Friday, March 27, 2009

Kunci Sukses Usaha

Kunci Sukses Usaha...

William A. Ward pernah berkata, "Ada empat langkah mencapai sukses, yakni perencanaan yang tepat, persiapan yang matang, pelaksanaan yang baik, dan tidak mudah menyerah."

Gunakan falsafah Ward ini agar sukses.Perinciannya sebagai berikut :·
Ikuti perkembangan jaman, Bergabunglah dalam organisasi yang berkaitan dengan bisnis Anda. Banyak membaca dan gali informasi sebanyak mungkin. Internet akan banyak membantu Anda.·

Buat rencana keuangan: Catat semua pemasukan dan pengeluaran setiap harinya. Buat target jangka pendek dan jangka panjang. Jangan pernah menyerahkan kondisi keuangan pada nasib. Perhitungkan dengan matang.·

Perkirakan aliran uang tunai, Anda harus bisa memperkirakan aliran uang tunai, paling tidak tiga bulan ke depan. Jangan membuat anggarkan pengeluaran yang lebih besar dari itu.·

Bentuk dewan penasehat atau cari tenaga ahli, untuk memberi ide, saran atau kritik terhadap Anda dan produk yang ditawarkan. Mereka bisa berupa teman-teman atau anggota keluarga yang dipercaya.

Jaga keseimbangan antara kerja, santai, dan keluarga, Tak perlu ngoyo, karena sesuatu yang dikerjakan dengan ngoyo, hasilnya tak akan maksimal. Lagi pula, badan dan otak butuh istirahat.·

Kembangkan jaringan (network), Tak ada salahnya berkenalan dan bergaul dengan orang-orang yang berhubungan atau bisa mendukung bisnis Anda. Siapa tahu ada ide yang bisa digali.

Disiplin/motivasi, Aspek terberat dalam menjalankan usaha sendiri adalah disiplin atau motivasi untuk bekerja secara teratur. Untuk mengatasinya, buatlah daftar apa saja yang harus dikerjakan hari ini dan esok.

Tentukan target yang harus dicapai dalam minggu ini. Selalu waspada dan siapRajin-rajin melakukan evaluasi terhadap pasar, produk dan sistempemasaran. Kalau perlu, ubah cara kerja agar lebih efisien. Perbaiki cara pemasaran atau kualitas produk.

Cintai pekerjaan Anda, Bagaimana akan sukses, jika Anda tak punya “sense of belongin” pada pekerjaan dan produk yang dihasilkan. Cintai pekerjaan dan produksi sendiri, dan uang akan mengikuti Anda.· Jangan mudah menyerahPara pengusaha sukses pun pernah mengalami kegagalan. Jika ingin cepat berhasil, segeralah bangkit dan belajar dari kegagalan. Jangan bersedih terlalu lama, apalagi menyerah.

Salam usaha

Harga diri

Tidak dipercaya
Kompasiana, Tanggal 23 Maret 2009,
Sore hari saya berangkat ke Singapura. Tiba di Changi, malam hari lebih kurang jam 2000 waktu setempat. Begitu keluar dari pesawat, memasuki terminal, sudah banyak petugas sekuriti airport dengan garis penghalang yang mirip dengan “police line” , menggiring semua penumpang untuk masuk keruangan pemeriksaan keamanan seperti layaknya penumpang yang akan berangkat untuk naik pesawat. Waktu saya tanyakan, ada apa ini ? Petugas sekuriti tidak ada yang mau menjawab selain mengatakan bahwa semua pesawat yang datang dari Jakarta diberlakukan pemeriksaan ulang secara acak di airport Changi Internasional. Dengan sopan mereka mengatakan bahwa pemeriksaan ulang secara acak ini, hanya untuk meyakinkan petugas sekuriti airport bahwa semua penumpang yang datang dari Jakarta tidak membawa barang berbahaya atau membahayakan.
(Petugas bandara Changi Singapore tidak percaya petugas Bandara Cengkareng tentang sistim keamanan bagasi yang berstandar Internasional )
Mari kita simak komentar dari saudari Jasmine berikut ini:
Saya dan suami terbang dg Malaysian Airline dari Australia ke England, transit satu malam di kuala lumpur (sesuai jadwal airline).
Besok paginya mau berangkat ke London, di Airport di imigrasi, petugas meragukan paspor saya, ditanya keluaran mana ( padahal jelas disebutkan tempat pengeluaran, yaitu Sydney), tapi saya jawab juga :”Sydney”, dia tanya lagi, dan saya jawab dg jawaban yang sama,
Petugas itu masih belum puas, dibolak-balik paspor saya itu, karena nggak jelas apa maunya, lalu saya tanya: “what’s wrong with that?” dia nggak jawab, cuma bergumam, dan saya tanya lagi “what’s wrong with that?”, dia nggak jawab,tapi meninggalkan mejanya, dan pergi ke tempat supervisornya, ngomong-ngomong, nggak tahu apa yang diomongin, trus akhirnya dia balik lagi ke meja dan memberikan paspor saya, juga tanpa ngomong apa-apa (mungkin curiga paspor saya palsu?)
Setelah itu kami berjalan ke pesawat, ada petugas (spt satpam) menjaga dan meminta penumpang untuk menunjukkan paspor. Suami saya menunjukkan paspornya (paspor Australia), dia dibolehkan jalan terus, nah gantian saya, petugas itu melihat paspor saya, maka dg lantangnya dia berkata:” Oh paspor Indonesia, langsung dg cekatan mencabut paspor itu dari tangan saya dan mengambil alat dari pinggangnya untuk memeriksa paspor saya (malu sekali menjadi perhatian seluruh penumpang yang antri dibelakang saya), suami saya berhenti menemani saya.
Setelah dia puas akhirnya diberikan paspor itu ke saya lagi, sambil berkata: “Kerja ya.. di Australia?” (petugas itu melihat saya orangnya kurus hitam, ah.. pasti TKI gitu kali yang ada dalam pikirannya), lalu sambil mendekatkan wajah saya ke dia saya jawab: “tinggal disana”, lalu saya ngomel sepanjang jalan masuk pesawat. Sejak itu saya nggak mau lagi naik Malaysian Airline dan nggak akan mau liburan ke Malaysia.
(Pihak bandara Malaysia meragukan paspor terbitan Indonesia)
Postingan ini bisa dilihat selengkapnya pada http://chappyhakim.kompasiana.com/2009/03/25/masih-belum-di-percaya/


Membaca kisah pengalaman tidak menyenangkan sebagai Warga Negara Indonesia di luar negeri memunculkan pertanyaan dalam benak diri ini yang menggumpal sebuncah rasa. Negeri yang terdiri dari 17.000 pulau ini seakan tidak bergema di dunia yang hanya dijung pulau wilayah Indonesia. Keberanian sang Proklamator melawan PBB tidak mampu membuat bangsa lain respek pada anak negeri. Dulu kita terkagum-kagum pada ketokohan Mohamad Hatta, Cokro Aminoto, Agus Salim, Buya Hamka dsb. Kita tahu mereka adalah tokoh yang membumi dan reputasi mereka diakui dunia internasional.
Sepeninggal mereka nusantara seakan kehilangan digdayanya di pelataran dunia bahkan di mata negara sekecil Singapura dan Malaysia. Dua Negara yang dulu tidak berani berpandangan lurus ke depan wajah Indonesia akhir-akhir sering berpolah. Lalu pertanyataan selanjutnuya salahkah mereka??
Warga Negara Indonesia yang hidup dan bekerja di negara timur Tengah sering pula mendengar “pelecehan kecil” . Mulai dari yang menganggap WNI sebagai warga negara lain yang secara tersirat mengandung pelecehan. Kalau kita menyuarakan dengan membusungkan dada bahwa kita dari Indonesia maka kitapun segera mendapat cap sebagai sopir atau pembantu rumah tangga. Tanpa bermaksud merendahkan pekerjaan sopir dan pembantu sudah barang tentu cap itu tidak mengenakkan. Karena alasan inilah lelaki Indonesia tidak berani mengawini wanita Arab khususnya wanita dari Libanon karena takut ‘hanya’ dianggap sebagai sopir saja. Namun haruskah kita menyalahkan mereka atas persepsi seperti itu. Jangan – jangan dalam kehidupan sehari-hari justru tanpa terasa kita sendiri yang menciptakan persepsi itu.
Terlalu besar kalau tulisan ini mengajak anda untuk mengubah image Indonesia di mata International karena di samping kita bukan siapa-siapa kita juga bukan apa – apa. Seperti mengutip Aa Gym mari mulai dari diri kita, mulai dari yang kecil dan mulai sekarang juga. Kita tidak bisa mengubah pesona Indonesia tetapi kita bisa mengubah pesona diri kita sendiri. Kalau setiap pesona diri memancar keharuman maka pesona keluarga juga memancarkan pesona yang sama. Kalau setiap pesona keluarga sudah terbentuk maka pada akhirnya pesona masyarakat (bangsa) dengan sendirinya akan tercipta.
Di masa sekolah dasar dalam pelajaran bahasa Jawa diajarkan ungkapan ”Ajining raga saka busana ajining diri saka lathi”. Kalimat ini berarti bahwa raga (badan) kita akan dihargai dengan apa yang kita pakai sedangkan harga diri adalah dari ucapan kita. Kalimat ini mengandung pembelajaran bahwa masyarakat akan menghargai secara fisik dengan pakaian yang kita kenakan. Dan seseorang akan menghargai diri kita dari apa yang kita ucapkan. Idealnya manusia adalah selalu menjaga penampilan jasmani dan rokahinya. Selayaknya dalam kehidupan kita menyelaraskan antar kehidupan dunia dan akhiratnya. Pakaian yang sesuai dengan tempat dan suasana di mana kita berada dan ditambah dengan perilaku yang dan perkataan yang baik niscaya akan mengubah cara pandang masyarakat terhadap seseorang.
Dalam perkembangannya ‘busana/pakaian’ tidak berhenti pada baju, celana, sepatu semata namun ‘busana’ meliputi kendaraan, mobile, dan rumah. Sedangkan ‘lathi/lidah’ tidak terbatas hanya pada kata-kata namun ia adalah penjelmaan dari keceradan otak manusia, kedermawanan, kesosialan dan kepedulian kita pada masyarakat.
Kembali harga diri sebagai WNI seyogyanya merenung dan bertanya pada diri sendiri. Sudahkah pemerintah Indonesia menghargai rakyatnya sendiri? Sudahkah para birokrat kita bekerja secara professional? Bagaimana mengharap warga negara lain menghargai WNI kalau di dalam negeri sendiri kita diacuhkan?. Biarlah jawaban ini berlalu seiring dengan berlalunya hiruk pikuk pemilu kita. Selanjutnya mari kita bertanya, sudahkah diri kita menghargai diri sendiri? Bagaimana orang lain menghargai diri kita kalau kita sendiri tidak bisa menghargai diri sendiri?.Untuk menjawab yang satu ini mari kita teriakkan “the value of the body come from a clothes, the self-value come from a tongue”

Thursday, March 26, 2009

Ternak Teri


Ikan Teri

Ikan teri yang mempunyai nama latin anchovy. Anchovy ini termasuk dalam famili Engraulidae adalah secara umum ikan laut yang kecil. Ada sekitar 140 species dalam 16 genera. Ditemukan di lautan Atlantik, India dan Pasifik. Ikan kecil ini berwarna hijau dengan refleksi biru karena strip keperak-perakan menyilang dari dasar ekor bekor bersiripnya. Ia berukuran antara 2 – 4 cm (Wikipedia).

Konsumsi ikan ini tidak monopoli orang Asia termasuk Indonesia saja. Dulunya orang-orang jaman kekaisaran Roma sudah menyukai ikan ikan terutama dari segi rasanya yang gurih dan renyah.
Khusus bagi orang-orang asia rasanya belum menjadi orang Asia kalo tidak suka ikan dan belum menjadi orang Indonesia kalau tidak suka ikan teri.

Ikan teri yang terkenal adalah Ikan Teri Medan. Harga ikan ini yang berkisar di atas 100 ribu rupiah per kilogramnya. Ikan ini mempunyai tampilan lebih kecil, warnanya yang bersih dan rasanya sangat gurih. Meskipun demikian ikan teri-ikan teri yang lain juga mempunyai fungsi yang sama sebagai penggugah selera makan. Ikan teri ini jarang dijadikan ‘main menu’ tetapi lebih kepada sebagai pelengkap rasa. Biasanya ikan-ikan akan dimasak besama sambal yang dimasak bersama kacang biji, tahu dan tempe. Kalau mendengar ‘triagle’ (tahu, tempe,kacang) berpadu dengan ikan teri dijamin deh lidah orang Indonesia akan mengeluarkan air liur. Bagi yang suka jengkol dan pete bias dtambahkan pada menu dasar tersebut. Rasanya memang dasyat namun harus dijaga kalo pas menggunakan toilet umum.

Setiap koki akan mempunyai ketrampilan masing masing dalam memsaka ikan teri. Penamabahan bumbu dan pernak-pernik bisa ditambahkan sesuai dengan selera. Satu yang harus diingat ketrampilan apapun kan kalah nikmat dengan ikan teri (dianteri/ diantarkan) de rumah kita. Aneka tambahan bahan dan bumbu lain masih kalah dengan tambahan bumbu makasih. Ini pula yang sering kami dapatkan di meja makan yang tanpa bertanya siapa yang nganteri langsung saja disantap dengan mesra.

Seorang istri yang baik adalah seseorang yang paling tahu kegemaran suaminya. Begitu juga istri saya yang sekali-kali menyempatkan memasak ikan teri dan ikan asin lainnya yang menjadi kegemaran saya. Bisanya kami memakan ‘national seafood’ dengan beras merek Royal Umbrella. Di Indonesia jangan memakai beras operasi pasar yang mengurangi selera. Sebaiknya memakai beras Cianjur atau Rojo Lele. Beras ini sangat punel yang cocok disandingkan dengan lauk pas lagi ‘kemebul-kemebulnya’. Apalagi saat upacara santapan diiringi musik tradisional. Rasanya uenak tenan!. Saya pernah mengkolaborasikan menu ini dengan lagu barat yang romatis namun perpaduan ini tidak match maka pilihannya kembali ke musik tradisional saja.

Ketika sedang asyik bersantap ria istri saya berbisik “kenapa kita pergi ke luar negeri ya kalau menu favorit cuma ikan teri”. Saya sendiri tidak bisa menjawab namun kalau disuruh memilih antara burger, KFC, pizza dan ikan teri tentu saya pilih ikan teri dengan nasil kemebul. Ini sangat berbeda dengan lidah anak-anak yang dibesarkan di luar Indonesia. Rasa mereka sudah dijajah oleh modernitas makanan. Terkadang kasihan juga mereka tidak bisa turut menikmati lezatnya ikan teri.

Tulisan ini memnag mengajak kembali mencintai teri tetapi bukan mengajak untuk berternak teri. Saya sendiri belum pernah membaca atau melihat bahwa ikan teri bisa diternakkan.kalau kita melihat seperti kebanyakan ikan laut yang lain sepertinya belum ada budidaya ikan laut. Setidaknya di Indonesia, maka sepertinya mustahil kalau kita beralaih profesi sebagai peternak teri. Namun demikin ternak teri akan tetap menjadi pekerjaan utama saya setiap waktu ‘honeymoon’ tiba.

Bekerja di laut seminggu seperti ini sungguh tidak terasa . Rasanya baru kemarin turun dari helicopter dan sekarang sudah harus bersiap naik lagi. Rasanya baru kemarin berholiday sekarang harus bersiap berhoneymoon. Waktu terus berlalu begitu cepat bagi saya entah bagi istri dan anak-anak saya. Entah pula bagi anda dan orang lain. Maka maha Benar Allah berfirman dalam surat Al ‘Ashr.

[1] Demi Masa![2]Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian -[3]Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula saling menasehati akan kebenaran serta saling berpesan dengan sabar

Ya Rabb! Duh Gusti Pangeran! Oh Lord! Semoga kami bisa menggunakan waktu yang tersisa sebaik mungkin.

Suara helicopter terdengar memecah keheningan pagi di laut biru . Ia terbang bersama burung-burung kecil yang melambai-lambai. Ia terbang di antara obor – obor raksasa yang menghidupi. Bak burung raksasa iapun hinggap di hamparan helipad. Sayapun harus bergegas naik dengan hati suka cita. Sepanjang perjalanan kami tidur pulas dan tak terasa kaki sudah menginjak daratan. Di saat itu pula saya harus bersiap untuk ternak teri. Anter anak anter istri.


Sampai jumpa di Doha

Laut, 28-03-09

“Practise make perfec”.

Doa untu semesta


Yâ Rahmân Yâ Rahîm
Dari Timur sampai Barat, dan apapun yang berada di antara keduanya. Dari Selatan sampai Utara, dan apapun yang berada di antara keduanya. Dari bumi sampai langit, dan semua makhluk yang menjadi penghuninya. Dari darat sampai lautan, dan semua makhluk yang mendiaminya. Kasihilah mereka Tuhan, sayangilah mereka, sebagaimana Engkau mengasihi dan menyayangi mereka saat menciptakannya.

Yâ Mâlik Yâ Quddûs
Untuk saudara-saudaraku yang teraniaya, untuk saudara-saudaraku yang tertindas dan terpinggirkan. Untuk saudarasaudaraku yang merasa paling benar, paling pintar, dan paling tahu segala hal. Lindungilah mereka dalam naungan cinta dan kasih-Mu, sucikanlah hati dan pikiran mereka dengan limpahan anugerah kearifan-Mu.

Yâ Salâm Yâ Mu’min
Untuk saudara-saudaraku yang kebingungan ke mana harus mengarahkan pandangan, ke mana harus menatap keindahan cahaya-Mu. Untuk saudara-saudaraku yang merasa asing di tengah-tengah gelak tawa kesombongan dan kangkuhan. Berilah mereka keselamatan, limpahilah mereka keamanan, dan peluklah mereka dalam kedamaian cinta-Mu.

Yâ Muhaimin Yâ ‘Azîz
Untuk saudara-saudaraku yang telah dirampas kepercayaannya, yang telah dikebiri hak-hak kemanusiaannya. Untuk saudara-saudaraku yang terlalu lama terdiam dalam ketakutan yang mencekam, ketakutan atas kemiskinan, ketakutan atas hilangnya kehormatan. Peliharalah mereka dalam taman keagungan-Mu, sentuhlah mereka dengan sepercik embun kebesaran-Mu.
Yâ Jabbâr Yâ Mutakabbir
Untuk saudarasaudaraku yang hidup dalam kehinaan pandangan-Mu, terperosok dalam jurang kesesatan yang begitu dalam, dan terpenjara dalam kegelapan ruan kebodohan. Untuk saudara-saudaraku yang masih saja sombong dan angkuh untuk bisa memahami perasaan orang lain. Angkatlah mereka Tuhan, angkatlah mereka, dan letakkanlah di atas bumi pengampunan-Mu.
Yâ Khâliq Yâ Bâri’u
Untuk saudara-saudaraku yang sibuk dengan kesenangannya sendiri, sibuk dengan nafsunya sendiri, yang senantiasa menari-nari di atas kehinaan dan penderitaan sesamanya. Untuk saudarasaudaraku yang telah gelap mata, yang telah mati nuraninya, yang telah beku hatinya. Siramilah mereka Tuhan, siramilah mereka dengan kesejukan cinta kasih-Mu.

Yâ Mushawwir Yâ Ghaffâr
Untuk saudara-saudaraku yang terlupa dengan kewajibannya, yang terlena oleh keindahan dunia, yang terpesona oleh kefanaan dirinya. Untuk saudarasaudaraku yang terlalu bangga dengan kapandaiannya, kehormatannya, kedudukannya, maupun kekuasaannya. Ingatkanlah mereka Tuhan, ampunilah mereka, maafkanlah mereka dengan kelembutan kasih sayang-Mu.

Yâ Qahhâr Yâ Wahhâb
Untuk saudara-saudaraku yang suka mengolok-olok orang, menghina dan mencerca teman maupun saudaranya. Untuk saudara-saudaraku yang bangga jika dapat mempermalukan saudaranya, mengalahkan musuhnya, maupun membenci orang yang telah menyakitinya. Tolonglah mereka Tuhan, ajarilah mereka bagaimana cara untuk tidak membenci sesama.

Pemikiran Rangga warsito

Pembukaan :
Amenangi jaman edan
ewuh aya ing pambudi
Melu edan nora tahan
yen tan melu anglakoni
boya kaduman melik
Kaliren wekasanipun
Dilalah karsa Allah
Begja-begjane kang lali
luwih begja kang eling lawan waspada”


(pupuh 7, Sent Kalatidha)


Terjemahan :
Mengalami jaman gila
sukar sulit (dalam) akal ikhtiar
Turut gila tidak tahan
kalau tak turut menjalaninya
tidak kebagian milik
kelaparanlah akhirnya
Takdir kehendak Allah
sebahagia-bahagianya yang lupa
lebih berbahagia yang sadar serta waspada”.
- Syair jaman edan, dimana manusia kehilangan dasar sikap dan perilaku yang benar.
- Di dalam Serat Kalatidha, Sabda Pranawa Jati Ki pujangga melihat kesusahan yang terjadi pada jaman itu . . .
Rajanya utama, patihnya pandai dan menteri-menterinya mencita-citakan kesejahteraan rakyat serta semua pegawai-pegawainya cakap. Akan tetapi banyak kesukaran-kesukaran menimpa negeri; orang bingung, resah dan sedih pilu, serta dipenuhi rasa kuatir dan takut. Banyak orang pandai dan berbudi luhur jatuh dari kedudukannya. Banyak pula yang sengaja menempuh jalan salah . . . harga diri turun . . . akhlak merosot. Pada waktu-waktu seperti itu berbahagialah mereka yang sadar/ingat dan waspada.
- Menghadapi jaman seperti itu Ki Ronggowarsito memberikan petuah-petuahnya, yaitu yang dapat disebut sebagai empat pedoman hidup.
I. Tawakal marang Hyang Gusti
- Pedoman yang pertama; yaitu kepercayaan iman dan pengharapan kepada Tuhan.
- Pedoman inilah yang menjadi dasar hidup, perilaku dan karya manusia.
1. “Mupus papasthening takdir, puluh-puluh anglakoni kaelokan”
(pupuh 6, Kalatidha).
Arti :
Menyadari ketentuan takdir, apa boleh buat (harus) mengalami keajaiban. Manusia hidup harus menerima keputusan Tuhan.
2. “Dialah karsa Allah, begja-begjane kang lali, luwih becik eling lawan waspada”
(pupuh 7, Kalatidha)
Arti :
- Memanglah kehendak Allah, sebahagia-babagianya yang lupa, lebih bahagia yang sadar ingat dan waspada.
- Manusia harus selalu menggantungkan diri kepada kehendak (karsa) Allah.
- Karsa atau kehendak Allah itu seperti yang tersirat dalam ajaran agama, kitab suci, hukum-hukum alam, adat istiadat dan ajaran leluhur.
3. Muhung mahasing ngasepi, supaya antuk parimirmaning Hyang suksma.
(pupuh 8, Kalatidha)
Arti:
Sebaiknya hanya menjauhkan diri dari keduniawian, supaya mendapat kasih sayang Tuhan.
- Di kala ingin mendekatkan jiwa pada Tuhan, memang pikiran dan nafsu harus terlepas dari hal keduniawian.
- Supayantuk: Supaya dilimpahi Parimirmaning Hyang suksma; Kasih sayang Tuhan.
4. Saking mangunah prapti, Pangeran paring pitulung.
(pupuh 9, Kalatidha)
Arti :
Pertolongan datang dari Tuhan, Tuhan melimpahkan pertolongan.
- Hanya Dia, Puji sekalian alam, Gembala yang baik, yang dapat menolong manusia dalam kesusahannya.
- Mangunah : Pertolongan Tuhan
Prapti : Datang.
5. Kanthi awas lawan eling, kang kaesthi antuka parmaning suksma.
(pupuh 10, Kalatidha)
Arti:
Disertai dasar/awas dan ingat, bertujuan mendapatkan kasih sayang Tuhan.
6. Ya Allah ya Rasululah kang sifat murah lan asih.
(pupuh 11, Kalatidha)
Arti :
Ya Allah ya nabi yang pemurah dan pengasih.
7. Badharing sapudendha, antuk mayar sawatawis, borong angga suwarga mesti martaya.
(pupuh 12, Kalatidha)
Arti
(Untuk) urungnya siksaan (Tuhan), mendapat keringanan sekedarnya, (sang pujangga) berserah diri (memohon) sorga berisi kelanggengan.
- Pengakuan kepercayaan bahwa pada Tuhanlah letak kesalamatan manusia.
Pupuh-pupuh tambahan:
8. Setyakenang naya atoh pati, yeka palayaraning atapa, gunung wesi wasitane tan kedap ing pan dulu ning dumadi dadining bumi, akasa mwang; riya sasania paptanipun, jatining purba wisesa, tan ana lara pati kalawan urip, uripe tansah tungga”.
(pupuh 88, Nitisruti)
Arti:
Bersumpahlah diri dengan niat memakai tuntunan (akan) mempertaruhkan nyawa, yaitulah laku orang bertapa di (atas) gunung besi (peperangan) menurut bunyi petuah. Tak akan salah pandangannya terhadap segala makhluk dan terjadinya bumi dan langit serta segala isinya. Sekaliannya itu sifat Tuhan; tak ada mati, hiduppun tiada, hidupnya sudah satu dengan yang Maha suci.
- Karya sastra Nitisruti ditulis oleh Pangeran di Karangayam (Pajang), pada tahun saka atau 1591 M.
- Mengenai tekad untuk mengenal Tuhan dan rahasiaNya.
- Mengenal kekuasaan di balik ciptaan-Nya, karena sudah bersatu dengan Gusti-Nya.
9. Sinaranan mesu budya, dadya sarananing urip, ambengkas harda rubeda, binudi kalayan titi, sumingkir panggawe dudu, dimene katarbuka, kakenan gaibing widi.
(Dari serat Pranawajati)
Arti:
Syaratnya ialah memusatkan jiwa, itulah jalannya di dalam hidup, menindas angkara yang mengganggu, diusahakan dengan teliti, tersingkirkanlah perbuatan salah, supaya terbukalah mengetahui rahasia Tuhan.
- Serat Pranawajati ditulis oleh Ki R.anggawarsita
- Pupuh ini menjelaskan jalan kebatinan untuk mencapai (rahasia) Tuhan.
10. Pamanggone aneng pangesthi rahayu, angayomi ing tyas wening, heninging ati kang suwung, nanging sejatine isi, isine cipta kang yektos”.
(Dari serat Sabda Jati)
Arti:
Tempatnya ialah di dalam cita-cita sejahtera, meliputi hati yang terang, hati yang suci kosong, tapi sesungguhnya berisi, isinya cipta sejati.
11. Demikianlah orang yang dikasihi Tuhan, yang selalu mencari-Nya untuk memuaskan dahaga batin. Ia akan berbahagia dan merasa tentram sejahtera; sadar akan arti hidup maupun tujuan hidup manusia. Pembawaannya rela, jujur dan sabar; pasrah, sumarah lan nanima, berbudi luhur dan teguh dihati.
II. Eling lawan Waspada
- Pedoman yang kedua; yaitu sikap hidup yang selalu sadar-ingat dan waspada.
- Pedoman inilah yang menjaga manusia hingga tidak terjerumus ke dalam lembah kehinaan dan malapetaka.
Pupuh-pupuh :
1. Dilalah karsa Allah, begja-begjane kang lali luwih becik kang eling lawan waspada.
(Pupuh 1, Kalatidha)
Arti :
akdir kehendak Allah, sebahagia-bahagianya yang lupa, lebih bahagia yang sadar / ingat dan waspada.
2. Yen kang uning marang sejatining kawruh, kewuhan sajroning ati, yen tan niru nora arus, uripe kaesi-esi, yen niruwa dadi asor.
(Pupuh 8, Sabda Jati)
Arti:
Bagi yang tidak mengetahui ilmu sejati bimbanglah di dalam hatinya, kalau tidak meniru (perbuatan salah) tidak pantas, hidupnya diejek-ejek, kalau meniru (hidupnya} menjadi rendah.
3. Nora ngandel marang gaibing Hyang Agung, anggelar sekalir-kalir, kalamun temen tinemu, kabegjane anekani, kamurahaning Hyang Monon”.
(Pupuh 9, Sabda Jati)
Arti :
Tidak percaya kepada gaib Tuhan, yang membentangkan seluruh alam, kalau benar-benar usahanya, mestilah tercapai cita-citanya, kebabagiaannya datang, itulah kemurahan Tuhan.
- Serat Sabda Jati adalah juga ditulis oleh pujangga Ki Ranggawarsita.
- Pupuh 8 membicarakan keragu-raguan hati karena melihat banyak orang menganggap perbuatan salah sebagai sesuatu yang wajar.
- Akan tetapi bagi yang sadar/ingat dan waspada, tuntunan Tuhan akan datang membawa kebahagiaan batin.
4. Mangka kanthining tumuwuh, salami mung awas eling, eling lukitaning alam, dadi wiryaning dumadi, supadi nir ing Sangsaya, yeku pangreksaning urip.
(Pupuh 83, Wedhatama)
Arti :
Untuk kawan hidup, selamanya hanyalah awas dan ingat ingat akan sasmita alam, menjadi selamatlah hidupnya, supaya bebas dari kesukaran, itulah yang menjaga kesejahteraan hidup.
5. Dene awas tegesipun, weruh warananing urip, miwah wisesaning Tunggal, kang atunggil rina wengi, kang makitun ing sakarsa, gumelar ngalam sekalir.
(Pupuh 86, Wedhatama)
Arti :
Adapun awas artinya, tahu akan tabir di dalam hidup, dan kekuasaan Hyang Maha Tunggal, yang bersatu dengan dirinya siang malam, yang meliputi segala kehendak, disegenap alam seluruhnya.
- Wedhatama ditulis oleh Pangeran Mangkunegara IV.
6. Demikianlah sikap hidup yang berdasarkan “Eling lawan waspada”; yaitu selalu mengingat kehendak Tuhan sehingga tetap waspada dalam berbuat; untuk tidak mendatangkan celaka. Kehendak Tuhan mendapat dicari/ditemukan di dalam hukum alam, wahyu jatmika yang tertulis dalam kitab suci maupun karya sastra, adat-istiadat, nasehat leluhur/orang tua dan cita-cita masyarakat.
7. Eling” juga berarti selalu mengingat perbuatan yang telah dilakukan, baik maupun buruk, agar “waspada” dalam berbuat. Berkat sikap “eling lawan waspada” ini, terasalah ada kepastian dalam langkah-langkah hidup.
III. Rame ing gawe.
- Pedoman hidup yang ketiga, yaitu hidup manusia yang dihiasi daya-upaya dan kerja keras.
- Menggantungkan diri pada wasesa dan karsa Hyang Gusti adalah sama dengan menerima takdir.
Karena siapakah yang dapat meriolak kehendak Nya?
1. Ada tertulis:
Tidak ada sahabat yang melebihi (ilmu) pengetahuan Tidak ada musuh yang berbahaya dan pada nafsu jahat dalam hati sendiri Tidak ada cinta melebihi cinta orang tua kepada anak-anaknya Tidak ada kekuatan yang menyamai nasib, karena kekuatan nasib tidak tertahan oleh siapapun”.
(Ayat 5, Bagian II Kitab Nitiyastra).
2. Tetapi apakah kekuatiran atau ketakutan akan nasib menjadi akhir dan pada usaha atau daya upaya manusia? Berhentikah manusia berupaya apabila kegagalan menghampiri kerjanya?
3. …. Karana riwayat muni, ikhtiar iku yekti, pamilihe reh rahayu, sinambi budi daya, kanthi awas lawan eling, kang kaesthi antuka parmaning suksma.
(Pupuh 10, Kalatidha)
Arti :
…. Karena cerita orang tua mengatakan, ikhtiar itu sungguh-sungguh, pemilih jalan keselamatan, sambil berdaya upaya disertai awas dan ingat, yang dimaksudkan mendapat kasih sayang Tuhan.
- Menerima takdir sebagai keputusan terakhir, tidak berarti mengesampingkan ikhtiar sebagai permulaan daripada usaha.
4. Kuneng lingnya Ramadayapati, angandika Sri Rama Wijaya, heh bebakal sira kiye, gampang kalawan ewuh, apan aria ingkang akardi, yen waniya ing gampang, wediya ing kewuh, sabarang nora tumeka, yen antepen gampang ewuh dadi siji, ing purwa nora ana.
(Tembang Dandanggula, Serat Rama)
Arti :
Haria sehabis haturnya Ramadayapati (Hanoman), bersabdalah Sri Rama : Hai, kau itu dalam permulaan melakukan kewajiban, ada gampang dan ada sukar, itu adalah (Tuhan) yang membuat. Kalau berani akan gampang; takut akan yang sukar, segala sesuatu tidak akan tercapai. Bila kau perteguh hatimu, gampang dan sukar menjadi satu, (itu) tidak ada, tidak dikenal dalam permulaan (usaha).
5. Demikianlah, takdir yang akan datang kelak tidak seharusnya menghentikan usaha manusia. Niat yang tidak baik adalah niat “mencari yang mudah, menghindari yang sukar”. Semua kesukaran atau tugas harus dihadapi dengan keteguhan hati. “Rame ing gawe” dan “Rawe-rawe rantas malang-malang putung” adalah semangat usaha yang lahir dari keteguhan hati itu.
Catatan:
Pupuh ke empat adalah cuplikan dari serat Rama, yang ditulis oleh Ki Yosadipura.
(1729 – 1801 M)
IV. Mawasdiri:
- Pedoman hidup yang keempat, yaitu perihal mempelajari pribadi dan jiwa sendiri; yang merupakan tugas semua mamusia hidup.
Pupuh-pupuh:
1. Wis tua arep apa, muhung mahasing ngasepi, supayantuk parimirmaning Hyang Suksma.
(Pupuh 8, Kalatidha)
Arti :
Sudah tim mau apa, sebaiknya hanya menjauhkan diri dari keduniawian, supaya mendapat/kasih sayang Tuhan.
- Nasehat agar tingkat orang yang telah berumur menunjukkan martabat.
2. Jinejer neng wedhatama, mrih tan kemba kembenganing pambudi, sanadyan ta tuwa pikun, yen tan mikani rasa, yekti sepi asepi lir sepah samun, samangsaning pakumpulan, gonyak-ganyuk ngliling semi.
(Pupuh 2, Pangkur, Wedhatama)
Arti:
Ajarannya termuat dalam Wedhatama, agar supaya tak kendor hasrat usahanya memberi nasehat, (sebab) meskipun sudah tua bangka, kalau tak ketahuan kebatinan, tentulah sepi hambar bagaikan tak berjiwa, pada waktu di dalam pergaulan, kurang adat memalukan.
3. …. Pangeran Mangkubumi ing pambekanipun. Kang tinulad lan tinuri-luri, lahir prapteng batos, kadi nguni ing lelampahane, eyang tuwan kan jeng senopati, karem mawas diri, mrih sampurneng kawruh.Kawruh marang wekasing dumadi, dadining lalakon, datan samar purwa wasanane, saking dahat waskitaning galih, yeku ing ngaurip, ran manungsa punjul.
(Dari babad Giyanti)
Arti :
….Pangeran Mangkubumi budi pekertinya. Yang ditiru dan dijunjung tinggi, lahir sampai batin, seperti dahulu sejarahnya, nenek tuan kanjeng senopati gemar mawas diri untuk kesempumaan ilmunya. Ilmu tentang kesudahan hidup, jadinya lelakon, tidak ragu akan asal dan kesudahannya (hidup), karena amat waspada di dalam hatinya, itulah hidup, disebut manusia lebih (dari sesamanya).
- Babad Giyanti ditulis oleh pujangga Yasadipura I. Isinya memberi contoh tentang seseorang yang selalu mawas diri, yaitu Panembahan Senopati.
4. Mawas diri adalah usaha meneropong diri sendiri dan dengan penuh keberanian mengubah pribadinya. Maka inilah asal dan akhir dari pada keteguhan lahir dan batin.
5. Laku lahir lawan batin, yen sampun gumolong, janma guna utama arane, dene sampun amengku mengkoni, kang cinipta dadi, kang sinedya rawuh”.
(Dari babad Giyanti)
Arti :
Amalan lahir dan batin, bilamana sudah bersatu dalam dirinya, yang demikian itu disebut manusia pandai dan utama, karena ia sudah menguasai dan meliputi, maka yang dimaksudkan tercapai, yang dicita-citakan terkabul.
6. Nadyan silih prang ngideri bumi, mungsuhira ewon, lamun angger mantep ing idhepe, pasrah kumandel marang Hyang Widi, gaman samya ngisis, dadya teguh timbul).”
(Tembung Mijil, Dari babad Giyanti)
Arti :
Meski sekalipun perang mengitari jagad, musuhnya ribuan, tetapi asal anda tetap di dalam hati, berserah diri percaya kepada Tuhan, semua senjata tersingkirkan, menjadi teguh kebal.
7. Demikianlah ajaran Ki Ranggawarsita, yaitu mengenai empat pedoman hidup. Begitulah orang yang menggantungkan dirinya kepada kekuasaan Tuhan dan menerima tuntunan-Nya. Ia akan memiliki kepercayaan pada diri sendiri, tetapi tanpa disertai kesombongan maupun keangkaraan.
Cita-cita kemasyarakatan.
1. Ki pujangga Ranggawarsito mencita-citakan pula datangnya jaman Kalasuba, yaitu jaman pemerintahan Ratu Adil Herucakra. Karena itu beliau merupakan seorang penyambung lidah rakyatnya, yang menciptakan masyarakat “panjang punjung tata karta raharja” …. “gemah ripah loh jinawi” ….loh subur kang sarwa tinandur” dimana “wong cilik bakal gumuyu.
2. Tiga hal yang pantas diperjuangkan, untuk menegakkan pemerintahan Ratu Adil; yaitu: Bila semua meninggalkan perbuatan buruk, bila ada persatuan dan bila hadir pemimpin-pemimpin negara yang tidak tercela lahir batinnya.
3. Dengarlah!
4. Ninggal marang pakarti tan yukti, teteg tata ngastuti parentah, tansah saregep ing gawe, ngandhap lan luhur jumbuh, oaya ana cengil-cengil, tut runtut golong karsa, sakehing tumuwuh, wantune wus katarbuka, tyase wong sapraya kabeh mung haryanti, titi mring reh utama.
(Dari Serat Sabdapranawa)
Arti :
Meninggalkan perbuatan buruk, tetap teratur tunduk perintah, selalu rajin bekerja, bawahan dan atasan cocok-sesuai tak ada persengketaan, seia sekata bersatu kemauan, dari segala makhluk, sebab telah terbukalah, tujuan orang seluruh negara hanyalah kesejahteraan, faham akan arti ulah keutamaan.
5. Ngarataning mring saidenging bumi, kehing para manggalaningpraya, nora kewuhan nundukake, pakarti agal lembut, pulih kadi duk jaman nguni, tyase wong sanagara, teteg teguh, tanggon sabarang sinedya, datan pisan nguciwa ing lahir batin, kang kesthi mung reh tama.
(Tembang Dandanggula, Serat Sabdapranawa)
Arti:
Merata keseluruh dunia; sebanyak-banyak pemimpin negara tak kesukaran menjalankan perbuatan kasar-halus; kembalilah seperti dahulu kala, tujuan orang seluruh negara, tetap berani sungguh, boleh dipercaya segala maksudnya, tak sekali-kali tercela lahir batinnya, yang dituju hanyalah selamat sejahtera.
6. Demikianlah yang dicita-citakan pujangga agung Ranggawarsita.

Pemikiran RMP. Sosro Kartono

Ing donya mung kebak kangelan,sing ora gelem kangelan aja ing donya. “
” Di dunia penuh dengan kesusahan, yang tidak mau susah jangan di dunia. “
Sekilas Biografi
Raden Mas Panji Sosrokartono lahir di Mayong pada hari Rabu Pahing tanggal 10 April 1877 M. Beliau adalah putera R.M. Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Semenjak kecil beliau sudah mempunyai keistimewaan, beliau cerdas dan mempunyai kemampuan membaca masa depan.
Kakak dari ibu kita Kartini ini, setelah tamat dari Eropesche Lagere School di Jepara, melanjutkan pendidikannya ke H.B.S. di Semarang. Pada tahun 1898 meneruskan sekolahnya ke negeri Belanda. Mula-mula masuk di sekolah Teknik Tinggi di Leiden, tetapi merasa tidak cocok, sehingga pindah ke Jurusan Bahasa dan Kesusastraan Timur. Beliau merupakan mahasiswa Indonesia pertama yang meneruskan pendidikan ke negeri Belanda, yang pada urutannya disusul oleh putera-putera Indonesia lainnya.
Dengan menggenggam gelar Docterandus in de Oostersche Talen dari Perguruan Tinggi Leiden, beliau mengembara ke seluruh Eropa, menjelajahi pelbagai pekerjaan. Selama perang dunia ke I, beliau bekerja sebagai wartawan perang pada Koran New York Herald dan New York Herald Tribune. Kemudian, setelah perang usai, beliau menjadi penerjemah di Wina, tapi beliau pindah lagi, bekerja sebagai ahli bahasa pada kedutaan Perancis di Den Haag, dan akhirnya beliau hijrah ke Jenewa. Sebagai sarjana yang menguasai 26 bahasa, beliau bekerja sebagai penerjemah untuk kepentingan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa.
Sampai suatu ketika terdengar berita tentang sakitnya seorang anak berumur ± 12 tahun. Anak itu adalah anak dari kenalannya yang menderita sakit keras, yang tak kunjung sembuh meki sudah diobati oleh beberapa dokter. Dengan dorongan hati yang penuh dengan cinta kasih dan hasrat yang besar untuk meringankan penderitaan orang lain, saat itu juga beliau menjenguk anak kenalannya yang sakit parah itu. Sesampainya di sana, beliau langsung meletakkan tangannya di atas dahi anak itu dan terjadilah sebuah keajaiban. Tiba-tiba si bocah yang sakit itu mulai membaik dengan hitungan detik, dan hari itu juga ia pun sembuh.
Kejadian itu membuat orang-orang yang tengah hadir di sana terheran-heran, termasuk juga dokter-dokter yang telah gagal menyembuhkan penyakit anak itu. Setelah itu, ada seorang ahli Psychiatrie dan Hypnose yang menjelaskan bahwa sebenarnya Drs. R.M.P. Sosrokartono mempunyai daya pesoonalijke magneetisme yang besar sekali yang tak disadari olehnya.Mendengar penjelasan tersebut, akhirnya beliau merenungkan dirinya dan memutuskan menghentikan pekerjaannya di Jenewa dan pergi ke Paris untuk belajar Psychometrie dan Psychotecniek di sebuah perguruan tinggi di kota itu. Akan tetapi, karena beliau adalah lulusan Bahasa dan Sastra, maka di sana beliau hanya diterima sebagai toehoorder saja, sebab di Perguruan Tinggi tersebut secara khusus hanya disediakan untuk mahasiswa-mahasiswa lulusan medisch dokter.
Beliau kecewa, karena di sana beliau hanya dapat mengikuti mata kuliah yang sangat terbatas, tidak sesuai dengan harapan beliau. Di sela-sela hati yang digendam kecewa, datanglah ilham untuk kembali saja ke tanah airnya. Di tanah airnyalah beliau harus mencurahkan segenap tenaga dan pikiran untuk mengabdikan diri kepada rakyat Indonesia. Sesampainya di indonesia, beliau bertempat tinggal di Bandung, beliau menjadi sang penolong sesama manusia yang menderita sakit jasmani maupun rohani.
Di Bandung, di Dar-Oes-Salam-lah beliau mulai mengabdikan dirinya untuk kepentingan umat. Beliau terkenal sebagai seorang paranormal yang cendekiawan di mana saja, bahkan beliau pernah mendapat undangan Sultan Sumatera, Langkat. Di daerah sanalah beliau mulai menampakkan kepribadiannya secara pasti, karena di sebuah kerajaan beliau masih menunjukkan tradisi Jawanya, kerendah-hatiannya, kesederhanaannya, tidak mau menikmati kemewahan, bahkan dalam beberapa hari di tiap harinya beliau hanya makan dua buah cabe atau sebuah pisang.
Beliau tidak menikah, tidak punya murid dan wakil.
Pada hari Jum’at Pahing, tanggal 8 februari 1952 di rumah Jl. Pungkur No. 19 Bandung, yang terkenal dengan sebutan Dar-Oes-Salam, Drs. R.M.P. Sosrokartono kembali ke Sang Pencipta dengan tenang, tentram.
Mandor Klungsu“… para Pangeran ingkang sesami rawuh perlu manggihi pun Klungsu, …”
“… para pangeran yang berdatangan perlu menemui si Klungsu, …”
“Salam alaikum, Kula pun Mandor Klungsu.”
“Salam alaikum, Saya si Mandor Klungsu.”
“Taklimi pun Mandhor … Pak Klungsu.”
“Taklimnya Mandhor … Pak Klungsu.”
“Salam taklimipun lan padonganipun. Pak Klungsu.”
“Salam taklimnya dan do’anya. Pak Klungsu.”
Kutipan- kutipan di atas menunjukkan bahwa Drs. R.M.P. Sosrokartono menyebut dirinya sebagai “Mandor Klungsu”.
Klungsu artinya biji asam, bentuknya kecil tapi keras (kuat) yang ketika ditanam dan dirawat sebaik-baiknya, maka akan menjelma sebuah pohon yang besar-kekar, berdaun rimbun dan berbuah lebat.
Bukan sekedar biji buah asam, melainkan kepala/pimpinannya.
Pohon asam mulai dari pohon sampai bijinya, semua dapat dimanfaatkan. Selain itu, mempunyai sifat kokoh dan tegar.
Ketika melihat kiprahnya sehari-hari, maka beliau hanya seorang Mandor, Mandor Klungsu, yang harus menjalankan perintah Sang Pimpinan (Tuhan), serta mempertanggungjawabkan semua karyanya selama itu kepada Tuhannya.
“Kula dermi ngelampahi kemawon.”
Maksudnya, “Saya hanya menjalankan saja.”
“Namung madosi barang ingkang sae, sedaya kula sumanggaken dhateng Gusti.”
Maksudnya, “Saya hanya mencari sesuatu yang baik, semuanya saya serahkan kepada Tuhan.”
“Kula saged nindhakaken ibadat inggih punika kuwajiban bakti lan suwita kula dhateng sesami.”
Maksudnya, “Saya bisa menjalankan ibadah, yaitu kewajiban berbakti dan pengabdian saya kepada sesama.”
Jaka Pring
“… Nyuwun pangestunipun para sedherek dhumateng pun Djoko Pring.”
“… mohon do’a restunya saudara-saudara untuk si Jaka Pring.”
“Saking Ulun, Djoko Pring.”
“Dari saya, Jaka Pring.”
Selain untuk dijadikan nama, Drs. R.M.P Sosrokartono juga pernah menuliskannya sebagai berikut:
“Pring padha pring
Weruh padha weruh
Eling tanpa nyanding.”
Artinya, “Bambu sama-sama bambu, tahu sama-sama tahu, ingat tanpa mendekat.”
Versi lain berbunyi:
“Susah padha susah; seneng padha seneng; eling padha eling; pring padha pring.”
Artinya, “Susah sama-sama susah; senang sama-sama senang; ingat sama-sama ingat; bambu sama- sama bambu.”
Jaka adalah jejaka/laki-laki yang belum (tidak) menikah dan Pring adalah bambu.Pohon bambu adalah pohon yang sekujur tubuhnya dapat dimanfaatkan oleh siapa saja yang berkepentingan dengannya. Pohon Bambu dapat dimanfaatkan untuk membuat rumah, mulai dari tiang, atap, dinding, pagar, sampai atap-atapnya. Bukankah orang-orang dahulu menjadikan daun bambu sebagai genteng rumah mereka? Ranting-rantingnya dapat dijadikan kayu bakar atau pagar. Bambu dapat digunakan untuk membuat balai-balai, sangkar, keranjang, tempayan, tembikar, kursi, dll. Cikal bakal dari pohon bambu dapat dimanfaatkan untuk sayur/dimakan. Yang jelas, semuanya dapat dimanfaatkan, semuanya dapat difungsikan atau dibutuhkan sesuai kehendak orang yang bersangkutan.
Satu hal lagi, jenis bambu itu bermacam-macam. Sesuai dengan hajat seseorang dalam memfungsikan bambu, maka ia mempunyai pilihan terhadap jenis bambu yang mana ia butuhkan. Apakah bambu pethung, bambu ori, bambu wuluh, bambu apus dan lain sebagainya.
Kutipan di atas juga mengutarakan bahwa, apapun jenis kita, bangsa kita, agama kita, ras, warna kulit, perbedaan bahasa dan suku kita, kita tetap sama, sama-sama tahu, sama-sama manusia.Apapun jenis, warna dan bentuknya bambu, tetap bambu. Tak ada perbedaan, semua sama belaka. Manusia yang satu dengan manusia yang lain adalah sama. Seperti ketika beliau melakukan perjalanan ke luar Jawa, kemudian beliau bertemu oleh sekian jenis manusia dengan status sosial yang berbeda. Bagi beliau, semua manusia disejajarkan. Sikap egalitarisme tetap dijaga dan dilestarikan.
Dalam kondisi dan situasi bagaimanapun dan di manapun, ingat akan keterciptaan, teringat akan sesama, saling mengingatkan dan ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa, Yang Maha Pemurah. Ketika manusia itu ingat kepada Tuhannya, maka Tuhanpun akan ingat kepadanya.
Guru Sejati
“Murid, gurune pribadi
Guru, muride pribadi
Pamulangane, sengsarane sesami
Ganjarane, ayu lan arume sesami.”
Artinya, “Murid gurunya diri pribadi. Guru, muridnya diri pribadi. Tempat belajarnya/pelajarannya, penderitaan sesama. Balasannya, kebaikan dan keharuman sesama.”
Untaian itu mengandung pengertian bahwa sesungguhnya dalam diri seseorang terdapat seorang guru dan diri seseorang itu sendiri menjadi murid, murid dari guru sejati.Sebab, pada intinya, segala bentuk ilmu dan pengetahuan itu hanya datang dari Tuhan, karena guru selain Tuhan itu hanya sebagai perantara belaka.
“Sinau ngarosake lan nyumerepi tunggalipun manungsa, tunggalipun rasa, tunggalipun asal lan maksudipun agesang.”
Artinya, “Perlu belajar ikut merasakan dan mengetahui bahwa manusia itu satu, rasa itu satu, berasal dari tempat yang sama, dan belajar memahami arti dari tujuan hidup.”
“Tansah anglampahi dados muriding agesang.”
Artinya, “Selalu menjalani jadi murid kehidupan/sesama hidup.”
Kehidupan itulah sang guru, karena kehidupan itu juga mengajarkan kepada kita.
Sang Alif
“… Ping kalihipun perlu babat lan ngatur papan kangge masang Alif. (Masang Alif punika inggih kedah mawi sarana lampah. Boten kenging kok lajeng dipun canthelaken kemawon, lajeng dipun tilar kados mepe rasukan).”
Artinya, “Yang keduanya perlu membuka dan mengatur tempat untuk memasang Alif. (Memasang Alif itu harus dengan sarana penghayatan. Tidak boleh hanya dicantolkan begitu saja, lalu ditinggal layaknya menjemur pakaian.)
“Ngawula dateng kawulaning Gusti lan memayu ayuning urip, …”
Maksudnya adalah mengabdi kepada abdinya Tuhan dan memperbaiki keindahan hidup.
Diungkapkan bahwa Drs. R.M.P. Sosrokartono memiliki tiga buah Alif, yaitu :
Sang Alif warna hitam, dengan dasar putih.
Sang Alif warna putih, dengan dasar biru muda.
Sand Alif warna putih, dengan dasar merah.
Ketika melayani dan mengobati orang-orang yang sakit, Drs. R.M.P. Sosrokartono selalu berdiri. Beilau kuat sekali berdiri berjam-jam atau berhari-hari. Setelah mengobati orang-orang sampai pukul 12 malam, Dar-Oes-Salam ditutup. Namun beliau tidak langsung tidur, beliau seringkali bermain catur sampai jam 3, 4 pagi, itupun beliau lakukan sambil berdiri.
Kanthong Bolong“Nulung pepadhane, ora nganggo mikir
wayah, wadhuk, kanthong.
Yen ana isi lumuntur marang sesami.”
Artinya, “Menolong sesama, tidak perlu memakai pikiran waktu, perut, saku. Jika (saku) berisi mengalir kepada sesama.”
Dengan demikian, maksud dari “Ilmu Kanthong Bolong” adalah sebuah pengetahuan konkrit tentang sebentuk tempat yang selalu kosong, yang secara pasti tempat itu tak pernah membiarkan sesuatu yang dimilikinya tetap ada, karena tempat itu berlobang, maka apapun yang ditaruh di sana selalu mengalir, sehingga menjadi kosong dan sunyi dari apa saja.
“Nulung tiyang kula tindakaken ing pundi-pundi, sak mangsa-mangsa, sak wanci-wanci.”
Maksudnya, menolong orang itu dilaksanakan di mana-mana, sewaktu-waktu, kapan saja.
Sugih Tanpa Bandha“Sugih tanpa bandha.
Digdaya tanpa hadji.
Ngalurug tanpa bala.
Menang tanpa ngasoraken.”
Artinya, “Kaya tanpa harta. Sakti tanpa azimat. Menyerang tanpa balatentara. Menang tanpa merendahkan.”
Demikianlah kata-kata mutiara yang tertera pada salah satu batu nisan makam Drs. R.M.P. Sosrokartono di Sidhomukti Kudus.
Ajaran Drs. R.M.P. Sosrokartono ini tidak mengajak orang-orang Indonesia jadi orang yang melarat, miskin, tak punya harta, sehingga mudah dipermainkan oleh mereka yang berharta. Tapi sesungguhnya, kembali pada penjelasan bahwa orang kaya itu bukanlah karena banyak harta bendanya, melainkan orang kaya itu adalah orang yang kaya hatinya, yang kaya mentalnya.
“Puji kula mboten sanes namung sugih-sugeng-seneng-ipun sesami.”
Maksudnya, si miskin akan akan tetap jadi miskin atau makin miskin karena bermental miskin.
Bukankah orang kaya itu orang yang sudah tak lagi membutuhkan sesuatu, karena semuanya telah terpenuhi? Meskipun anda tak berharta, tapi anda sudah merasa cukup dengan apa yang anda dapatkan di dunia ini, maka andalah orang kaya itu. Sebaliknya, meskipun anda banyak berharta, tapi anda masih menginginkan dan membutuhkan sesuatu yang begini dan begitu, maka anda bukanlah orang kya, karena anda masih fakir (butuh) dan kebutuhan anda belum tercukupi.
Digdaya Tanpa Aji“Ajinipun inggih boten sanes namung aji tekad; ilmunipun ilmu pasrah; rapalipun adilipun Gusti.”
Artinya, “Ajiannya tidak lain hanyalah ajian tekad, ilmunya ilmu pasrah, manteranya keadlan Tuhan.”
Perbuatan taat dan meninggalkan maksiat itulah sumber energi yang dapat membuat seseorang sakti mandraguna, disamping kemampuan diri mengekang gejolak syahwat dan dari perintah nafsu yang buruk.
Rumusan beliau “Digdaya tanpa Aji” ada pada tiga tahapan, yaitu :
TekadTekad adalah sifat yang merujuk pada semangat dan keberanian diri dalam menghadapi segala masalah, seperti rekayasa hidup, fitnah dan bujukan dunia. Tekad ada karena ada niat, sementara segala sesuatu itu tergantung pada niatnya. Jika niatnya itu baik, maka baiklah jadinya. Selain itu, dengan tekad manusia dapat menyelesaikan tugas-tugasnya. Tekad bukan berarti spekulasi miring, tapi lebih mengarah pada sikap tidak takut pada apapun dan siapapun, sehingga hasil yang dicapaipun menjadi maksimal. Tekad dapat dijadikan senjata, yakni senjata psikis dalam menghadapi setiap masalah. Oleh karena itu tekad dapat dijadikan ajian, azimat pamungkas dalam segala urusan. Untuk mendapatkan “aji tekad” tidak perlu melakukan laku (tirakat), tidak pula belajar ilmu kanuragan dahulu, tetapi “aji tekad” dapat diperoleh dengan menanam keberanian, kepasrahan, keadilan dan niat yang baik dalam diri.
PasrahIlmu pasrah dapat juga disebut ilmu tawakal. Memasrahkan diri sepenuhnya kepada Yang Maha Kuasa. Ilmu tawakal ini bisa diperoleh dengan menanamkan pemahaman dalam diri bahwa tak ada kuasa dan daya selain kuasa dan daya Tuhan Yang Maha Agung. Hidup dan mati itu urusan Tuhan, sukses dan gagal atas kehendak Tuhan. Intinya, menyerahkan permasalahan hidup ini kepada Tuhan, karena Dialah sebaik-baiknya Wakil. Pasrahkan jiwa dan raga kepada-Nya; Dibalik tawakkal ada keselamatan, karena ketika manusia telah menyerahkan hidup-matinya, segala urusannya kepada Yang Maha Esa, maka Dialah yang akan melindungi dan menyelamatkannya dari bahaya dan bencana.
KeadilanKeadilan disini adalah lafal, kata/tanda yang disandarkan kepada Tuhan. Keadilan ini sulit didapat dan sulit dipraktekkan, kaena keadilan adalah puncak dari kebaikan. Ketika manusia tak dapat berbuat adil, maka Tuhanlah yang akan memberikan keadilan. Keadilan Tuhan ini sangat menakutkan, karena Yang Maha Adil itu takkan memandang siapa yang akan diadili, sehingga keadilan benar-benar ditegakkan.
Ketika keadilan-Nya telah berbicara, maka kebenaranlah yang ada. Ketika keadilan Tuhan telah menjadi ucapan seseorang dalam denyut kehidupannya, maka kebenaran dan kebaikanlah yang diperolehnya.
“Tanpa aji, tanpa ilmu, kula boten gadhah ajrih, sebab payung kula Gusti kula, tameng kula inggih Gusti kula.”
Artinya, “Tanpa ajian, tanpa ilmu (kanuragan), saya tidak takut, sebab payung atau pelindung saya adalah Tuhan dan perisai saya juga hanya Tuhan.”
Bertempur Tanpa Pasukan“Ngalurug tanpa Bala” adalah merupakan sebagian kebenaran hidup yang harus dihayati dan diamalkan, karena ungkapan ini merujuk pada istilah berkarya dengan tangan sendiri. Tak perlu bantuan, tak perlu teriak-teriak meminta pertolongan, karena diri pribadi sudah dapat mengatasi apa yang dialami.
Sesungguhnya musuh manusia adalah setan, baik setan manusia maupun setan jin, maka kepada keduanyalah manusia harus melakukan perlawanan. Sekali lagi, setan-setan itulah yang harus dilawan, diperangi, dan kalau bisa, dimusnahkan saja. Dengan bekal teksd dan keberanian yang suci, maka tak ada yang tak dapat dihancurkan, karena semua mahluk akan binasa kecuali Dzat-Nya.
Kasih sayang dapat melunakkan musuh, dapat menolong, dapat dijadikan pelindung, dan dengan tekad asih, kita tidak akan merasa takut terhadap siapapun dan apapun.
“Ingkang kula dalaken dede tekad pamrih, ananging tekad asih.”
Artinya, “Yang saya pergunakan bukan tekad pamrih, tapi tekad asih.”
“Anglurug tanpa bala, tanpa gaman; Ambedhah, tanpa perang tanpa pedhang.”
Maksudnnya, mengejar (musuh) tanpa tentara, tanpa senjata; menundukkan (musuh) tanpa perang tanpa pedang.Tak perlu teman, tak perlu senjata. Hindarilah peperangan, pertarungan, atau kekerasan.
Yakinlah bahwa orang yang berjalan dengan membawa cinta kasih kepada sesama mahluk akan senantiasa mendapatkan pertolongan dan perlindungan Tuhan.
Meskipun manusia tidak mencari masalah atau musuh, permasalahan atau musuh itu datang dengan sendirinya dan akan meniupkan gangguan-gangguan. Akan tetapi, permasalahan dan musuh yang ada di dalam diri kita sendiri. Tekanan batin, penderitaan mental, atau nafsu-nafsu kotor yang menghuni lembah diri kita itulah permasalahan dan musuh kita yang berat lagi membahayakan, karena tak tampak tetapi dapat kita rasakan.
Nafsu-nafsu jahat yang menghuni diri manusia bermacam-macam. Nafsu-nafsu itulah yang pada umumnya membuat manusia menjadi sombong, kikir, dengki, jahat dan segala bentuk sifat buruk sering bercokol dalam dirinya, sehingga kehinaan dan kenestapaanlah yang diperoleh, bukan kemuliaan dan keselamatan. Maka, sangat elegan jika Drs. R.M.P. Sosrokartono mencetuskan rumusan “Ngalurug tanpa Bala” yang mempunyai muatan ajaran spiritual dalam rangka menghalau segala bentuk keburukan yang ada didalam diri manusia, supaya manusia tidak menjadi hina, karena barang siapa yang dikalahkan dengan hawa nafsunya maka kehinaanlah yang akan bersanding mesra dengannya.
Trimah Mawi Pasrah
“Trimah mawi pasrah.Suwung pamrih, tebih ajrih.Langgeng tan ana susah, tan ana seneng.Antheng mantheng sugeng jeneng.”
Artinya, “Menerima dengan pasrah. Tiada pamrih, jauh dari takut. Abadi tiada duka, tiada suka. Tenang memusat, bahagia bertakhta.”
Konsep “trimah mawi Pasrah”, oleh Drs. R. M. P. Sosrokartono, diperjelas dengan apa yang pernah beliau katakan di bawah ini :
“Ikhlas marang apa sing wes kelakon.
Trimah apa kang dilakoni.
Pasrah marang apa bakal ana.”
Artinya, “Ikhlas terhadap apa yang telah terjadi. Menerima apa yang dijalani. Pasrah terhadap apa yang akan ada.”
Jadi, selain bergandengan dengan ilmu sabar, ilmu pasrah dan ilmu trimah juga bergandengan dengan ilmu ikhlas, tidak mencari pamrih, tidak karena ingin dipuji, tidak pamer kepada orang lain. Apa yang telah terjadi, biarlah terjadi, karena kepasrahan akan membawa keridhaan, dan keridhaan akan membawa keikhlasan, dan itulah sabar, sebuah sifat yang sangat disukai oleh Tuhan.
“Trimah mawi Pasrah” juga dapat diartikan bahwa manusia hanya dapat berusaha, sedangkan Tuhanlah yang menentukan segalanya. Oleh karena itu, janganlah terlalu menyesali nasib, karena dibalik derita ada bahagia, dibalik kesusahan ada kemudahan. Yang pasrah akan mendapat kemudahan, yang ridha akan mendapatkan ganti, yang sabar akan mendapatkan kemuliaan dan yang ikhlas akan mendapat ketenangan dan kebahagiaan hati.
Suwung Pamrih Tebih Ajrih” … Suwung pamrih, suwung ajrih, namung madosi barang ingkang sae, sedaya kula sumanggaken dhateng Gusti … “
Artinya, ” … Tiada pamrih, tiada takut, hanya mencari sesuatu yang baik, semua saya serahkan kepada Tuhan … “
“Yen kula ajrih, kenging dipun wastani ngandut pamrih utawi ancas ingkang boten sae.”
Artinya, “Jika saya takut, boleh dikatakan (bahwa saya) menyimpan pamrih atau niat yang tidak baik.”
“Luh ingkang medal sangking manah punika, dede luh ipun tangis pamrih, nanging luh peresanipun manah suwung pamrih.”
Artinya, “Air mata yang keluar dari hati ini, bukanlah air matanya tangis pamrih, tetapi air mata perasan hati yang kosong pamrih.”
Ketika anda menangis, menangislah karena syukur dan ikhlas, bukan karena menginginkan imbalan yang tak kunjung tiba. Apalah artinya menantikan imbalan, jika semua yang ada tak mengizinkan. Apalah artinya tangisan hanya gara-gara ingin dipuji, dibalas atau diberi, jika kemuliaan jauh dari kita. Yang terpenting adalah kedamaian, ketentraman, aman, kebahagiaan dan kemuliaan.
Pamrih itu hanya membuat seseorang menjadi penakut, picik, menderita, menjenuhkan, bahkan dapat membuat orang menjadi hina.
Apalah artinya berpegang kepada kesementaraan, jika di alam baka kita dicambuk derita ?!
Padhang Ing Petheng” … Wosipun inggih punika ngupadosi padhang ing peteng; seneng ing sengsara, tunggaling sewu yuta … “
Artinya, “Yang jelas adalah mencari terang di dalam gelap; senang dalam kesengsaraan, ribuan juta contohnya.”
Apa saja yang ada di dunia ini relatif. Di bumi ini selalu ada dualisme, seperti padhang-peteng; seneng-sengsara; sehat-sakit; hujan-panas dan lain sebagainya. Demikianlah yang namanya kehidupan. Peteng terus itu tidak ada. Padhang terus juga tidak ada. Seneng terus itu juga tidak ada. Sengsara terus itupun tidak ada. Oleh karena itu, yang bertentangan itu dibutuhkan dalam kehidupan ini. Dengan adanya panjang, kita tahu pendek; dengan adanya sakit, kita bisa merasakan sehat. Dengan mengetahui baik, maka kita tahu apa itu buruk.
Hujan dan panas, keduanya dibutuhkan dalam kehidupan ini. Kalau orang tidak mau peteng dan selalu ingin yang padhang saja, apa jadinya dunia ini? Kapan kita istirahat, kapan kita tidur? Kalau peteng terus, apa saja yang semula tumbuh pasti mati. Sebab tidak terkena sinarnya matahari. Kalau panas terus, bumi ini akan kering kerontang, kematian akan tersebar di muka bumi. Kalau hujan terus, pasti terjadi banjir di mana-mana. Daratan akan tenggelam, kelaparan melanda dunia disertai kematian umat manusia. Dimana-mana yang ada cuma air! Apa jadinya bumi ini?
Senang dan sengsara harus diterima seperti apa adanya, karena kedua-duanya membawa manfaat dan didalamnya ada hikmah yang tersembunyi. Janganlah kita terikat atau terbelenggu oleh senang dan susah. Jika kesengsaraan datang, terimalah. Jika kesenangan datang, sambutlah. Mengapa? Supaya hidup ini dapat dijalani dengan tenang.
Di manapun anda temukan kegelapan, maka terangilah. Di manapun anda temukan kesengsaraan, maka berilah kesenangan. Janganlah berhenti melakukan tugas itu, karena berjuta-juta yang membutuhkan cahaya terang dan sinar kebahagiaan.
Catur MurtiCatur itu empat, sedangkan Murti itu penjelmaan. Jadi yang dimaksudkan adalah empat yang dijelmakan menjadi satu. Menurut Aksan, Catur Murti adalah bersatunya empat faal, yaitu pikiran, perasaan, perkataan dan perbuatan.
Berawal dari keinginan atau kehendak (perasaan), itulah yang menyebabkan berpikir dan tindak lanjutnya adalah berkata, terakhir berbuat. Pikiranlah yang mendorong kita untuk berkata maupun berbuat. Sekarang tergantung kepada pikirannya. Kalau pikirannya baik/benar, maka akan mengeluarkan kata-kata yang baik/benar. Kalau pikirannya baik/benar, akan mendorong untuk berbuat baik/benar. Jika pikirannya jahat/tidak benar, akan mendorong orang untuk berkata yang jahat dan berbuat jahat.
Kebencian jangan diberi kesempatan untuk merajalela di alam pikiran kita. Kita harus menjinakkan kebencian yang ada di dalam pikiran kita, kemudian kita pudarkan atau kita kecilkan, agar pikiran jahat itu dapat kita hilangkan. Kalau sudah begitu, jangan diingat-ingat lagi orang yang pernah membuat anda jadi benci. KAta-katanya, perilakunya, jangan diingat lagi. Dengan berjalannya waktu, anda akan melupakan itu semuanya. Berterima kasihlah kepada Tuhan, karena anda dikaruniai sifat lupa, kalau anda tidak diberi lupa, maka anda akan ingat segala-galanya, apakah anda tidak bertambah pusing?
Ada kalanya kita menggunakan pikiran yang baik, namun masih dianggap kurang cukup. Menggunakan perasaan yang baik pun masih ada kekurangannya.
Sebagai contoh : Anda sedang berjalan dengan seorang teman. Kebetulan teman itu tidak punya uang sama sekali. Dan sama-sama lapar, tetapi uang anda hanya Rp 2000. Anda mampir di warung, nasi satu piring Rp 2000. jadi yang makan hanya anda sendiri. Sebab, uang itu adalah uang anda sendiri dan anda sangat lapar. Teman anda menunggu sambil berdiri, di luar warung. Sampai hatikah anda berbuat begitu?
Contoh lainnya : Uang Rp 2000 anda berikan kepada teman anda, teman anda yang makan. Anda hanya duduk saja di dalam warung, sambil mengamati teman anda yang sedang menikmati makanannya.
Pada contoh yang pertama, anda egoistis. Sekalipun berpikir benar. Pada contoh yang kedua, anda adalah orang gila yang baik hati. Sekalipun berperasaan benar. Nah, coba anda mencari makanan yang harganya Rp 1000 saja. Anda dan teman anda sama-sama dapat makan. Anda makan tidak kenyang, tetapi sudah makan. Teman anda tidak kelaparan. Jadi sebelum anda berbuat, pikiran yang benar harus diselaraskan dengan perasaan yang benar. Artinya, ada unsur penyelarasan. Dengan begitu, dalam konteks tersebut, perbuatan anda adalah “Perbuatan benar”.
Dengan demikian, Catur Murti itu merupakan kesatuan, tidak boleh dipisahkan, jangan ambil protholannya saja, ambillah kesatuannya, keseluruhannya. itu baru namanya Catur Murti. Selain itu, Catur Murti bukan hanya sekedar dihafalkan, tapi harus dihayati dan diamalkan. Berlatih Catur murti tanpa berhenti, baru ada manfaatnya. Sehingga menyatu dengan jiwa kita, sehingga kita terbiasakan untuk berpikir benar, berperasaan benar, berkata benar dan berbuat benar. Dalam situai dan kondisi apapun reaksi kita jadi cepat dan dalam mengambil keputusan bisa dengan tepat dan benar.
Tuhan telah memberi kita 2 buah mata, 2 buah telinga dan 1 mulut. 2 buah mata, artinya banyak-banyaklah melihat. 2 buah telinga, artinya banyak-banyaklah mendengar. 1 buah mulut, kalau tidak perlu sebaiknya ditutup. Sebab mulut adalah pintu gerbang yang mendatangkan bahaya.
Benci (kebencian)Hidup ini jadi tegang dan gelisah. Kebencian dapat melahirkan dendam. Dendam dapat melahirkan ketidaktenangan. Gelisah dan gundah gulana itu juga akibat dari sebuah kebencian.
SerakahKeserakahan menyebabkan hati kita tertutup. Hati yang tertutup tidak dapat melihat kepentingan orang lain, tidak dapat merasakan penderitaan orang lain. Yang dipikirkan hanya kepentingan, kesenangan dan keselamatan dirinya sendiri.
Iri HatiOrang yang iri hati selalu merasa tidak senang, jika orang lain senang. Ia tidak merasa bahagia kalau orang lain bahagia. Ia merasa kecil hati melihat orang lain sukses. Orang yang iri hati itu hatinya kerdil, karena ia tidak mau menerima kenyataan dengan lapang dada atau mengakui kesuksesan orang lain, kegembiraan orang lain, kebahagiaan orang lain. Orang iri hati cepat sekali untuk memfitnah orang, menggunjing atau menjelekkan orang lain yang sukses.
FitnahSelama kita benar, jangan takut terhadap fitnah. Kalau kita tak berbuat yang neko-neko, kita merasa benar, tak perlu memikirkan fitnah itu. Biarkan saja, diamkan saja dan hadapi dengan kesabaran.
Bodoh (kebodohan)Bilamana kita sedang marah, sedang membenci, sedang iri hati, sedang serakah, pada saat itu kita dalam keadaan bodoh, yang artinya tidak punya kemampuan untuk mengendalikan diri/lepas kontrol. Saat itu pikiran kita jadi gelap, tidak sadar, tidak bijaksana, kita jadi bodoh (tidak seperti biasanya, cerdas, bijaksana). Karena bodoh, ada kemungkinan kita memukul atau membunuh tanpa kesadaran. Melakukan hal-hal membahayakan untuk diri sendiri dan orang lain, dan kita pun menderita lahir batin. Kita baru sadar, setelah itu semua terjadi. Kesadaran yang datangnya terlambat.
Mutiara-mutiara
“… Kula badhe nyobi prabotanipun wong lanang, inggih punika: bares, mantep, wani. …”
“… Saya akan mencoba identitas seorang lelaki, yaitu: jujur, mantab, wani …”
“Boten kenging tiyang jaler ngunduri utawi nyingkiri bebaya utami, saha cidra dhateng pengajeng-ajeng lan kepercadosipun sesami.”
Intinya, seorang pemberani jangan takut menghadapi apapun..
“Yen kapergok aja mlayu.”
..dan jika bertemu suatu bahaya, jangan lari. (Bertanggungjawab)
“Ing donya mung kebak kangelan, seng ora gelem kangelan aja ing donya.”
“Di dunia penuh dengan kesusahan, yang tidak mau susah jangan di dunia.”
“Ajinipun inggih boten sanes naming aji tekad, ilmunipun ilmu pasrah, rapalipun adiling Gusti.”
Intinya, tak perlu mempelajari ajian-ajian, cukup dengan tekad yang baik, dengan kepasrahan yang benar dan selalu berlindung di bawah sifat adil tuhan.
“Kula bade ngukur dedeg kula, nimbang botin kamantepan, njajagi gayuhanipun budi.”
Intinya, di dalam sebuah pengembaraan, sebaiknya seseorang juga perlu mempertimbangkan keyakinan yang dimilikinya dan mendalami raihan budi. Sejauh mana keyakinan dan raihan budinya, dapat dilihat setelah seseorang menjalani pengembaraan, karena di sanalah kedua hal tersebut dapat teruji dan terbukti.
“Pakerti asor numusi anak putu lan mbekta kasengsarane tiyang katah.”
Intinya, harus tahu bahwa perbuatan atau akhlak yang buruk dapat terwarisi oleh sang anak dan dapat mendatangkan kesengsaraan orang lain.
“Aja dumeh, tepa slira, ngerti kuwalat.”
Intinya, janganlah merasa hebat. Terhadap siapapun harus tenggang rasa. Dan harus tahu kena tuah (semisal hukum karma).
“Wani mengku: anteping ati, kencenging pikir, boboting kekuatane.”
Intinya, kemantapan dan kekuatan hati, pikiran yang kuat atau teguh dan bobotnya kekuatan harus dimiliki.
“Nekad: Kekendelan, ngluwihi kekuatan.”
Intinya, bertekad bahwa kepastian (di dalam diri) itu melebihi kekuatan.
“Dede tekad pamrih, nanging tekad asih.”
Intinya, berdasarkan pada tekad asih, bukan tekad pamrih.
“Tiyang mlampah punika, sangunipun lan gembolanipun satunggal, inggih punika : “maksudipun”.”
Intinya, orang berjalan hanya mempunyai satu bekal, yaitu niat.
“Barang sanesipun saged dipun wastani ngriribedi lan ngrawati lampah, kenging dipun wastani ugi : Ngendoni niyat utawi “ngeker ancas lan tujuning lampah”.”
Intinya, barang lainnya selain niat yang baik, hanya akan menjadi penghalang dan memperberat langkah, dapat juga dinamakan sesuatu yang bisa mengendorkan niat, bisa memutar tujuan perjalanan. Gara-gara mencari sesuatu yang tak jelas, niat seseorang dapat berubah.

Friday, March 13, 2009

Apa kata dunia!


APA KATA DUNIA!


“Apa kata dunia! “demikian ungkapan terkenal dari sang Jendral Naga Bonar “Deddy Mizwar” dalam film Naga Bonar yang cukup laris di Indonesia. Sang Jendral rupanya sudah tidak tahan melihat penderitaan rakyat sehingga dengan lantang dia berani mencapreskan diri. Berani beradu kekuatan dalam perebutan singgasana nagari nusantara. Harus diakui jendral kelahiran Jakarta 1951 ini masih bingung lewat kendaraan partai mana dia akan maju berperang. Di sinilah kita bisa melihat bahwa seorang jendralpun masih bisa bingung apalagi parjuritnya.
Tulisan ini bukan hendak mengulas sepak terjang si Jendral Naga Bonar di jagat dunia pewayangan politik. Bukan pula untuk menerjemahkan apa itu semboyan MEKAR (Mengutamakan Rakyat) yag dbawanya keliling nusantara. Penulis hanya mau meminjam ucapan yang sudah mengIndonesia itu dalam menyikapi peristiwa kehidupan ini.

Ya …….. apa kata dunia! begitu menyadari sang istri sudah telat dua bulan. Apa yang hendak kukatakan pada dunia di umur yang sudah tidak muda lagi sang istri masih berhamil ria. Apa kata dunia! di jaman di mana sebagian orang mengalami musim panca roba semua serba susah ini harus menjaga amanah anak sampai lima. Apa kata dunia ! jika si sulung yang sudah kuliah dan mulai dekat – dekat pacar mendengar harus punya adik lagi. Apa kata dunia ! jika keluarga di Indonesia mendengar kabar yang seharusnya disambut suka cita ini. Dan apa kata dunia! yang lain……..
Apapun kata dunia inilah konsekwensi dari 9 tahun tidak berKB. Sembilan tahun hanya mengandalkan Keluarga Bercelana tentu bukan suatu tindakan bijak. Selama kurun waktu itulah sang istri sering terlambat bulan beberapa minggu dan diakhiri dengan pendarahan yang hebat. Entah pendarahan ini bisa dikatagorikan sebagai keguguran atau menstruasi biasa. Apapun kata dunia kini kami harus bersiap menerima amanah yang kelima.
Apapun kata dunia di sini Allah SWT menunjukkan kuasaNya bahwa kita sejatinya bukan siapa-siapa. Orang tua bukanlah sang creator bagi anaknya. Allah lah yang kuasa menentukan kehendakNya. Kami yang beraktifikas sebagai pengisi waktu senggang dan pelipur lara akhirnya muncul si jabang bayi. Sedangkan beribu-ribu pasangan kasak kusuk membuat adonan baik siang maupun malam hasilnya masih kalian belum beruntung. Kalaupun orang tua sebagai sang creator tentu di muka bumi penuh anak-anak berakhlak Muhamad, berotak Bill Gates, berwajah Tom Cruise, karena setiap manusia mendambakan kesempurnaan.
Sampailah kami pada suatu titik perenungan dan hati yang rela menerima generasi penerus dengan suka cita. Sang istri sudah mulai tersenyum dan kuat mentalnya. Suatu malam selepas bermain tennis kamipun memeriksakan diri ke rumah sakit. Apa kata dunia! ketika itu dokter tersenyum mendengar ini adalah kehamilan yang kelima. Apa kata dunia! ketika dokter yang mengUSG bilang Indonesia sudah banyak penduduk. Kabar gembira ini kusampaikan kepada kakak-kakaknya di sini. Bermacam reaksi dari mereka saling berlainan. Ada yang menyambut suka cita ada pula yang bilang “apa kata dunia! kalau si adik nanti mengganggu aktifitas tenisku”. “Lho kok bisa “ tanya mamanya sekan ingin tahu “ Ya…iyalah gara-ada ada adik mama dan papa sibuk ngurusin adik hingga nggak ada waktu untuk kita- kita lagi”.
Apa kata dunia ! harus pula di dengar dari tetangga dan teman – teman dekat. Awalnya ada yang percaya dan tidak namun akhirnya duniapun gempar seakan mengulang “apa kata dunia !”. Terus terang merekalah yang selama ini membuat tegar kami untuk menerima sebuah kenyataan. Mereka memberikan support yang tak terhingga. Support yang dari mulai membacakan ayat-ayat Allah hingga mewartakan sunnah nabi. Tidak jarang mereka menanyakan kepada istriku pingin makan apa?. Barangkali sesame wanita tahu perasaan orang hamil. Dan mak jlek! segala makanan yang diminta istriku tersedia. Saat ini keluarga kami seperti mempunyai lampu aladin. Segala makanan yang diinginkan istri tercapai. Di sinilah nilai sebuah pertemanan beranjak menjadi persahabatan. Mereka benar – benar telah menjadi sahabat dalam suka dan duka.
Kabar yang tersiar memunculkan teka teki siapa nama si jabang bayi kelak. Melihat bapaknya yang gila tenis ada yang mengusulkan namanya kelak Muhamad Roger Rafael. Anak- anak menebak kalau adik kecilnya laki-laki pasti namanya di mulai dari G. ‘ Iya Gaphar ‘ jawabku sambil gurau. ‘Kenapa Gaphar Pa?’ tanyanya sambil penasaran. ‘Iya….. soalnya kalau kakak-kakaknya nakal nati tinggal digaphar … ha. ha……..” suasanapun jadi gelak tawa.
Soal nama adalah menjadi langkah berikutnya ketika mengetahui kehamilan istri. “Nama adalah doa, maka namailah anakmu yang bagus” itulah yang sudah kita pahami. Di samping itu nama akan selalu menunjukan identitas si anak. Nama akan disandang selama hayat dikandung badan oleh si anak. Maka mulailah kami mengobrak – abrik internet untuk mengungkapa nama – nama yang baik untuk anak. Kamipun mahfum ada nama-nama yang diharamkan, diajurkan, dimakrukan dsb.
Cerita orang tua yang jauh – jauh menyiapkan nama anak dan tiba – tiba saja berubah dbegitu anak lahir pernah kami alami. Si sulung dulunya sudah kusiapkan nama: Gelorawan Lahardi Antara. Nama ini terilhami karena waktu itu saya bertugas di lereng gunung semeru. Di mana setiap hari selalu melihat lahar – lahar gunung semeru yang bergelora. Barangkali arti harfiahnya adalah sebagi pengingat bahwa dia lahir ‘di antara lahar-lahar yang bergelora”. Namun nama inipun gagal sering berjalannya masa kehamilan. Waktu sang ibu setiap ada angin hujan ribut diiringi halilintar terasa sakit perut yang hebat. Kejadian ini berulang hinnga tiga kali keluar masuk rumah sakit. Kamipun memilih nama Lintar Bayu Panggayuh. Kurang lebih sebagai Hujan angin berhalilintar. Kalo anak itu lahir jaman sekarang nama yang keren adalah Ponari.
Akhirnya nama tersebut juga gagal karena tetangga terlebih dulu melahirkan anak perempuan diberi nama Lintang. Antara Lintar dan Lintang beda – beda tipis maka kami memutuskan mencari nama lain. Dalam ketermenungan mencari nama dari radio tetangga terdengan lagu Galang Rambu Anarkhinya Iwan Fals. Ya nama Galang itu mencotek nama anaknya bang Iwan Fals. Galang Bangun Nusantara adalah sebuah harapan kelak anak ini akan membangun dan menyatukan nusantara. Barangkali akan mengulang sejarah Patih Gajah Mada dari kerajaan Lamonganidiningrat. Ha………. Ha……………….
Begitu juga nama– nama anak berikutnya mempunya proses yang berbeda. Nama Gilang Bayu Pamungkas diharapkan kelak mejadi seorang anak yang mempunayi pukulan gemilang sedasyat angin dan menjadi senjata pamungkas. Sarah Ramadhanti Pramitha. Sarah adalah nama dari seorang cewek cantik sedikit tomboy si sinetron ‘Si Doel anak sekolahan”. Nama ini dari mamanya yang pada awalnya saya protes. Sarah adalah berkonotasi tidak baik di kampungku. Namun karena identik dengan Cornelia Agatha akhirnya aku tidak bisa menolak. Itulah makna sebuah nama terkadang bagus di suatu kaum belum tentu bagus di kaum lainnya. Sedangkan Ramadhanty karena lahir bulan Ramadhan hari ketiga sedangkan Pramitha adalah nama bekas pacar (GR dikit). Penamaan anak ke empat Farah Alaida Putri juga demikian. Pengucapan Farah kalau salah di Arab ini bisa bermakna lain. Arti bunga yang cantik bisa menjadi tikus.
Aku sendiri masih mendambakan nama-nama Indonesia yang bermakna bagus. Mengutip ucapan Yusril Ihza Mahendra kepada Jusuf Kalla pada saat menyikapi pencapresan dari luar Jawa ada benarnya juga. Kita bisa merubah kebodohan dengan belajar dan menjadi pintar, mengubah kemiskinan dengan berusaha dan menjadi kaya. Tetapi kita tidak pernah bisa mengubah dari suku mana kita berasal. Maka meskipun di era orde baru orang –orang etnis Cina mengubah namanya menjadi keIndonesiaan dia tetap saja suku Cina. Orang Batak banyak memberi nama anaknya keJawa-Jawaan tetap saja mereka adalah suku Batak. Di sini bukan berbicara rasis tapi itulah suatu kenyataan.
Barangkali pertanyaanya sekarang adalah nama asli Indonesia itu apa atau siapa? Di dunia ini setahu saya hanya ada beberapa bangsa yang namanya tidak terjajah yaitu Arab, Vietnam, Jepang, Thailand, Cina Daratan. Apapun agamanya orang Arab masih konsisten menggunakan nama Arab seperti Nasser, Khalid, Ibrahim dsb. Orang Vietman masih bangga dengan nama Trong, Manh, Viet, orang Thailand masih demen dengan nama-nama yang susah dieja menurut ukuran kita. Orang Jepang masih suka memakai nama –nama akhiran yang mirip dengan nama Jawa seperti ono-co-ro-ko –do-to-so dsb. Nama –nama Cina perantauan sudah terkontaminasi unsur lain sehingga memunculkan nama seperti Michael Wong, Jack Chang, William Cong. Toni Gong dsb. Demikian juga nama – nama Indonesia sudah berbaur dengan unsur barat, Arab, India (Sanskerta) dsb. Nama –nama Mohamad Dirgantara, Paulus Antasena, William Sukino, Ahmad Sigarnyawa, Saad Singodimejo, Kelvin Suklinov adalah beberapa contoh persenyawaan dari berbagai unsur tersebut.
Adalah hak dan tanggungjawab moral masing – masing orang tua memberi nama anak-anak mereka. Lalu apa kata dunia jika kelak nama anakku benar – benar Mohamad Andre Roger Rafael Sampras? Lalu apa kata dunia jika kelak kunamai Made In Qatar. Seorang kawan berbisik jangan dinamai Pete (Pete Sampras) karena nanti baunya tercium ke luar lapangan.

Apa kata dunia! apa pula kata anda!

Doha , 13 Maret 2009

Thursday, March 12, 2009

Aku ingin cepat sampai

Raja sakit perut......raja juga manusia....


Aku ingin segera bertemu dengan 9 April 2009. Semakin membuka lembaran kisah – kisah semakin cepat langkahku ingin segera sampai. Di hari itu atas perubahan nasib rakyat dipertaruhkan oleh sebuah contrengan. Gerak perubahan bernama pemilu dengan biaya trilyunan rupiah dilaksanakan. Duit sebesar ini jika dibelikan dawet Jepara bisa menenggelamkan Negara Singapura. Jika dibelikan krupuk rakyat bisa menutup semua daratan Negara Qatar. Jika dibelikan terasi maka baunya tercium sampai negeri tetangga.

Sebagian dari kita acuh tak acuh karena selama ini pemilu tidak pernah membawa arti. Pemilu hanyalah perebutan kekuasaan sesaat. Pemilu hanya menjadi ajang pamer kekuatan, pamer intimidasi, pamer kekayaan dan pamer arogansi. Pada akhirnya pemilu hanya menyisahkan tangis pilu ibu-ibu karena kehilangan anak-anaknya, tangis pilu para istri yang kehilangan suami-suaminya. Dan tangis pilu rakyat miskin negeri ini yang masih repot nasi.

Dari sikap keacuhan inilah timbul apa yang disebut golongan putih. Golongan ini disebut bukan karena hasil dari puasa ‘mutih’. Puasa adat yang hanya makan nasih putih dan minum air putih. Kalaupun dibolehkan makan lauk hanya boleh tahu putih. Namun golongan putih yang menjadi keren dengan golput adalah hasil seruan seorang yang bernama Arif Budiman di era orde baru untuk tidak mencoblos pada pemilu. Betapa beraninya anak ini pada masanya menentang the smiling general yang diktator dan berkuasa penuh atas negeri nusantara ini.

Golput lain dulu lain pula sekarang. Kalau di jaman orde baru gerakan golput muncul karena tidak percaya pada sistim pemilu namun kini golput muncul karena pemilu tidak menghasilkan apa-apa. Pemilu tak ubahnya pesta pemborosan dan tidak mampu mensejahterakan rakyat. Ada juga golput yang karena sudah kemapanannya. Karena merasa mapan golongan ini tidak memerlukan pemilu, tidak memerlukan DPR, presiden dan seterusnya untuk mengubah nasibnya. Golongan ini percaya akan kekuatan usahanya sendiri. Pendek kata golongan ini tidak memerlukan negara sekalipun.

Perkembangan politik di tanah air akhirnya menjebak MUI. MUI dengan lantang berfatwa mengharamkan golput. Geger tanah pertiwi muncul bereaksi atas fatwa ini. Geger menuding MUI ditunggangi, MUI diperalat politik, MUI disetir oleh pemerintah dan seribu satu tudingan lainnya. Dalam reaksi selalu ada pihak yang pro dan kontra. Tentu saja yang pro adalah yang berkecimpung di partai politik yang sudah kehilangan legitimasi dari rakyat. Apapun fatwanya golput tidak takut melawan. Golput ini tidak takut dosa. Padahal implikasi lebih jauh dari tidak takut dosa adalah tidak takut masuk neraka. Apa mungkin MUI dengan sendirinya menyediakan neraka bagi rakyat Indonesia. Naudzubillah min dhalik. Duh Gusti Panjenengan tebihaken kulo saking geninipun nraka.

Perebutan yang sejatinya sudah dimulai dari sekarang. Di mana kubu beringin beranjak pergi meninggalkan berlian biru mendekat kepada moncong putih. Beringin berontak karena dia merasa besar tetapi dikecilkan. Moncong putih tidak pernah padam rasa dendamnya pada berlian biru yang berkuasa. Maka di hari bertemunya dua kekuatan itu ditandai dengan sakit perutnya sang raja berlian biru. Sang raja sakit perut karena patih koalisinya menyantap soto kesukaannya. Sang raja sakit perut karena hulubalang moncong putih pamer nasi goreng kampung. Tidak jelas apakah sakit perutnya sang raja juga disertai dengan mencret. Kalau iya berarti sang raja juga bisa kena muntaber. Ini penyakit rakyat, jangan-jangan rakyat berkata “ambilah aku dan penyakitku sekalian”.
Weleh ...weleh ………. sang raja kena sakit perut di tanah kelahiran sang patih. Patih yang selama ini menjadi pendamping setianya. Patih yang tiba-tiba berontak atas nama harga diri. Patih yang juga akan ikut meramaikan sayembara perebutan singgasana nagari nusantara. Kalau prahara ini terjadi di jaman dulu rakyat bisa berprasangka sang raja kena santet alias tenung di tumpah darah Patih. Sakit ini hanya bisa diobati dengan kubekan batunya Ponari. Bocah ajaib peninggalan kejayaan kerajaan Majapahit. Bocah anti bledek atau anti petir. Maka genderang perang lebih dasyat dari perang Mahabarata.

Lalu siapakah yang bertepuk tangan atas kejadian ini ? tentu saja lawan-lawan politik sang raja. Maka negeri ini penuh dengan kasak kusuk atas sakitnya sang raja. Sang raja terkulai lemas kembali ke istananya. Rakyat Mulawarman yang sudah siap menerimanya hanya ditemui mentrinya.

Para kadernya sudah berancang-ancang mencari pengganti posisi beringin dalam berkoalisi. Pilihannya adalah dengan mendekati kepada partai-partai berazaskan agama. Pendekatan demi pendekatan sudah dilakukan untuk menemukan kata mufakat dalam bingkai silaturrahim politik. Semakin cepat 9 April semakin baik. Karena kita akan segera tahu pasangan raja dan patih yang akan berebut singgasana nusantara.

Kalaupun aku ingin sampai ke sana bukan karena ingin nyontreng atau golput. Miturut penanggalan di hari itu aku harus melaut. Maka aku termasuk golput terpaksa. Golput sebenarnya yang tidak aku kehendaki. Sudah ada sekuntum bunga yang merebut hatiku. Tentu si bunga sakit hati kalau tahu akau harus melaut di hari kasihnya. Di hari itu aku ingin hanya tahu gambaran siapa pemenang dari ajang pesta perebutan kekuasaan di negeri nusantara yang masih tercinta.

Dari gambaran itu apakah akan memunculkan wajah esbeye bersanding dengan akbar tanjung, ataukah wajah mega bersanding senyuman jeka atau sebaliknya, apakah wajah sultan bersanding bowo. Kalu sudah demikian kita masih akan menunggu pagelaran berikutnya. Yaitu puncak dari segala pesta pora atas nama demokrasi. Mereka akan saling berebut simpati dari rakyat dengan tebar pesona dan tebar karya, menarikan tarian poco-poco, memainkan yoyo dan gasing. Pertunjukan yang lebih seru dari ngebornya Inul Daranista sekalipun.

Kalaupun aku ingin sampai ke sana bukan karena ingin nyontreng atau golput. Miturut penanggalan di hari itu aku harus melaut. Maka aku termasuk golput terpaksa. Golput sebenarnya yang tidak aku kehendaki. Karena sudah ada sekuntum bunga yang merebut hatiku. Tentu si bunga sakit hati kalau tahu akau harus melaut. Semoga si bunga tahu kalau aku hanya nelayan kecil. Nelayan yang terusir dari negerinya karena seleksi alam.

Dengan mencontreng atau tidak kita akan disuguhi dagelan politik di negeri ini. Berpartai agama atau nasionalis pada akhirnya pilihan bukan di tangan kita. Masihkah golput ? Party must go on without you or me. So what gitu lho…………………..

Bagaimana dengan anda?

Doha 12 Maret 2009

Wednesday, March 11, 2009

How to hit a

How To: Hit a Closed-Stance Forehand


These days, almost everyone hits ground strokes with an open stance, from Roger Federer to the 7-year-old beginner. There’s room, however, for an old-school weapon in your arsenal: the closed-stance forehand. If you have time to turn sideways and step into the court, especially on a short ball, you should do it. You’ll hit a powerful, more accurate shot and keep your momentum moving forward, which will give you a chance to approach the net and finish off the point.





Tuesday, March 10, 2009

La Grisso

Saya agak lama tidak menulis.........
Lagi BT...........
Tidak ada ide.............
Tidak ada energy..................
Tidak ada asa.........................

Yang muncul adalah ide membuat La Grisso...
Semacam restaurant...........
Dengan menu tradisional............

tapi mesti nunggu La Grisso kecil lahir dulu............

Tuhan Maha Mendengar

Tuhan maha mendengar….
Oleh Linda Kompasiana- 10 Maret 2009 -

Jangan main-main meminta kepada Tuhan. Yang dikabulkan, banyak. Barangkali, yang tidak ingin diinginkan pun , bisa jadi diberikan sebaliknya. Contoh, seorang wanita selalu berkata dalam hatinya, “Amit-amit saya berjodoh dengan lelaki yang bicaranya medok Jawa, hobi memakai sepatu berwarna putih, dan berkumis. Jangan sampai terjadi”. Lalu apa yang terjadi selanjutnya? Wanita itu , sampai kini sudah memiliki tiga anak, dengan suami yang ‘ketiga unsur itu’ ada semua. Sang suami berkumis, berasal dari Solo yang aksen Jawanya masih kental, dan .. hobi memakai sepatu putih sampai sekarang sudah menjadi kakek-kakek! Nah lho!

Di pinggir pantai Kuta, seorang wanita muda menangis. Air matanya tak henti mengikuti pecahnya ombak yang berulang-ulang. Lalu ia bergumam sendiri, “Tuhan , aku tahu betul aku cinta sekali kepada orang itu. Meski agamanya berbeda dengan agamaku, dan aku menyadari hal ini tidak boleh terjadi…, tapi aku tak kuasa. Kalau memang dia jodohku, lancarkanlah. Kalau tidak, kasih dong Tuhan jalan yang baik. Aku harus bagaimana?” Dua hari setelah itu, wanita muda ini kembali ke Jakarta. Malamnya, rekan kerja ibunya datang ke rumah membawa adiknya, seorang pemuda keren. Sebulan kemudian si pemuda langsung melamarnya…, dan beberapa bulan kemudian mereka menikah. Selamat tinggal pemuda yang lain agama itu…..

Ayah saya, seorang pekerja keras, bersahaja, lurus, dan anti korupsi meski kadang kesempatan sangat menghadangnya di depan mata. Kalau di lingkungan pertemanannya ada yang sakit keras, ia selalu nyeletuk kepada saya, ” Ayah minta sama Tuhan , nggak mau mati pakai sakit. Betul-betul nggak mau. Ayah nggak mau merepotkan keluarga dan menguras biaya. Enak ya orang yang meninggal hari Jumat, jadi bisa disembahyangkan di mesjid sama-sama orang Jumatan”. Ketika usianya menjelang 64 tahun , usai menjalankan ibadah puasa sebulan penuh dan bermaaf-maafan di hari Idul Fitri, wafatlah dia. Dua jam sebelumnya ayah masih memangku anak saya yang masih balita. Sesudah itu ayah pergi ke tempat pijat langganannya yang dikelola suami istri di kawasan Kebayoran. Dia bilang sedang kurang enak badan. Setelah usai pijat, ia menyetir mobilnya sendiri ke Rumah Sakit Birah di Kebayoran Baru. Minta diperiksa oleh dokter, sembari menyerahkan kartu namanya berikut nomor terlefon rumah kepada suster. Meurut suster, ayah saya mengatakan begini, “Suster, kalau ada apa-apa, tolong saja telefon ke rumah saya, hubungi anak-anak saya..” Setelah itu, bablas…., wafatlah ia dengan sebegitu tenang, ringkas, serta sangat tidak merepotkan orang. Bayangkan , ia mengantarkan dirinya sendiri ke Rumah Sakit untuk menghembuskan nafasnya…. Betul-betul keinginannya dijabah Allah. Meninggal tanpa menderita kesakitan, belum berusia uzur, pada Kamis sore… disemayamkan di rumah kemudian Jumatan di mesjid, barulah ke pemakaman Tanah Kusir…. Dalam seluruh kesedihan kami sekeluarga besar pada saat itu, kami masih bersyukur apa yang ayah inginkan sangat dituruti dan didengar Tuhan..

Selasa pagi ini, hati saya terenyuh memandang dua jenazah berjejer di ruang tamu rumah orang tua teman saya. Ayahnya meninggal kemari pukul 4 sore tanpa sakit parah yang berarti. Seluruh kerabat melayat, dan menyalami duka cita kepada istrinya yang duduk terpekur di samping suaminya almarhum. Jam 11 malam, di hari yang sama, ibu teman saya di kamarnya tertidur pulas… selamanya….. Ia pun wafat mengikuti suaminya. Tentu bisa dibayangkan kehebohan di rumah itu dan kerabatnya yang lain. Yang menerima berita lewat sms pun seakan tak percaya karena baru saja menyalami sang istri yang berduka…, kini ia pun tiada.. Beberapa kerabatnya tadi berbisik kepada saya, konon sang ibu semasa hidup selalu berkata kepada keluarganya, kalau suaminya meninggal, sebaiknya ia ikut saja dan tidak mau lama-lama ditinggal pergi. Dan semua terjadi kemarin. Tuhan telah membuktikan kebesaranNYA. Siang ini, sepasang suami istri usia 70 an dan 80 an itu terbaring penuh kasih, di antara pepohonan dan angin semilir , bersebelahan di pemakaman Tanah Kusir…. betul-betul sehidup semati…..

Saya termenung. Termangu sedari tadi. Tuhan memang ada di mana-mana, bahkan ada di dalam hati kita. Tak ada ketulian dan kebutaan dalam kamus NYA… karena DIA tahu betul apa isi hati kita yang sebenar-benarnya. Jenis apa qolbu kita, niatan apa yang acapkali kita simpan maupun kita cetuskan.., dan apa makna doa kita sehari-hari kepadaNYA….. Ya Allah Ya Tuhanku, Engkau maha besar sebesar-besarnya. Engkau maha mendengar semendengar-dengarnya… Kian terasa apalah aku dibanding kemuliaanMU .. aku bukan apa-apa, bukan siapa-siapa, dan aku hanya sekedar makhluk tak berdaya di mata MU….