Friday, March 13, 2009

Apa kata dunia!


APA KATA DUNIA!


“Apa kata dunia! “demikian ungkapan terkenal dari sang Jendral Naga Bonar “Deddy Mizwar” dalam film Naga Bonar yang cukup laris di Indonesia. Sang Jendral rupanya sudah tidak tahan melihat penderitaan rakyat sehingga dengan lantang dia berani mencapreskan diri. Berani beradu kekuatan dalam perebutan singgasana nagari nusantara. Harus diakui jendral kelahiran Jakarta 1951 ini masih bingung lewat kendaraan partai mana dia akan maju berperang. Di sinilah kita bisa melihat bahwa seorang jendralpun masih bisa bingung apalagi parjuritnya.
Tulisan ini bukan hendak mengulas sepak terjang si Jendral Naga Bonar di jagat dunia pewayangan politik. Bukan pula untuk menerjemahkan apa itu semboyan MEKAR (Mengutamakan Rakyat) yag dbawanya keliling nusantara. Penulis hanya mau meminjam ucapan yang sudah mengIndonesia itu dalam menyikapi peristiwa kehidupan ini.

Ya …….. apa kata dunia! begitu menyadari sang istri sudah telat dua bulan. Apa yang hendak kukatakan pada dunia di umur yang sudah tidak muda lagi sang istri masih berhamil ria. Apa kata dunia! di jaman di mana sebagian orang mengalami musim panca roba semua serba susah ini harus menjaga amanah anak sampai lima. Apa kata dunia ! jika si sulung yang sudah kuliah dan mulai dekat – dekat pacar mendengar harus punya adik lagi. Apa kata dunia ! jika keluarga di Indonesia mendengar kabar yang seharusnya disambut suka cita ini. Dan apa kata dunia! yang lain……..
Apapun kata dunia inilah konsekwensi dari 9 tahun tidak berKB. Sembilan tahun hanya mengandalkan Keluarga Bercelana tentu bukan suatu tindakan bijak. Selama kurun waktu itulah sang istri sering terlambat bulan beberapa minggu dan diakhiri dengan pendarahan yang hebat. Entah pendarahan ini bisa dikatagorikan sebagai keguguran atau menstruasi biasa. Apapun kata dunia kini kami harus bersiap menerima amanah yang kelima.
Apapun kata dunia di sini Allah SWT menunjukkan kuasaNya bahwa kita sejatinya bukan siapa-siapa. Orang tua bukanlah sang creator bagi anaknya. Allah lah yang kuasa menentukan kehendakNya. Kami yang beraktifikas sebagai pengisi waktu senggang dan pelipur lara akhirnya muncul si jabang bayi. Sedangkan beribu-ribu pasangan kasak kusuk membuat adonan baik siang maupun malam hasilnya masih kalian belum beruntung. Kalaupun orang tua sebagai sang creator tentu di muka bumi penuh anak-anak berakhlak Muhamad, berotak Bill Gates, berwajah Tom Cruise, karena setiap manusia mendambakan kesempurnaan.
Sampailah kami pada suatu titik perenungan dan hati yang rela menerima generasi penerus dengan suka cita. Sang istri sudah mulai tersenyum dan kuat mentalnya. Suatu malam selepas bermain tennis kamipun memeriksakan diri ke rumah sakit. Apa kata dunia! ketika itu dokter tersenyum mendengar ini adalah kehamilan yang kelima. Apa kata dunia! ketika dokter yang mengUSG bilang Indonesia sudah banyak penduduk. Kabar gembira ini kusampaikan kepada kakak-kakaknya di sini. Bermacam reaksi dari mereka saling berlainan. Ada yang menyambut suka cita ada pula yang bilang “apa kata dunia! kalau si adik nanti mengganggu aktifitas tenisku”. “Lho kok bisa “ tanya mamanya sekan ingin tahu “ Ya…iyalah gara-ada ada adik mama dan papa sibuk ngurusin adik hingga nggak ada waktu untuk kita- kita lagi”.
Apa kata dunia ! harus pula di dengar dari tetangga dan teman – teman dekat. Awalnya ada yang percaya dan tidak namun akhirnya duniapun gempar seakan mengulang “apa kata dunia !”. Terus terang merekalah yang selama ini membuat tegar kami untuk menerima sebuah kenyataan. Mereka memberikan support yang tak terhingga. Support yang dari mulai membacakan ayat-ayat Allah hingga mewartakan sunnah nabi. Tidak jarang mereka menanyakan kepada istriku pingin makan apa?. Barangkali sesame wanita tahu perasaan orang hamil. Dan mak jlek! segala makanan yang diminta istriku tersedia. Saat ini keluarga kami seperti mempunyai lampu aladin. Segala makanan yang diinginkan istri tercapai. Di sinilah nilai sebuah pertemanan beranjak menjadi persahabatan. Mereka benar – benar telah menjadi sahabat dalam suka dan duka.
Kabar yang tersiar memunculkan teka teki siapa nama si jabang bayi kelak. Melihat bapaknya yang gila tenis ada yang mengusulkan namanya kelak Muhamad Roger Rafael. Anak- anak menebak kalau adik kecilnya laki-laki pasti namanya di mulai dari G. ‘ Iya Gaphar ‘ jawabku sambil gurau. ‘Kenapa Gaphar Pa?’ tanyanya sambil penasaran. ‘Iya….. soalnya kalau kakak-kakaknya nakal nati tinggal digaphar … ha. ha……..” suasanapun jadi gelak tawa.
Soal nama adalah menjadi langkah berikutnya ketika mengetahui kehamilan istri. “Nama adalah doa, maka namailah anakmu yang bagus” itulah yang sudah kita pahami. Di samping itu nama akan selalu menunjukan identitas si anak. Nama akan disandang selama hayat dikandung badan oleh si anak. Maka mulailah kami mengobrak – abrik internet untuk mengungkapa nama – nama yang baik untuk anak. Kamipun mahfum ada nama-nama yang diharamkan, diajurkan, dimakrukan dsb.
Cerita orang tua yang jauh – jauh menyiapkan nama anak dan tiba – tiba saja berubah dbegitu anak lahir pernah kami alami. Si sulung dulunya sudah kusiapkan nama: Gelorawan Lahardi Antara. Nama ini terilhami karena waktu itu saya bertugas di lereng gunung semeru. Di mana setiap hari selalu melihat lahar – lahar gunung semeru yang bergelora. Barangkali arti harfiahnya adalah sebagi pengingat bahwa dia lahir ‘di antara lahar-lahar yang bergelora”. Namun nama inipun gagal sering berjalannya masa kehamilan. Waktu sang ibu setiap ada angin hujan ribut diiringi halilintar terasa sakit perut yang hebat. Kejadian ini berulang hinnga tiga kali keluar masuk rumah sakit. Kamipun memilih nama Lintar Bayu Panggayuh. Kurang lebih sebagai Hujan angin berhalilintar. Kalo anak itu lahir jaman sekarang nama yang keren adalah Ponari.
Akhirnya nama tersebut juga gagal karena tetangga terlebih dulu melahirkan anak perempuan diberi nama Lintang. Antara Lintar dan Lintang beda – beda tipis maka kami memutuskan mencari nama lain. Dalam ketermenungan mencari nama dari radio tetangga terdengan lagu Galang Rambu Anarkhinya Iwan Fals. Ya nama Galang itu mencotek nama anaknya bang Iwan Fals. Galang Bangun Nusantara adalah sebuah harapan kelak anak ini akan membangun dan menyatukan nusantara. Barangkali akan mengulang sejarah Patih Gajah Mada dari kerajaan Lamonganidiningrat. Ha………. Ha……………….
Begitu juga nama– nama anak berikutnya mempunya proses yang berbeda. Nama Gilang Bayu Pamungkas diharapkan kelak mejadi seorang anak yang mempunayi pukulan gemilang sedasyat angin dan menjadi senjata pamungkas. Sarah Ramadhanti Pramitha. Sarah adalah nama dari seorang cewek cantik sedikit tomboy si sinetron ‘Si Doel anak sekolahan”. Nama ini dari mamanya yang pada awalnya saya protes. Sarah adalah berkonotasi tidak baik di kampungku. Namun karena identik dengan Cornelia Agatha akhirnya aku tidak bisa menolak. Itulah makna sebuah nama terkadang bagus di suatu kaum belum tentu bagus di kaum lainnya. Sedangkan Ramadhanty karena lahir bulan Ramadhan hari ketiga sedangkan Pramitha adalah nama bekas pacar (GR dikit). Penamaan anak ke empat Farah Alaida Putri juga demikian. Pengucapan Farah kalau salah di Arab ini bisa bermakna lain. Arti bunga yang cantik bisa menjadi tikus.
Aku sendiri masih mendambakan nama-nama Indonesia yang bermakna bagus. Mengutip ucapan Yusril Ihza Mahendra kepada Jusuf Kalla pada saat menyikapi pencapresan dari luar Jawa ada benarnya juga. Kita bisa merubah kebodohan dengan belajar dan menjadi pintar, mengubah kemiskinan dengan berusaha dan menjadi kaya. Tetapi kita tidak pernah bisa mengubah dari suku mana kita berasal. Maka meskipun di era orde baru orang –orang etnis Cina mengubah namanya menjadi keIndonesiaan dia tetap saja suku Cina. Orang Batak banyak memberi nama anaknya keJawa-Jawaan tetap saja mereka adalah suku Batak. Di sini bukan berbicara rasis tapi itulah suatu kenyataan.
Barangkali pertanyaanya sekarang adalah nama asli Indonesia itu apa atau siapa? Di dunia ini setahu saya hanya ada beberapa bangsa yang namanya tidak terjajah yaitu Arab, Vietnam, Jepang, Thailand, Cina Daratan. Apapun agamanya orang Arab masih konsisten menggunakan nama Arab seperti Nasser, Khalid, Ibrahim dsb. Orang Vietman masih bangga dengan nama Trong, Manh, Viet, orang Thailand masih demen dengan nama-nama yang susah dieja menurut ukuran kita. Orang Jepang masih suka memakai nama –nama akhiran yang mirip dengan nama Jawa seperti ono-co-ro-ko –do-to-so dsb. Nama –nama Cina perantauan sudah terkontaminasi unsur lain sehingga memunculkan nama seperti Michael Wong, Jack Chang, William Cong. Toni Gong dsb. Demikian juga nama – nama Indonesia sudah berbaur dengan unsur barat, Arab, India (Sanskerta) dsb. Nama –nama Mohamad Dirgantara, Paulus Antasena, William Sukino, Ahmad Sigarnyawa, Saad Singodimejo, Kelvin Suklinov adalah beberapa contoh persenyawaan dari berbagai unsur tersebut.
Adalah hak dan tanggungjawab moral masing – masing orang tua memberi nama anak-anak mereka. Lalu apa kata dunia jika kelak nama anakku benar – benar Mohamad Andre Roger Rafael Sampras? Lalu apa kata dunia jika kelak kunamai Made In Qatar. Seorang kawan berbisik jangan dinamai Pete (Pete Sampras) karena nanti baunya tercium ke luar lapangan.

Apa kata dunia! apa pula kata anda!

Doha , 13 Maret 2009

No comments: