dangdut, kadung cintrong sama infotainment maka suara mereka mendulang tinggi. hak.......hak.....hik..hik akan mewarnai pentas senayan. Berita politisiana menjadi headline di mana-mana. Banyak wayang awam mendadak menjadi pengamat politisiana. Termasuk karya wayang yang anda baca ini atau diam-diam juga anda.

Wayang negeri ini patut bersyukur karena diberi kebebasan yang seluas-luasnya dalam berpolitisiana. Di hari hajatan seluruh negeri wayang diberi kebebasan untuk mencentang, mencontreng, men-tick-, menggaris, menyilang, mencoblos, menolak daftar, menggambar palu arit, melihat-lihat terus melipatnya lagi atau bahkan (maaf) meludahi kertas suara. Wayang diberi kebebasan untuk menilai politik dari kacamata hitam maupun putih. Yang memakai kaca mata hitam melihat politik itu kotor sehingga harus dijauhi. Yang memakai kaca mata putih melihat politik itu bisa membawa jiwa ke surga nirwana. Yang tidak memakai kaca mata melihat politisiana sebagai tak mampu mengartikan lebih dari sebuah pesta lima tahunan.

Ada wayang yang begitu antusias jika namanya dan keluarganya tidak tercantum di DPT akan aktif bertanya. Tidak sedikit yang acuh tak acuh alias cuek bebek. Ada rakyat yang sombong lantang berkata "hai penguasa makanlah itu politik, jangankan politik, pemilu, dpr atau presiden bahkan negarapun saya tidak butuh”. Ada pula rakyat yang bilang "kalau bukan demi nasib emak, bapak, saudara, teman, tetangga dan nasib anak-cucu yang masih belum jelas rumah masa depannya, maka tak sudah aku melibatkan diri. Saking bebasnya maka rakyat juga dibebaskan atas SPP (sumbangan partisipasi pemilu) .

Kekalahan Ratu Adil kali ini sangat menyakitkan. Sebagai oposisi Ratu Adil tidak pernah mau belajar santun dalam berpolitik. Dia sering menghajar satrio Piningit dengan kata-kata kasar. Kemudian dia menarik lagi dan begitu dinamikanya. Seandainya dia mau belajar peristiwa masa lalu maka hasilnya akan lain. Sepuluh tahun yang lalu ada tokoh bernama Angin Reformasi. Awalnya tokoh ini dipuji-puji sebagai pahlawan. Rupanya sang tokoh kurang bisa menjaga citra yang susah payah ia bangun. Tindakannya dinilai tidak konsisten dengan menodai demokrasi. Ia berpat-gulipat membentuk aliansi poros tengah dengan memilih Pendekar Mabuk menjadi presiden pewayangan. Belum lagi kata-katanya sangat pedas dalam tatanan adat ketimuran kepada Eyang Kakung yang saat itu sudah tua, lemah dan powerless. Apa yang didapat kemudian, para wayang berbalik mencela dan menarik dukungan. Iapun kalah di pertarungan para jawara di ronde pertama lima tahun yang lalu.

Kisah Satrio Piningit lain lagi. Dia faham betul adat sopan santun di mata rakyat. Maklum pengalamannya di teritorial sangat membantunya. Langkahnya penuh perhitungan dan strategi militer juga digunakan. Perawakanya mempesona karena selain dikarunia postur tubuh seperti Sri Rama ia juga rupawan di mata ibu-ibu. Santun dalam bertutur kata, menyejukan hati, jauh dari hujatan dan makian kepada lawan. Pendek kata senyum dan tutur katanya mampu menutupi prestasi yang sebenarnya biasa-biasa saja. Ia menang memperebutkan hati wayang dan kini dengan pede dia melenggang ke arena pertarungan selanjutnya.

Kekalahan Pendekar Bugis karena beringin tempat dia bernaung daunya semakin hari semakin mengering. Tanahnya sudah tandus meski pupuk sepabrik ditaburkan. Alam menghendaki beringin mati secara pelan-pelan karena dosa-dosa masa lalu. Dosa itu kini menjadi beban. Kiranya darah Bugis adalah jiwa yang jujur, ksatria dan pantang menyerah. Dia akan siap menghadapi pengadilan wayang beringin.

Pentas politisiana tetap akan dimainkan dengan anda atau tanpa anda. Tembang -tembang Macapat Megatruh Kematian mengiringi partai-partai gurem ke alam kubur. Tembang-tembang Macapat Mijil Kelahiran partai-partai baru masih akan terus nyaring dinyanyikan. Wayang boleh menontonya ogah-ogahan. Boleh juga menonton sambil makan camilan dan bersenda gurau. Boleh juga sampai mata melotot penuh. Menonton sambil tidur juga terserah dengan harapan pentasnya berhenti sendiri. Bagi penguasa yang penting semua wayang harus membayar karcis pertunjukan. Karcis yang mahal karena harus ditanggung sampai turun temurun. Selamat berjuang para pendekar, siapkan jurus-jurusmu ke medan laga. Selamat tidur wayang. Biarkan kami bermimpi di seberang sana. Tersenyum sejenak karena musim bonus telah tiba..................

Doha, 14-04-09


http:// alabuga.blogspot.com

Sunday, April 12, 2009

Merangkai Keindahan


Merangkai Keindahan

Tidak ada yang menyangkal akan keindahan dan keharuman bunga. Begitu juga siapa yang bisa menafikan kehadiran bunga dalam keadaan suka cita maupun duka lara. Pendek kata bunga adalah sebuah pembelajaran untuk selalu menjadi sahabat penyebar keharuman dan keindahan dalam keadaan hati riang gembira maupun gunda gulana.

Manusia rupanya tidak rela membiarkan bunga menebar keindahan dan keharumannya sendiri-sendiri. Manusia ingin menyatukan bunga yang individualis ke dalam kelompok sosial. Mata kita sejuka di kala melihat sebuah taman yang indah ditumbuhi aneka bunga yang berwarna warni. Dari situlah terpencar indahnya kebersaaman. Pancaran keharuman kebersamaan semakin kuat dibandingan dengan berjalan sendiri-sendiri. Bagaimana dengan bunga-bunga yang sudah tercabut dari akarnya? Di sinilah disiplin ilmu seni merangkai bunga atau dekorasi menjadi pekerjaan tersendiri. Berbagai jenis dan warna bunga dipadu ke dalam sebentuk wadah keindahan yang memancarkan kuat aroma keharuman. Paduan bunga yang cantik berwarna - warni lalu dipermanis dengan ornamen-ornamen kecil. Beragam warna dan ukuran daun segar maupun kering, ranting -ranting kecil, kertas dan bahan-bahan lainnya menjadi pilihan. Seni ini tak ubahnya alam merangkai aneka warna dan menghadirkan kembali sebentuk pelangi keindahan kepada setiap jiwa yang memandang.

Seni merangkai bunga entah sejak kapan mulai dikenal pada peradaban manusia. Di sekolah - sekolah diajarkan ketrampilan merangkai bunga bagi murid - murid perempuan. Ibu-ibu anggota PKK juga bersenang hati mengikuti kursus merangkai bunga. Aktifitas ini bukan hanya dimaksudkan untuk memperindah kehidupan tetapi jika ditekuni bukan mustahil akan menjadi sumber keuangan keluarga. Dewasa ini banyak sekali kita jumpai toko - toko bunga atau yang dikenal dengan nama florist menjamur di kota-kota besar.

Merangkai bunga pada hakikatnya sama dengan menulis. Seorang perangkai bunga bukanlah pencipta ataupun pemilik bunga dan ornamen-ornamen yang menghiasinya. Dia hanya merangkai bunga yang sudah ada dengan seutas tali. Di tangan sang perangkailah bunga yang kurang indah akan menjadi indah dan bunga yang indah akan semakin indah. Keindahan bunga-bunga itu semakin mempesona dengan balutan ornamen-ornamen yang mendukungnya. Begitu juga dengan seorang penulis, dia bukanlah pencipta atau pemilik kata-kata yang ada. Dia hanya merangkai kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang mempunyai makna. Dia akan memilih kata demi kata untuk disandingkan dengan kata - kata yang tepat. Kata-kata yang dia dipilih lalu dipercantik atau diperhalus dengan ornamen - ornamen seperti kata sandang, kata keterangan serta memperhatikan kaidah-kaidah penulisan. Maka hasilnya bukan hanya pesan yang sampai kepada pembaca namun juga keindahan dan keharuman sebuah karya tulis yang mampu membawa pembaca hanyut ke jalan pikiran sang penulis.

Bunga yang terangkai ada yang sederhana seperti untuk acara-acara yang sifatnya tidak resmi. Ada juga rangkaian yang lebih sempurna seperti yang kita lihat pada kiriman bunga pada peresmian perusahaan atau kantor baru maupun karangan bunga kematian. Menulis juga demikian ada yang sesederhana puisi, surat cinta, artikel ringan, cerita pendek sampai kepada buku-buku ilmiah yang berhalaman ribuan jumlahnya.

Namun rangkaian bunga tidak sama dengan rangkaian kata. Rangkaian kata-kata bisa mempunyai masa dan arti yang lebih daripada rangkaian bunga. Bunga-bunga akan layu keindahannya dalam hitungan hari. Keharumannya akan memudar dalam dalam beberapa saat. Sebuah karya tulis akan selalu hadir sepanjang masa kalau tidak bisa dibilang abadi. Karena keabadian hanya milik Yang Satu. Dalam kehidupan ini banyak masyarakat yang tidak pernah melihat sosok tokoh agama, ilmuwan, sastrawan, pujangga dan sejenisnya yang hidup pada abad - abad yang lalu. Namun dengan karya tulisnya mereka telah mencerahkan kehidupan masyarakat masa kini. Sang tokoh seolah-olah hadir dalam kehidupan karena pengaruh yang kuat dalam tulisannya. Sedikit di antara kita yang pernah melihat sosok Buya Hamka, Choiril Anwar, ataupun Khalil Gibran. Kita mengenal mereka dari apa yang mereka tulis. Kita mengagumi mereka dari hasil karyanya. Orang - orang tidak pernah berhenti membedah atau mengulas pemikiran sang tokoh lewat diskusi dan seminar hasil karya mereka.

Allah SWT menciptakan alam semesta begitu luas dan tak berbatas. Mustahil ada manusia menjelajahinya setapak demi setapak alam semesta ini. Tulisan para petualang seolah-olah mampu membawa manusia menikmati keindahan pemandangan negara tropis sampai liarnya bumi Afrika. Tulisan bisa mengajak manusia menyusuri daratan kota Mumbai sampai ke sebuah desa dingin terpencil di Pakistan. Para petualang di puncak Mount Everest dan daerah kutub mampu menyebarkan hawa dingin ke daerah tropis bahkan padang pasir lewat tulisannya. Tulisan pula yang membawa manusia berenang ke dasar samudra hingga terbang tinggi ke angkasa luar. Pendek kata melalui karya tulis dunia yang luas ini seolah-olah dalam genggaman.

Agama yang saya yakini mengajarkan setiap anak manusia yang mati maka segala amalannya akan terputus kecuali tiga perkara. Tiga perkara itu adalah doa anak yang saleh, harta yang disedekahkan, dan ilmu yang diajarkan kepada sesama. Mari berhitung matematika dengan logika yang paling sederhana. Doa dari anak sholeh tentu ada batasnya karena si anak juga akan menemui kematian. Harta yang kita sedekahkan logikanya juga ada masa habisnya seperti rusaknya barang atau robohnya bangunan dsb. Pernahkah kita membayangkan amal kebaikan seorang penulis yang karyanya memberi kebaikan selama berabad-abad dan sepertinya tidak berujung?. Barangkali inilah jawaban kenapa ulama-ulama besar meninggalkan karya tulis yang besar pula. Ini hanya logika manusia yang sangat terbatas dan sangat mungkin logika Tuhan berbeda. Wallahu'alam bi shawab.

Kekuatan pena juga sudah diyakini lebih dasyat daripada senjata modern sekalipun. Siapa yang tidak mengenal kegagahan Napoleon Bonaparte panglima perang Perancis yang terkenal di awal abad ke-19. Dalam satu pidatonya di depan prajuritnya dia mengatakan lebih takut kepada 'pena' daripada senjata musuh. Seorang ulama yang menulis buku lebih disegani daripada ratusan pasukan jihad. Banyak tokoh pejuang kemerdekaan yang dibuang dan dipenjarakan oleh Belanda. Para tokoh ini mampu menggerakkan gelora perjuangan dengan goresan pena dari bilik penjara. Di jaman Sukarno dan Suharto berkuasa di negeri ini sangat takut pada tulisan. Maka di era tersebut banyak tulisan, buku, majalah, koran yang "dibredel" apabila membahayakan "negara" dan posisinya. Pemilu legislatif beberapa hari yang lalu suara PDIP anjlok diduga karena adanya akun "Say No To Mega" pada situs Facebook. Demikian sebaliknya suara Partai Demokrat meningkat karena pengagum SBY membuka akun "Say Yes To SBY" di situs sosial yang sama. Meski kebenaran dugaan tersebut masih diragukan namun tulisan tentang image seseorang pasti ada pengaruhnya dengan partai politik yang identik dengan orang tersebut. Masih banyak contoh lagi sebuah pena yang bisa menggerakkan pasukan lebih dasyat daripada tentara perang.

Pada jaman sebelum ada layanan SMS dan internet pertemanan anak manusia di dunia ini dihubungkan dengan istilah sahabat pena. Mereka saling berkunjung ke sanak kerabat dan menyapa teman - teman melalui sebuah tulisan. Entah berapa juta pasangan di dunia ini yang dijodohkan melalui sebuah goresan pena. Perasaan rindu, cinta, marah, dendam berbaur dalam sebuah tulisan. Maka tidak heran pada masanya ada seorang penyanyi 'Boy Sandy' menanti kedatangan sahabat penanya dalam lagu 'Sahabat Pena'. Ia menjadi begitu terkenal dan dalam sekejap menjelma bak seorang pujangga bagi remaja -remaja putri di masanya.

Di jaman yang serba teknologi ini kehidupan manusia menjadi semakin mudah. Demikian juga dengan hadirnya teknologi internet di tengah-tengah kita. Menulis menjadi sangat mudah dan murah. Sumber kata- kata terbentang luas di jagad maya. Kemudahan ini pula yang mendorong banyaknya penulis-penulis mengisi kolom-kolom media maupun blog pribadi. Ketika tombol posting di klik maka saat itu pula seluruh dunia ikut membacanya. Di jaman ini pula telah melahirkan istilah penulis 'copy paste', pujangga "copy paste" atau penyair "copy paste". "Copy paste" bisa hanya ide ataupun seluruh karya penulisan. Agaknya gelar "copy paste" masih lebih baik daripada tidak sama sekali. Hanya satu yang harus kita ingat bahwa hak intelektual seseorang juga harus kita hormati. Ini bisa dengan cara kita menyebutkan siapa dan dari mana sumber tulisan itu kita dapatkan.

Namun dengan segala kelebihannya di atas tulisan juga bisa menjadi sumber malapetaka. Ia bisa menjadi bumerang bagi sang penulis. Kita masih ingat kisah seorang penulis novel yang menjelekkan kelompok tertentu dan jiwanya terancam. Kebebasannya terpasung oleh tulisannya sendiri. Tidak sedikit karya tulis sebagai pemicu kemarahan massa dan perbuatan anarkhis. Banyak penguasa di muka bumi ini yang tidak segan-segan memenjarakan bahkan memancung kepala penulis yang dianggapnya melakukan tindakan subversif. Komentar-komentar miring yang berbau SARA membuat kuping panas dan muka merah pada pembacanya. Banyak tulisan yang hanya bertujuan memporakporandakan tatanan kehidupan masyarakat yang damai. Tulisan juga bisa memberikan pengaruh negatif kepada pembacanya. Tulisan - tulisan cerita dewasa mampu mengajak alam pikiran manusia terbelenggu dan terkontaminasi. Ia mampu membuat otot- otot dan syaraf menjadi tegang lalu menerbangkan khayalan ke alam nirwana dan memetik kepuasan yang menipu. Di sinilah diperlukan pilihan bijak yang sepadan dengan tingkat kebutuhan dan pemahaman pembaca.

Hati seorang kekasih bisa hancur berkeping-keping manakala menerima tulisan sebentuk undangan pernikahan pujaan hatinya. Kegalauan ini terekam jelas pada lagu lawas yang kembali dipopulerkan oleh si mungil Yuni Shara. " Sunyi sepi sendiri, sejak kau tinggal pergi............." demikian rangkaian lagu itu dimulai. Perang Baratayudha dalam rumah tangga bisa saja terjadi ketika tulisan ungkapan cinta dari selingkuhan terbaca oleh pacar, tunangan, istri atau suami yang sah. Kisah perang inipun dipopulerkan oleh Ria Amalia dalam sebuah lagu dangdut yang berjudul "SMS". Meski ditengarai lagu ini adalah hasil jiplakan lagu "Andaas" yang pernah populer di India pada era 70-an toh tetap saja saudara Yoppi Latul harus repot - repot memberi pertanggungjawaban. Tentu saja berbentuk dalam lagu "Jawaban SMS". Di lagu itu pula Yoppi Latul merengek-rengek minta HPnya dikembalikan. "Bang sms siapa ini bang.......". "Orang salah kirim tuh....... orang iseng - iseng tuh.....kumohon padamu kembalikan HPku."

Mudah-mudahan tulisan ini bukan salah tulis atau salah kirim. Penulis bukanlah gudang kata namun hanya sang perangkai kata.

Doha 13-04-2009



ILTA CUP March 20, 2009


Masih adakah kereta ke Jawa?

Masih adakah kereta ke Jawa?

Sore itu pesawat Singapore Airline dengan nomor penerbangan SQ 178 mendarat di bandara Ho Chi Minh City, Vietnam. Setelah menyelesaikan urusan imigrasi maka semua kru dijemput dengan mobil perusahaan menuju pangkalan feri menuju Vung Tau. Dari bandara menuju pangkalan feri melewati kota Ho Chi mInh yang dulu dikenal dengan nama Saigon. Masih terasa bangunan-bangunan tua peninggalan penjajahan Perancis. Masih jelas jejak-jejak sisa perang Vietnam peninggalan Amerika. Di kota yang sepeda motor menjadi alat transportasi utama ini mulai tampak geliat ekonomi setelah negara Vietnam membuka diri dari kungkungan faham ekonomi komunisme.

Feri cepat dari Ho Chi Minh menuju Vung Tau membelah sungai Saigon. Sungai ini sangat terkenal dengan lobsternya. Nama sungai inipun meroket di film-film perang antara Amerika-Vietnam. Di dalam feri yang memungut ongkos $10 ini tampak bersih dan bertempat duduk kelas bisnis. Sepanjang perjalanan hanya ditemui kapal-besar yang berlabuh, nelayan dan gubuk-gubuk miskin di pinggiran sungai.

Kurang dari dua jam feri sudah merapat di dermaga kecil di di Vung Tau dan mobil perusahaan sudah menunggu kedatangan kami. Mobil segera membawa kami check-ini ke sebuah hotel di pinggiran pantai kota Vung Tau. Kota ini adalah kota minyak seperti halnya Balikpapan di Indonesia. Di kota jika siang penuh dengan pengemis lalu lalang dan jika malam menjelang banyak gadis-gadis belia dengan dandanan sedikit menor menjajakan 'jasa' hanya dengan imbalan 20 dollar Obama. Cafe dan Pub bertebaran se antero kota kecil ini. dan kehidupan malam menandai kota modern bergema sampai dini hari.

Rombongan kami memesan dinner yang terlezat malam plus dengan minuman berakhohol sebagai penghangat. Tak lama kemudian sang manager yang kebetulan berwarga Indonesia datang dan ikut menemani malam malam. Tak lama setelah selesai makan sang manager mengajak kami ke sebuah cafe dan seperti biasa setiap individu bebas menentukan pilihan masing-masing. Mulai dari memesan minuman sampai aktifitas yang tidak layak disuarakan. Seorang gadis yang dari mulutnya tercium bau alkhohol duduk merapat ke arahku. "Dari Indonesia ya..?" sapa gadis belia itu kepadaku. "Iya" jawabku. lalu dia menceritakan masa kecilnya yang dia lalui di penampungan pengungsi manusia perahu di pulau Galang. Ingatanku kembali kepada berita sekelompok manusia perahu yang terdampar di Pulau Galang di wilayah kepulauan Riau. Hingga saat ini perahu dan jejak rekam kehidupan mereka masih terjaga rapi di pulau kecil itu. Setelah perang Amerika - Vietnam usai banyak eksodus warga Vietnam Selatan ke berbagai penjuru dunia. Yang beruntung bisa berlayar ke Amerika, Australia, Vietnam. Yang meninggal dalam pelayaran tak terhitung jumlahnya.

Malampun berganti dan dini hari pun menjelang. Kami bergegas pergi meninggalkan bar dan mencoba untuk memejamkan mata untuk sekedarnya. Entah berapa saat terpejam kami harus bangun dan bersiap menuju helipad. Di helipad kami bertemu dengan seorang perempuan lokal separuh baya. Kuketahui dia bekerja di perusahaan bagian administrasi dan bertugas membagikan tiket dan menyimpan paspor-paspor kami. Meski mata masih susah dibuka sepenuhnya namun terlihat jelas bayang tubuhnya yang bersih dibalut baju tradisonal dan senyumnya yang ramah. Tiba waktunya kru harus meninggalkan kesenangan sesaat menuju tempat kerja di tengah laut.

Lima minggu berlalu hingga hari pergantian atau 'crew change' tiba. Di hari itu akan menghadirkan dua sisi yang saling berlawanan. Ia bagaikan pedang yang bermata dua. Hari itu menjadi begitu indah bagi 'crew' yang meninggalkan tempat kerja dan segera bertemu dengan orang-orang yang paling dicintainya. Sedangkan bagi 'crew' pengganti hari itu adalah awal dari sebuah perjalanan panjang dan akrab dengan besi dan besi. Siklus lima mingguan ini akan menjadi rutinitas para pekerja di remote area seperti platform minyak, pengeboran dan sektor pertambangan. Siklus ini juga selalu mendatangi para TKI / perantau meski masanya yang berbeda. Hari yang berbunga-bunga adalah saat menaiki pesawat menuju tanah air untuk cuti / liburan. dan hari bermuram durja adalah ketika menyadari bahwa masa cuti / liburan sudah di ambang senja. Ini semua dinamika hidup di mana suka dan duka akan setia menghampiri dalam kehidupan.

Dari kejauhan terlihat seekor capung terbang membela birunya angkasa. Makin lama capung itu semakin besar dan suaranya memekakkan telinga. Ia menjelma menjadi burung besi yang menyerupai capung. Detik-detik penantian akhirnya tiba juga. Copper M-12 mendarat dengan mulus di helipad Rig Trident. Wajah-wajah lusuh dan murung seperti kurang tidur menuruni tangga helicopter disambut dengan wajah - wajah suka cita.

Beberapa saat kemudian helicopter terbang membawa sekumpulan wajah suka cita ke sebuah daratan. Sudah bisa dipastikan di daratan wajah-wajah ini akan berpesta pora dengan menyantap hidangan makan siang yang terlezat di negeri ini. Setelah makan siang tidak jarang dijamukan wine baik merah maupun putih. Dari sebuah sudut ruangan sayup-sayup terdengar suara merdu Meggy Z melantunkan lagu "Anggur merah yang slalu memabukkan diri kuanggap belum seberapa.. (jedah sebentar) lalu.....dasyatnya. Bila dibandingkan dengan senyumanmu membuat aku....................... teganya-teganya (entah berapa kali?)". Seseorang sekali-kali menggoyangkan pinggul sambil menirukan gerakan Tika Panggabean "Project Pop" dalam lagu "Ayo goyang duyu. .......hilangkanlah dukamu........ Ayo goyang duyu......... Ayo goyang duyu........"

Sambil menunggu jam keberangkatan kami menyisir pasar untuk sekedar membeli oleh-oleh buat orang tercinta yang sudah merindukan kedatangan kami. Saat - saat seperti ini adalah keindahan yang yang mampu menghilangkan segala duka yang terlampaui. Di hari ini terbentang asa untuk menebar kebahagiaan dengan orang-orang yang dicintai yang setelah sekian lama ditinggalkan. Dengan membayangkan senyum terkulum dari seberang sana maka mulai pakaian hingga makananpun dipilih dan dibungkus rapi untuk dipersembahkan kepada yang tercinta.

Jam terus berputar hingga sebuah mobil siap mengantar kembali ke bandara International. Mimpi indah bersama bidadari dan pramugari terangkai selama dalam penerbangan. Dalam hati seseorang harus siap menghadapi kenyataan bahwa apa yang baru saja dilaluinya bagaikan di dunia maya. Kini ia harus siap menapaki kehidupan yang sebenarnya. Jangan pernah membayangkan setelah pesawat mendarat ada sebuah mobil yang menjemput. Jangan pula dibayangkan ada jamuan makan malam dengan wine seperti di negeri seberang. "Aku harus sabar dan tabah menjalani episode kehidupan yang akan datang. Bukankah ketika aku kecil dulu diajarkan bahwa hidup adalah seperti putaran roda. Terkadang ia di atas terkadang ia di bawah". Bisik seorang pekerja kontrak.

Di Singapore kami berpisah. Ada kru yang terbang ke Amerika dan Eropa. Ada yang ke Goa melalui Mumbai dan ada pula yang ke Serawak, Malaysia. Tentu saja aku memilih pesawat yang ke Jakarta. Pesawat Singapore Airline telah mendarat di bandara International Jakarta. Di bandara yang dikesankan gelap ini harus berhati-hati dengan praktik yang tidak terpuji. Kulihat seorang bule sedang digiring ke sebuah bilik. Tak lama kemudian seorang yang sepertinya TKI juga dituntun menuju bilik di sebelahnya. Entah ada urusan apa dengan mereka. Mudah-mudahan bukan sekedar alasan yang dicari-cari. Alasan yang minta uang sebagai penyelesain terakhir. Ya terkadang anak negeri ini merasa asing di negerinya sendiri.

Setelah melihat jam di tanganku dalam hati berpikir sejenak "Masih adakah kereta ke Jawa?". Menyebut kata Jawa di kota Jakarta adalah identik dengan daerah Jawa Tengah atau Jawa Timur. Entah mengapa orang-orang Jakarta enggan disebut kalau mereka juga berdiam di Jawa. Meskipun kenyataannya dalam peta Indonesia mereka ini juga bertempat tinggal di pulau Jawa. Aneh kedengarannya tapi itulah kenyataan hidup sehari-hari. Hidup terkadang tidak harus seperti dalam tumpukan text book. Makna kata tidak harus dikembalikan kepada kamus - kamus tebal. Meski harus disadari apa yang dianut dan diyakini masyarakat umum tidak selalu benar. Di sinilah hidup seperti air perlu juga dianut. "Hiduplah mengalir seperti air" adalah sebuah jawaban daripada sibuk beragumentasi atau perang kata - kata.

Bis Patas Jakarta Bandara - Gambir membawaku keluar dari bandara termegah di nusantara itu. Setelah sampai di Gambir aku bisa melanjutkan perjalan ke stasiun Pasar Senen dengan bajaj ataupun Metromini No. 77. Ini sudah menjadi ritual bertahun-tahun lamanya. Di stasiun pasar Senen hanya untuk kereta kelas ekonomi. Calon penumpang dipadati oleh kelas golongan menengah ke bawah. Di sini calon penumpang harus berbagi tempat dengan gelandangan, pedagang asongan, pengamen dan pengemis. Kelas masyarakat yang hanya diambil simpatinya ketika menjelang pemilu. Setelah itu kehidupan mereka tidak beranjak dari kemiskinan. Sengaja aku memilih kereta ekonomi ini karena disamping murah juga berhenti di stasiun dekat tempat tinggalku.

Kereta segera membawaku ke Jawa. Penumpang berjubel dan berbagi peluh dengan pedagang asongan dan pengamen sepanjang perjalanan. Sudah lama aku berakrab ria dan menikmati keadaan seperti apa adanya. Aroma bau yang ditebarkan di dalam ini terkadang membuat otak kehilangan oksigen sejenak. Dari stasiun Pegaden sekelompok pengamen naik ke gerbong. Dengan cepat mereka memasang alat musik dan memainkannya. Isi lagu yang berisi nasehat tentang siksa kubur setelah kematian masih mampu menarik tangan dan pinggul penyanyinya ikut bergoyang. Itulah kehidupan orang - orang pinggiran. Mereka menikmati hidup dengan cara dan dunianya sendiri. Ya musik inilah yang menyelamatkan sebagian besar penduduk negri dari depresi berat akibat himpitan hidup. Pada lagu kedua seseorang berjalan dari penumpang ke penumpang mengarap uang recehan. Kalau tidak ada recehan uang gedean boleh juga begitu batinnya. Tidak sedikit penumpang memberi rokok dan makanan.

Saya hanya berandai-andai kalau ada calon presiden negeri ini kampanye di kereta rakyat ini pasti akan mendulang suara. Misalnya dia akan naik kereta jelata ini dari Jkarta menuju Surabaya. Sepanjang perjalanan akan dia dapati keadaan rakyat yang akan dipimpin dalam keadaan yang sebenarnya. Polos kehidupannya tanpa polesan bedak kemunafikan. Jika melibatkan media meliput pengembaraannya bersalam kaum jelata besoknya akan menjadi healines surat kabar nasional dan berita - berita di televisi. Entah kenapa samopai saat ini para tim sukses tidak melirik ide gila ini. Barangkali dari segi keamanan yang membuat mereka pada ngeri.

Sepur tetap berjalan melintasi Cirebon, Brebes, Tegal dan setelahnya. Saya terlelap tang ada bidadari hadir dalam mimpi. Hanya wajah - wajah polos, penuh penderitaan melintas dalam benak. Di stasiun Babat kereta berhenti. Segera akau meloncat dan kabur dari petugas yang merazia karcis. Sebelum melanjutkan perjalanan saya mapir dulu di warung pojok. pecel sebagai sarapan pagi ketika roda kehidupan berada di bawah.

Setelah cukup kenyang maka perjalanan harus dilanjutkan. Ojek berhenti persis di depan rumah saya. Filosofi bisnis tukang ojek adalah costumer oriented. Dia selalu menomorsatukan konsumen atau penumpang. Konsumen ojek tidak perlu berjalan jauh ke halte pemberhentian atau terminal. Penumpang juga tidak perlu antri untuk check-in. Tukang ojek akan setia menjemput dan menurunkan di mana saja atas permintaan penumpang. Dalam ilmu marketing modern perusahaan selalu dianjurkan untuk menjaga costumer satisfaction. Ilmu marketing modern rupanya meniru gaya marketing tukang ojek.

Sampai di rumah anak istri menyambut dengan suka cita. Setelah berkangen-kangenan sejenak kuberi anak-anak uang untuk membeli jajan sampai ke kampung sebelah. kemudian aku menjalani kehidupan seperti air mengalir. Yesterday it was a dream, today is a gift that's why called a present.

Doha, April 2009.

Apa kata dunia! (Gunung, danau, rumah kecil dan keindahan)



Senja itu tak pernah kulupa
.............................................
ketika mentari merah mewarnai alam
di sanalah lalu hatiku terlena
........
Mentaripun turut tersenyum
Di kala engkau lemparkan senyummu padaku
Adakah rasa rindu di balik tirai hatimu
Pintu hatiku terbuka untukmu
.......
Reff;
Masih ingatkah dikau
di kala mentari mulai menepi
Di hamparan rumput yang luas menghijau
Kau genggam erat tanganku kupeluk .......dirimu

******
Ketika memandang hamparan rumput taman yang menghijau di belakang Hyatt Plaza entah mengapa aku mencoba merangkai lirik lagu cinta picisan yang populer di era 80-an seperti di atas. Entah siapa yang mempopulerkan lagu tersebut yang pasti lagu tersebut selalu menjadi lagu wajib dalam acara "LKCH" Lagu Kenangan Curahan Hati. Acara ini disiarkan setiap menjelang tidur dari sebuah stasiun radio swasta di kota Surabaya. Di acara yang mengandung unsur cengeng itu mamapu mengaduk-aduk perasaan remaja yang beranjak kasmaran maupun yang sudah berkali-kali dikhianati cinta. Tak ayal lagi acara tersebut menjadi acara favorit kaum muda-muda pada saat itu. Biasanya kami di asrama mendengarkan acara itu bersama-sama sambil bermain kartu dan minum kopi. Ketika acara sudah selesai dan perut terasa lapar kami bergerilya di dapur asrama minta bumbu pada bibi untuk membuat nasi goreng.

Kucoba membisikkan lagu mesra ini pada istriku. Saya sendiri tidak peduli istriku pernah mendengar lagu ini atau tidak. Dia hanya tersenyum dibakar asmara puber kedua. Tidak demikian dengan lagu itu di telinga anak-anakku. Kedengarannya aneh karena anak-anak lebih mengenal lagu-lagu Avril, Rihanna, Nidji yang beraliran mulai hip hop sampai kepiawaian musisi ber-beat box. Lagu yang begitu populer puluhan tahun silam menjadi lagu yang harus dimuseumkan bagi anak-anak sekarang.

Hamparan rumput yang luas dan menghijau itu menyihir kota padang pasir menjadi padang rumput. Di antaranya tumbuh pepohonan tempat para keluarga bernaung dari sengatan matahari. Ini adalah tempat yang indah bagi warga Qatar menghabiskan akhir pekan atau masa liburan anaka-anak sekolah. Di sisi taman ada gundukan tanah yang menyerupai gunung kecil. Di gunung itu pula nampak menghijau layaknya pegunungan tropis. Ada jalan melingkar menuju bukit yang tak berbunga itu. Bagaikan oase di padang pasir tempat ini sangat menyejukan dan berbagi keindahan. Tempat ini juga setidaknya memalingkan wajah kita dari tembok-tembok kamar perumahan maupun flat yang kita huni.

Di tengah - tengah taman itu ada sebuah danau buatan yang airnya bening membiru. Anak-anak bebek berenang keriangan ke sana - ke mari. Di sisinya terdapat pahatan keindahan dan air mengalir di antaranya. Di sisi ujung ada air mancur yang melengkung menaungi dan memberi kesejukan kepada setiap pengunjung yang lewat di bawahnya. Ada jembatan yang melintasi danau. Jembatan ini menghubungkan satu hamparan dan hamparan lainnya. Di seberang jalan tepian danau ada rumah mungil dari gelondongan kayu yang artistik. Arsitektur rumah ini mengingatkan kekayaan kayu bumi katulistiwa.

Melihat pemandangan inipun saya dibawa masuk ke lorong waktu dan menelusuri puluhan tahun yang silam. Masih ingat dalam ingatanku di masa sekolah SD dulu. Pelajaran menggambar bukanlah pelajaran favoritku. Jika ada tugas menggambar maka pilihanku selalu jatuh pada gambar gunung, ada danau di bawahnya. Saya senang menggambar gubuk yang sederhana di tepi danau. Tiga pilar utama yaitu gunung, danau, dan gubuk sepertinya sudah menjadi menu wajib menggambar saya. Untuk mempercantik tinggal menambahkan burung, matahari, awan ataupun pepohonan. Setelah sekian tahun gambar tersebut juga menjadi favorit keempat anak-anakku. Jika ada tugas menggambar dari sekolah mereka tidak beranjak jauh dari karyaku. Entah ini suatu kebetulan atau atas kebenaran dari pepatah 'buah jatuh tidak jatuh dari pohonnya'.

Pembuatan danau di padang pasir seperti Qatar ini tentu memakan biaya yang tidak sedikit jumlahnya. Fenomena ini kontras dengan banyaknya danau-danau alami di Indonesia yang tidak terawat. Kalau danau di sini sumber kesejukan tidak demikian dengan danau di tanah air. Mitos masyarakat kita banyak mengaitkan kisah danau - danau di Indonesia dengan keangkeran dan sumber bencana. Jika danau atau telaga menjadi inspirasi film atau sinetron maka kisah-kisah horor akan menjadi pilihan pertama. Di danau dikisahkan menjadi tempat berkumpulnya mulai dari dewi kayangan sampai para makhlus halus. Saking halusnya sampai-sampai tidak bisa ditangkap dengan kasat mata. Jika danau dijadikan inspirasi sebuah lagu kisahnya pun tak jauh dari kepiluan dan kegalauan hidup. Koes Plus bertutur kisah seorang gadis yang telah patah patah hati lalu bunuh diri di Telaga Sunyi. Andi Merriem Mattalata sedang galau hatinya menunggu sang pujaan hati sampai tujuh purnama di tepi Telaga Biru. Kisah kepiluan ini dipertegas dengan Tragedi Situs (danau juga) Gintung yang memakan ratusan korban meninggal dan meluluhlantakan kehidupan di tepi ibukota jakarta.

Sebagai anak negeri sya bermimpi danau - danau itu dikelola baik. Jika demikian danau-danau itu akan menjadi tempat di mana warga bisa sejenak melupakan penderitaan rakyat. Tempat sejenak melupakan hiruk pikuk politik negeri yang belajar demokrai. Pada akhirnya danau-danau itu menjadi landmark kota dan menjadi sentra wisata. Kekayaan alam seperti ini dengan sendirinya menciptakan lapangan kerja seperti sektor pariwisata, perikanan dan usaha kecil menengah.

Menyebut sedikit pariwisata danau di Indonesia mempunyai Danau Toba di Sumatra yang kini kabarnya telah mendangkal dan dicemari limbah pabrik. Jawa Timur mempunyai ikon wisata telaga yaitu Telaga Sarangan yang terletak di kawasan Gunung Lawu di Kabupaten Magetan. Kisah mistis pun mewarnai tempat pariwisata ini. Sepasang kekasih jika mengunjungi telaga ini maka cintanya akan putus di tengah jalan. Namanya juga mitos kebenarannya masih menjadi ranah pembuktian tiada akhir. Dan jawaban dari pembuktian itu sendiri kembali kepada pribadi masing-masing.

Di hamparan rumput nan luas itu senyum polos anak-anak mekar seindah bunga di musim semi. Mereka saling berkejaran mengejar matahari yang mulai menepi. Mereka saling berbagi ceria pada dunianya. Di tepian danau mereka menyaksikan bebek-bebek menari yang langkah di negeri ini. Dari guratan wajah mereka seakan mereka hendak berkata "aku butuh tempat yang lapang untuk berekspresi. aku butuh tempat yang indah untuk menjadi pribadi yang yang baik, aku butuh berinteraksi dengan orang lain karena aku kelak akan tumbuh menjadi manusia makluk sosial. aku ingin bersepeda dan tidak takut jatuh biar otot-ototku kuat untuk menatap masa depan. Dan terakhir aku butuh makan karena lapar melihat hidangan ibu-ibu yang kasihnya sepanjang masa".

Di tepi danau itu kita tidak perlu menunggu purnama ketujuh untuk jumpa dengan kekasih. Bukankah kekasih manusia adalah keindahan untuk saling memberi dan berbagi. Memberi seteguk air pada orang-orang yang dahaga seperti air memberi kehidupan pada kegersangan hidup. Di tepi rumah kayu itulah kami ditemani angin semilir menikmati rejeki Tuhan berupa nikmatnya masakan nusantara. Alhamdulillah Ya rabbi dan terima kasih para ibu yang mengerti urusan perut para kami.

Mentari terus bergerak ke peraduan. Sinarnya merah mewarnai alam berpadu dengan keindahan lampu kota yang mulai berkedip. Dari kejauhan terdengar suara adzan menjadi musik yang paling indah senja itu. Segerombol orang berdiri lalu rukuk dan sujud pada Sang Pencipta Keindahan. Mulut mereka terus berdzikir memuji kesucian Dzat Keindahan dan Keabadian. Ya Rabb terima kasih hari ini telah kau limpahkan hamparan kenikmatan dalam hidup kami. Jadikanlah kami insan-insan yang selalu bersyukur dan mencintai keindahan. Keindahan untuk saling berbagi pada alam yang Engkau ciptakan. Keindahan meninggalkan ego duniawi. Keindahan seperti bunga yang selalu menjadi teman di kala suka dan duka. Keindahan seperti bunga yang menebar keharuman pada alam.

Malam kian merambat datang. Para pencari keindahan semakin berdatangan. Kami pun beranjak pergi membawa pulang keindahan malam. Good night my kids, have a beautiful dreams. besok papa akan berlibur mencari keindahan birunya laut.

Doha 11-04-09