Sunday, April 12, 2009

Merangkai Keindahan


Merangkai Keindahan

Tidak ada yang menyangkal akan keindahan dan keharuman bunga. Begitu juga siapa yang bisa menafikan kehadiran bunga dalam keadaan suka cita maupun duka lara. Pendek kata bunga adalah sebuah pembelajaran untuk selalu menjadi sahabat penyebar keharuman dan keindahan dalam keadaan hati riang gembira maupun gunda gulana.

Manusia rupanya tidak rela membiarkan bunga menebar keindahan dan keharumannya sendiri-sendiri. Manusia ingin menyatukan bunga yang individualis ke dalam kelompok sosial. Mata kita sejuka di kala melihat sebuah taman yang indah ditumbuhi aneka bunga yang berwarna warni. Dari situlah terpencar indahnya kebersaaman. Pancaran keharuman kebersamaan semakin kuat dibandingan dengan berjalan sendiri-sendiri. Bagaimana dengan bunga-bunga yang sudah tercabut dari akarnya? Di sinilah disiplin ilmu seni merangkai bunga atau dekorasi menjadi pekerjaan tersendiri. Berbagai jenis dan warna bunga dipadu ke dalam sebentuk wadah keindahan yang memancarkan kuat aroma keharuman. Paduan bunga yang cantik berwarna - warni lalu dipermanis dengan ornamen-ornamen kecil. Beragam warna dan ukuran daun segar maupun kering, ranting -ranting kecil, kertas dan bahan-bahan lainnya menjadi pilihan. Seni ini tak ubahnya alam merangkai aneka warna dan menghadirkan kembali sebentuk pelangi keindahan kepada setiap jiwa yang memandang.

Seni merangkai bunga entah sejak kapan mulai dikenal pada peradaban manusia. Di sekolah - sekolah diajarkan ketrampilan merangkai bunga bagi murid - murid perempuan. Ibu-ibu anggota PKK juga bersenang hati mengikuti kursus merangkai bunga. Aktifitas ini bukan hanya dimaksudkan untuk memperindah kehidupan tetapi jika ditekuni bukan mustahil akan menjadi sumber keuangan keluarga. Dewasa ini banyak sekali kita jumpai toko - toko bunga atau yang dikenal dengan nama florist menjamur di kota-kota besar.

Merangkai bunga pada hakikatnya sama dengan menulis. Seorang perangkai bunga bukanlah pencipta ataupun pemilik bunga dan ornamen-ornamen yang menghiasinya. Dia hanya merangkai bunga yang sudah ada dengan seutas tali. Di tangan sang perangkailah bunga yang kurang indah akan menjadi indah dan bunga yang indah akan semakin indah. Keindahan bunga-bunga itu semakin mempesona dengan balutan ornamen-ornamen yang mendukungnya. Begitu juga dengan seorang penulis, dia bukanlah pencipta atau pemilik kata-kata yang ada. Dia hanya merangkai kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang mempunyai makna. Dia akan memilih kata demi kata untuk disandingkan dengan kata - kata yang tepat. Kata-kata yang dia dipilih lalu dipercantik atau diperhalus dengan ornamen - ornamen seperti kata sandang, kata keterangan serta memperhatikan kaidah-kaidah penulisan. Maka hasilnya bukan hanya pesan yang sampai kepada pembaca namun juga keindahan dan keharuman sebuah karya tulis yang mampu membawa pembaca hanyut ke jalan pikiran sang penulis.

Bunga yang terangkai ada yang sederhana seperti untuk acara-acara yang sifatnya tidak resmi. Ada juga rangkaian yang lebih sempurna seperti yang kita lihat pada kiriman bunga pada peresmian perusahaan atau kantor baru maupun karangan bunga kematian. Menulis juga demikian ada yang sesederhana puisi, surat cinta, artikel ringan, cerita pendek sampai kepada buku-buku ilmiah yang berhalaman ribuan jumlahnya.

Namun rangkaian bunga tidak sama dengan rangkaian kata. Rangkaian kata-kata bisa mempunyai masa dan arti yang lebih daripada rangkaian bunga. Bunga-bunga akan layu keindahannya dalam hitungan hari. Keharumannya akan memudar dalam dalam beberapa saat. Sebuah karya tulis akan selalu hadir sepanjang masa kalau tidak bisa dibilang abadi. Karena keabadian hanya milik Yang Satu. Dalam kehidupan ini banyak masyarakat yang tidak pernah melihat sosok tokoh agama, ilmuwan, sastrawan, pujangga dan sejenisnya yang hidup pada abad - abad yang lalu. Namun dengan karya tulisnya mereka telah mencerahkan kehidupan masyarakat masa kini. Sang tokoh seolah-olah hadir dalam kehidupan karena pengaruh yang kuat dalam tulisannya. Sedikit di antara kita yang pernah melihat sosok Buya Hamka, Choiril Anwar, ataupun Khalil Gibran. Kita mengenal mereka dari apa yang mereka tulis. Kita mengagumi mereka dari hasil karyanya. Orang - orang tidak pernah berhenti membedah atau mengulas pemikiran sang tokoh lewat diskusi dan seminar hasil karya mereka.

Allah SWT menciptakan alam semesta begitu luas dan tak berbatas. Mustahil ada manusia menjelajahinya setapak demi setapak alam semesta ini. Tulisan para petualang seolah-olah mampu membawa manusia menikmati keindahan pemandangan negara tropis sampai liarnya bumi Afrika. Tulisan bisa mengajak manusia menyusuri daratan kota Mumbai sampai ke sebuah desa dingin terpencil di Pakistan. Para petualang di puncak Mount Everest dan daerah kutub mampu menyebarkan hawa dingin ke daerah tropis bahkan padang pasir lewat tulisannya. Tulisan pula yang membawa manusia berenang ke dasar samudra hingga terbang tinggi ke angkasa luar. Pendek kata melalui karya tulis dunia yang luas ini seolah-olah dalam genggaman.

Agama yang saya yakini mengajarkan setiap anak manusia yang mati maka segala amalannya akan terputus kecuali tiga perkara. Tiga perkara itu adalah doa anak yang saleh, harta yang disedekahkan, dan ilmu yang diajarkan kepada sesama. Mari berhitung matematika dengan logika yang paling sederhana. Doa dari anak sholeh tentu ada batasnya karena si anak juga akan menemui kematian. Harta yang kita sedekahkan logikanya juga ada masa habisnya seperti rusaknya barang atau robohnya bangunan dsb. Pernahkah kita membayangkan amal kebaikan seorang penulis yang karyanya memberi kebaikan selama berabad-abad dan sepertinya tidak berujung?. Barangkali inilah jawaban kenapa ulama-ulama besar meninggalkan karya tulis yang besar pula. Ini hanya logika manusia yang sangat terbatas dan sangat mungkin logika Tuhan berbeda. Wallahu'alam bi shawab.

Kekuatan pena juga sudah diyakini lebih dasyat daripada senjata modern sekalipun. Siapa yang tidak mengenal kegagahan Napoleon Bonaparte panglima perang Perancis yang terkenal di awal abad ke-19. Dalam satu pidatonya di depan prajuritnya dia mengatakan lebih takut kepada 'pena' daripada senjata musuh. Seorang ulama yang menulis buku lebih disegani daripada ratusan pasukan jihad. Banyak tokoh pejuang kemerdekaan yang dibuang dan dipenjarakan oleh Belanda. Para tokoh ini mampu menggerakkan gelora perjuangan dengan goresan pena dari bilik penjara. Di jaman Sukarno dan Suharto berkuasa di negeri ini sangat takut pada tulisan. Maka di era tersebut banyak tulisan, buku, majalah, koran yang "dibredel" apabila membahayakan "negara" dan posisinya. Pemilu legislatif beberapa hari yang lalu suara PDIP anjlok diduga karena adanya akun "Say No To Mega" pada situs Facebook. Demikian sebaliknya suara Partai Demokrat meningkat karena pengagum SBY membuka akun "Say Yes To SBY" di situs sosial yang sama. Meski kebenaran dugaan tersebut masih diragukan namun tulisan tentang image seseorang pasti ada pengaruhnya dengan partai politik yang identik dengan orang tersebut. Masih banyak contoh lagi sebuah pena yang bisa menggerakkan pasukan lebih dasyat daripada tentara perang.

Pada jaman sebelum ada layanan SMS dan internet pertemanan anak manusia di dunia ini dihubungkan dengan istilah sahabat pena. Mereka saling berkunjung ke sanak kerabat dan menyapa teman - teman melalui sebuah tulisan. Entah berapa juta pasangan di dunia ini yang dijodohkan melalui sebuah goresan pena. Perasaan rindu, cinta, marah, dendam berbaur dalam sebuah tulisan. Maka tidak heran pada masanya ada seorang penyanyi 'Boy Sandy' menanti kedatangan sahabat penanya dalam lagu 'Sahabat Pena'. Ia menjadi begitu terkenal dan dalam sekejap menjelma bak seorang pujangga bagi remaja -remaja putri di masanya.

Di jaman yang serba teknologi ini kehidupan manusia menjadi semakin mudah. Demikian juga dengan hadirnya teknologi internet di tengah-tengah kita. Menulis menjadi sangat mudah dan murah. Sumber kata- kata terbentang luas di jagad maya. Kemudahan ini pula yang mendorong banyaknya penulis-penulis mengisi kolom-kolom media maupun blog pribadi. Ketika tombol posting di klik maka saat itu pula seluruh dunia ikut membacanya. Di jaman ini pula telah melahirkan istilah penulis 'copy paste', pujangga "copy paste" atau penyair "copy paste". "Copy paste" bisa hanya ide ataupun seluruh karya penulisan. Agaknya gelar "copy paste" masih lebih baik daripada tidak sama sekali. Hanya satu yang harus kita ingat bahwa hak intelektual seseorang juga harus kita hormati. Ini bisa dengan cara kita menyebutkan siapa dan dari mana sumber tulisan itu kita dapatkan.

Namun dengan segala kelebihannya di atas tulisan juga bisa menjadi sumber malapetaka. Ia bisa menjadi bumerang bagi sang penulis. Kita masih ingat kisah seorang penulis novel yang menjelekkan kelompok tertentu dan jiwanya terancam. Kebebasannya terpasung oleh tulisannya sendiri. Tidak sedikit karya tulis sebagai pemicu kemarahan massa dan perbuatan anarkhis. Banyak penguasa di muka bumi ini yang tidak segan-segan memenjarakan bahkan memancung kepala penulis yang dianggapnya melakukan tindakan subversif. Komentar-komentar miring yang berbau SARA membuat kuping panas dan muka merah pada pembacanya. Banyak tulisan yang hanya bertujuan memporakporandakan tatanan kehidupan masyarakat yang damai. Tulisan juga bisa memberikan pengaruh negatif kepada pembacanya. Tulisan - tulisan cerita dewasa mampu mengajak alam pikiran manusia terbelenggu dan terkontaminasi. Ia mampu membuat otot- otot dan syaraf menjadi tegang lalu menerbangkan khayalan ke alam nirwana dan memetik kepuasan yang menipu. Di sinilah diperlukan pilihan bijak yang sepadan dengan tingkat kebutuhan dan pemahaman pembaca.

Hati seorang kekasih bisa hancur berkeping-keping manakala menerima tulisan sebentuk undangan pernikahan pujaan hatinya. Kegalauan ini terekam jelas pada lagu lawas yang kembali dipopulerkan oleh si mungil Yuni Shara. " Sunyi sepi sendiri, sejak kau tinggal pergi............." demikian rangkaian lagu itu dimulai. Perang Baratayudha dalam rumah tangga bisa saja terjadi ketika tulisan ungkapan cinta dari selingkuhan terbaca oleh pacar, tunangan, istri atau suami yang sah. Kisah perang inipun dipopulerkan oleh Ria Amalia dalam sebuah lagu dangdut yang berjudul "SMS". Meski ditengarai lagu ini adalah hasil jiplakan lagu "Andaas" yang pernah populer di India pada era 70-an toh tetap saja saudara Yoppi Latul harus repot - repot memberi pertanggungjawaban. Tentu saja berbentuk dalam lagu "Jawaban SMS". Di lagu itu pula Yoppi Latul merengek-rengek minta HPnya dikembalikan. "Bang sms siapa ini bang.......". "Orang salah kirim tuh....... orang iseng - iseng tuh.....kumohon padamu kembalikan HPku."

Mudah-mudahan tulisan ini bukan salah tulis atau salah kirim. Penulis bukanlah gudang kata namun hanya sang perangkai kata.

Doha 13-04-2009



No comments: