Thursday, February 5, 2009

Coklat Alabuga






Chocolate fountain




Coklat dan aneka buah dan kue




Minyak Canola


Ingredients:
2 (12 ounce) paket coklat chip

3 unsweetened cokalt (coklat yg belum tercampur gula ato milk)
3/4 cup minyak canola


Cara memasak
1- Tempatkan coklat dan minyak pada mangkok gelas
2- Di microwave pada suhu menengah. suhu tinggi kira2 2 menit. Diaduk kemusian dimicrowave ladi di aduk lagi sampai coklat mencair lembut. Yakinkan tidak ada coklat yang belum mencair. pieces.
3- Stir in the Kahlua if desired.
4- Taruh coklat di mangkok pada dasar unit (coklat fountain).
5- Biarkan sampai 2 menit. matikan selama 30 detik untuk mengurangi udara.
6- Jika coklat tidak mengalir lancar tambahkan lagi 1/8 cup minyak di magkok.
7- Hidangkan dengan buah atau kue.

Wednesday, February 4, 2009

Cassava Cake

Ingredients:


2 packages grated cassava

1 can coconut milk

1 bottle macapuno strips

2 eggs

2 tsp vanilla

1 can condensed milk


Mix all 5 ingredients and 2/3 of condensed milk.

Bake at 350 degrees 45 min to 1 hour


Spread rest of condensed milk on top, cook for another 5 minutes

Ongol ongol


ONGOL - ONGOL

Bahan :

500 grm singkong,

parut halus250 ml

santan kental3 sdm gula pasir

1/2 sdt vanili

1 bungkus agar-agar warna putih

1 sdt garam

Pewarna makanan sesuai selera

Taburan :

200 grm kelapa parut

Garam

Daun pandan

Cara membuat :



Campurkan semua bahan ongol-ongol lalu bagi menjadi 2 ato tiga bagian

Beri pewarna makanan, lalu tuangkan adonan dalam loyang yang telah dilapisi plastik dan diolesi minyak.

Kukus selama 15 menit, lalu masukan adonan warna berikutnya.

Setelah smua masuk, kukus lagi selama 30 menit.

Dinginkan lalu potong-potong

Kukus kepala parut, garam dan daun pandan.

Taburkan diatas potongan ongol-ongol




Monday, February 2, 2009

Hemmm, ......... Sepertinya Ini Peluang Bisnis..!!!

Hemmmm……, Sepertinya Ini Peluang Bisnis..!!!”

SEPERTI biasanya setiap akhir pekan terjelang saya selalu berusaha untuk menyempatkan diri berbagi waktu dengan keluarga dirumah. Ya, sekedar melepaskan penat dari pekerjaan yang selama 5 hari berturut-turut telah membuat pikiran dan fisik ini terasa lelah. Ibarat hand phone, setiap “weekend” saya selalu men-charge diri saya agar siap untuk menghadapi segala pekerjaan yang telah menanti di minggu yang akan datang.
Berhubung, minggu ini (31/01/09) bertepatan dengan akhir bulan, maka jadwal belanja bulanan, kami jadikan sebagai prioritas utama. Biasanya, kami langsung ketempat tujuan, tapi karena saat berangkat menjelang makan siang, maka kami berencana untuk makan siang terlebih dahulu sebelum akhirnya berbelanja.

Mal Bekasi Square dekat pintu tol masuk Bekasi Barat menjadi pilihan kami untuk makan siang sekaligus berbelanja (kebetulan disana juga ada pusat perbelanjaan, tempat dimana kami biasa berbelanja) untuk kebutuhan keluarga kami selama satu bulan kedepan.

Setelah menghabiskan waktu kurang-lebih hampir satu jam untuk makan siang disebuah restoran dengan slogan-nya yang sudah mulai populer, yaitu: “Mutu Bintang 5-Harga Kali 5 (Five Star Quality-Street Hawker Price)” dengan harga yang cukup ekonomis, namun tetap membangkitkan selera, mulailah kami melakukan tujuan inti, yaitu berbelanja bulanan yang juga memakan waktu hingga dua-tiga jam.

Selepas berbelanja, sambil berjalan membawa belanjaan dan kereta bayi, tempat anak kami tertidur dengan lelapnya, kami melihat sebuah counter cokelat yang cukup menarik perhatian, bernama “Chocolate Fountain”. Akhirnya kami memutuskan untuk mampir dan membeli beberapa buah untuk sekedar mencobanya.

Karena baru pertama kali melihat counter cokelat yang seperti itu, pikiran saya jauh menerawang kedepan hingga terbersit sebuah pemikiran: “Nah, sepertinya ini peluang bisnis baru, kelihatannya cukup menarik, cari informasi ach…?…” ujar saya dalam hati.

Dengan penuh semangat, akhirnya saya (SY) mulai kasak-kusuk mencari informasi kepada mas Penjaga Counter (PC) tersebut, kurang lebih begini percakapannya:


SY : “Mas, sepertinya saya baru lihat counter cokelat seperti ini? Ini yang pertama ya?…”
PC : “Oh, iya mas counter cokelat ini memang baru, tapi ini bukan yang pertama kok, kami ada juga di sebuah Mal di kawasan Kelapa Gading”.
SY : “Oh gitu ya, soalnya sepertinya saya baru lihat dech!”
(Sambil photo-photo proses pembuatannya….)

SY : “Ngomong-ngomong, counter cokelat ini memberikan kesempatan franchise buat orang lain gak ya?”
PC : “Waduh, kebetulan belum ada tuh mas!”
SY : “Mas, yang punya counter cokelat ini ya?”
PC : “Bukan, yang punya counter ini kakak saya!”
SY : “Oh gitu ya, boleh juga nech bisnisnya, satu hari bisaterjual berapa banyak mas?”
PC : “Kalo hari biasa, paling tidak bisa mencapai 250 tusuk, tapi kalo weekend kayak gini bisa dua kali lipat-nya!”
SY : “Wah, lumayan juga ya, kalau satu hari bisa terjual 250 tusuk dengan harga per tusuk-nya Rp. 5.000, itu berarti ia akan mengantongi penghasilan Rp. 1.250.000/ hari”, gumam saya dalam hati.
(Mulai photo-photo lebih serius lagi, termasuk alat-alat counter cokelat-nya……)
SY : “Kalau biaya sewa counter-nya berapa duit mas?”
PC : “Oh, kalo biaya sewanya 4 juta/ bulan mas.”
SY : “Hemm…. mahal juga, padahal ruangannya sangat sempit ya?”
PC : “Ya, lumayan dech mas, luasnya sekitar 2×2 meter persegi”
SY : “Ach, kalo satu hari bisa mengantongi penghasilan sebesar Rp. 1.250.000, sewa ruangan 4 juta/ bulan sich gak ada masalah”, ujar saya lagi dalam hati.
(Berbisik-bisik dengan istri saya, sambil memberikan informasi tentang peluang bisnis cokelat yang kelihatannya cukup prospektif tersebut).

SY : “Oh, iya mas, kalo beli alat-alat cokelatnya ini dimana ya?”
PC : “Wah, kalo itu saya kurang paham mas, sepertinya kakak saya beli dari Taiwan!”..
SY : “Oh gitu, jauh juga ya, emang disini gak ada yang jual apa?”…(sambil kebingungan).
PC : “Gak tau juga dech mas.”
SY : “Kalau harganya kira-kira berapa duit ya?”
PC : “Katanya sich sekitar Rp. 16 juta-an/ unit-nya”….
SY : “haaaa…???, mahal amat mas!” (agak kaget dan sedikit tak percaya juga dengernya)
PC : tidak menjawab, sambil seyum-senyum sendiri J
SY : “Waduh, masa sich semahal itu?..kalau per unit-nya Rp. 16 juta-an, karena dia pakai 2 unit berarti untuk modal alatnya saja sudah Rp. 32 juta, belum lagi kulkas kecil dan rak-nya, paling tidak investasi awalnya bisa mencapai Rp. 40 juta-an donk!…., tapi kalo saya hitung-hitung lagi, dengan penghasilan Rp. 1,2 juta-an/ hari, atau sekitar Rp. 36 juta-an/ bulan, maka alat-alat semahal itu jadi tidak begitu mahal, karena jika berjalan sesuai estimasi, maka dalam waktu kurang dari dua bulan, investasi kita pasti sudah break event point atau balik modal nech”, lagi-lagi saya bergumam dalam hati.
PC : “Ini mas, cokelatnya sudah selesai!”
SY : “Aduh, mas ini membuyarkan lamunan saya saja” ujar saya menggerutu dalam hati. “oh iya, jadi berapa nech mas semuanya?”
PC : “Semuanya 3 tusuk, totalnya jadi Rp. 15.000 mas!”
SY : “Ini uangnya mas, makasih ya?, ngomong-ngomong saya bisa minta nomor hand phone kakaknya gak ya?”
PC : “Waduh, gimana yach???…..” (terkesan agak ragu dan mulai kebingungan….)
SY : “Oh, ya udah gak papa kok mas, lain kali aja dech, makasih ya! ”…….(sambil berlalu membawa kereta belanjaan…..)
Seingat saya, kurang lebih demikian percakapan yang terjadi antara saya dengan penjaga counter “Chocolate Fountain” tersebut.
Sepanjang perjalanan pulang, sambil menikmati kelezatan buah-buahan yang dipotong dan ditusukan menyerupai sate dengan lapisan cokelat diluarnya tersebut, saya terus berpikir dan bergumam dalam hati “hemmm…. enak juga ya cokelat-nya, sepertinya ini peluang bisnis baru, gimana ya cara saya untuk bisa merealisasikannya menjadi kenyataan…!!!”.

Di jaman yang sedang krisis seperti saat ini, rasanya sebuah keinginan setiap orang (termasuk saya) untuk mempersiapkan diri dari segala macam bentuk resiko pekerjaan, dengan jalan mencari penghasilan tambahan lainnya melalui bisnis kecil-kecilan.
Saya jadi teringat perkataan Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Mari Elka Pangestu, saat menghadiri Information and Communication Technology (ICT) Award pada tanggal 08 Agustus 2008 lalu di Jakarta Convention Centre (JCC), terkait dengan tugas yang diberikan oleh mas Budi Putra untuk meliput moment tersebut dalam kapasitas saya sebagai jurnalis pada http://www.asiablogging.com/, khususnya mengenai tema “Ekonomi Kreatif”.
Dalam pidatonya, beliau menyinggung besarnya peranan ICT dalam membangun perekonomian bangsa saat ini, termasuk didalamya adalah komitmen pemerintah untuk terus-menerus mempopulerkan “Ekonomi Kreatif” kepada masyarakat, terutama bagi sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

Jika saja rencana saya ini bisa terealisasi-kan dengan baik, maka paling tidak saya juga akan menjadi bagian dan turut berpatisipasi dalam mengembangkan “Ekonomi Kreatif” yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah. Ya, paling tidak saat ini saya sedang berusaha untuk menterjemahkan apa yang dimaksudkan dengan “Ekonomi Kreatif” oleh pemerintah dalam bentuk ide kreatif usaha cokelat.
Sepertinya, memang sudah saatnya saya mulai berpikir dan berani mengambil sebuah keputusan untuk menciptakan sebuah bisnis yang bersifat jangka panjang. Siapa tahu saja, nanti malah bisa menjadi penghasilan utama saya, ketimbang hanya menjadi sebagai seorang karyawan seperti saat ini.
Hemmmm….., saat ini saya benar-benar sangat tertarik dengan bisnis cokelat seperti itu, gimana ya cara efektif untuk memulai dan merealisasikannya..!!!
Bagi para blogger dan pembaca setia Kompasiana ini, barangkali saja sudah pernah ada yang mengetahui untung-ruginya menjalankan bisnis cokelat seperti itu, mohon sekedar sharing pendapat-nya donk???…….(jangan khawatir, saya gak minta sharing pendapat-an kok??..) J
Salam blogger,

Yulyanto (for-Citizen Journalism Campaign) …. J