Thursday, March 12, 2009

Aku ingin cepat sampai

Raja sakit perut......raja juga manusia....


Aku ingin segera bertemu dengan 9 April 2009. Semakin membuka lembaran kisah – kisah semakin cepat langkahku ingin segera sampai. Di hari itu atas perubahan nasib rakyat dipertaruhkan oleh sebuah contrengan. Gerak perubahan bernama pemilu dengan biaya trilyunan rupiah dilaksanakan. Duit sebesar ini jika dibelikan dawet Jepara bisa menenggelamkan Negara Singapura. Jika dibelikan krupuk rakyat bisa menutup semua daratan Negara Qatar. Jika dibelikan terasi maka baunya tercium sampai negeri tetangga.

Sebagian dari kita acuh tak acuh karena selama ini pemilu tidak pernah membawa arti. Pemilu hanyalah perebutan kekuasaan sesaat. Pemilu hanya menjadi ajang pamer kekuatan, pamer intimidasi, pamer kekayaan dan pamer arogansi. Pada akhirnya pemilu hanya menyisahkan tangis pilu ibu-ibu karena kehilangan anak-anaknya, tangis pilu para istri yang kehilangan suami-suaminya. Dan tangis pilu rakyat miskin negeri ini yang masih repot nasi.

Dari sikap keacuhan inilah timbul apa yang disebut golongan putih. Golongan ini disebut bukan karena hasil dari puasa ‘mutih’. Puasa adat yang hanya makan nasih putih dan minum air putih. Kalaupun dibolehkan makan lauk hanya boleh tahu putih. Namun golongan putih yang menjadi keren dengan golput adalah hasil seruan seorang yang bernama Arif Budiman di era orde baru untuk tidak mencoblos pada pemilu. Betapa beraninya anak ini pada masanya menentang the smiling general yang diktator dan berkuasa penuh atas negeri nusantara ini.

Golput lain dulu lain pula sekarang. Kalau di jaman orde baru gerakan golput muncul karena tidak percaya pada sistim pemilu namun kini golput muncul karena pemilu tidak menghasilkan apa-apa. Pemilu tak ubahnya pesta pemborosan dan tidak mampu mensejahterakan rakyat. Ada juga golput yang karena sudah kemapanannya. Karena merasa mapan golongan ini tidak memerlukan pemilu, tidak memerlukan DPR, presiden dan seterusnya untuk mengubah nasibnya. Golongan ini percaya akan kekuatan usahanya sendiri. Pendek kata golongan ini tidak memerlukan negara sekalipun.

Perkembangan politik di tanah air akhirnya menjebak MUI. MUI dengan lantang berfatwa mengharamkan golput. Geger tanah pertiwi muncul bereaksi atas fatwa ini. Geger menuding MUI ditunggangi, MUI diperalat politik, MUI disetir oleh pemerintah dan seribu satu tudingan lainnya. Dalam reaksi selalu ada pihak yang pro dan kontra. Tentu saja yang pro adalah yang berkecimpung di partai politik yang sudah kehilangan legitimasi dari rakyat. Apapun fatwanya golput tidak takut melawan. Golput ini tidak takut dosa. Padahal implikasi lebih jauh dari tidak takut dosa adalah tidak takut masuk neraka. Apa mungkin MUI dengan sendirinya menyediakan neraka bagi rakyat Indonesia. Naudzubillah min dhalik. Duh Gusti Panjenengan tebihaken kulo saking geninipun nraka.

Perebutan yang sejatinya sudah dimulai dari sekarang. Di mana kubu beringin beranjak pergi meninggalkan berlian biru mendekat kepada moncong putih. Beringin berontak karena dia merasa besar tetapi dikecilkan. Moncong putih tidak pernah padam rasa dendamnya pada berlian biru yang berkuasa. Maka di hari bertemunya dua kekuatan itu ditandai dengan sakit perutnya sang raja berlian biru. Sang raja sakit perut karena patih koalisinya menyantap soto kesukaannya. Sang raja sakit perut karena hulubalang moncong putih pamer nasi goreng kampung. Tidak jelas apakah sakit perutnya sang raja juga disertai dengan mencret. Kalau iya berarti sang raja juga bisa kena muntaber. Ini penyakit rakyat, jangan-jangan rakyat berkata “ambilah aku dan penyakitku sekalian”.
Weleh ...weleh ………. sang raja kena sakit perut di tanah kelahiran sang patih. Patih yang selama ini menjadi pendamping setianya. Patih yang tiba-tiba berontak atas nama harga diri. Patih yang juga akan ikut meramaikan sayembara perebutan singgasana nagari nusantara. Kalau prahara ini terjadi di jaman dulu rakyat bisa berprasangka sang raja kena santet alias tenung di tumpah darah Patih. Sakit ini hanya bisa diobati dengan kubekan batunya Ponari. Bocah ajaib peninggalan kejayaan kerajaan Majapahit. Bocah anti bledek atau anti petir. Maka genderang perang lebih dasyat dari perang Mahabarata.

Lalu siapakah yang bertepuk tangan atas kejadian ini ? tentu saja lawan-lawan politik sang raja. Maka negeri ini penuh dengan kasak kusuk atas sakitnya sang raja. Sang raja terkulai lemas kembali ke istananya. Rakyat Mulawarman yang sudah siap menerimanya hanya ditemui mentrinya.

Para kadernya sudah berancang-ancang mencari pengganti posisi beringin dalam berkoalisi. Pilihannya adalah dengan mendekati kepada partai-partai berazaskan agama. Pendekatan demi pendekatan sudah dilakukan untuk menemukan kata mufakat dalam bingkai silaturrahim politik. Semakin cepat 9 April semakin baik. Karena kita akan segera tahu pasangan raja dan patih yang akan berebut singgasana nusantara.

Kalaupun aku ingin sampai ke sana bukan karena ingin nyontreng atau golput. Miturut penanggalan di hari itu aku harus melaut. Maka aku termasuk golput terpaksa. Golput sebenarnya yang tidak aku kehendaki. Sudah ada sekuntum bunga yang merebut hatiku. Tentu si bunga sakit hati kalau tahu akau harus melaut di hari kasihnya. Di hari itu aku ingin hanya tahu gambaran siapa pemenang dari ajang pesta perebutan kekuasaan di negeri nusantara yang masih tercinta.

Dari gambaran itu apakah akan memunculkan wajah esbeye bersanding dengan akbar tanjung, ataukah wajah mega bersanding senyuman jeka atau sebaliknya, apakah wajah sultan bersanding bowo. Kalu sudah demikian kita masih akan menunggu pagelaran berikutnya. Yaitu puncak dari segala pesta pora atas nama demokrasi. Mereka akan saling berebut simpati dari rakyat dengan tebar pesona dan tebar karya, menarikan tarian poco-poco, memainkan yoyo dan gasing. Pertunjukan yang lebih seru dari ngebornya Inul Daranista sekalipun.

Kalaupun aku ingin sampai ke sana bukan karena ingin nyontreng atau golput. Miturut penanggalan di hari itu aku harus melaut. Maka aku termasuk golput terpaksa. Golput sebenarnya yang tidak aku kehendaki. Karena sudah ada sekuntum bunga yang merebut hatiku. Tentu si bunga sakit hati kalau tahu akau harus melaut. Semoga si bunga tahu kalau aku hanya nelayan kecil. Nelayan yang terusir dari negerinya karena seleksi alam.

Dengan mencontreng atau tidak kita akan disuguhi dagelan politik di negeri ini. Berpartai agama atau nasionalis pada akhirnya pilihan bukan di tangan kita. Masihkah golput ? Party must go on without you or me. So what gitu lho…………………..

Bagaimana dengan anda?

Doha 12 Maret 2009

No comments: