Thursday, May 28, 2009

Kiat Menjalankan marketing Zaman Ini


Kiat Menjalankan Marketing Zaman Ini

HERMAWAN KERTAJAYA
Philip Kotler

Rabu, 27 Mei 2009 19:08 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Menghadapi perubahan yang berarti di zaman ini, teknik pemasaran juga mesti memperhatikan beberapa hal penting.
"Anda harus lebih fokus budaya setempat, harus punya penghargaan yang lebih tinggi terhadap nilai-nilai yang berlaku," kata Philip Kotler dalam Seminar Marketing in Turbelent Times di Ballroom Hotel Kempinski Jakarta, Rabu (27/5).


Selain itu, ada 7 kiat yang layak diperhatikan menurut Kotler, antara lain:


1. Perusahaan mesti memberikan pelayan yang terbaik


2. Harus menjual pengalaman, emosi dan karya otentik


3. Harus membangun hubungan yang baik pada konsumen


4. Harus punya relasi dengan media, blogg, dan situs-situs pertemanan yang melibatkan banyak orang atau komunitas


5. Harus mampu mengembangkan dengan cepat sistem dan perencanaan


6. Harus mampu mengukur hasil-hasil dan akuntabilitas perusahaan


7. Harus menyeimbangkan penghargaan kepada para pemegang saham


Arsip.........

Thursday, May 14, 2009

CH: Santapan rohani

Assalammualaikum Wr Wb.

Beberapa waktu yang lalu , saya melayat salah seorang sahabat saya. Menyedihkan bila melihat perjalanan hidupnya. Dahulu semasa SMA dia tinggal diperumahan elit dibilangan Kebayoran Baru, ayah ibunya dari kalangan terpelajar. Sahabat saya itu, lulus Fakultas Ekonomi salah satu Universitas di Indonesia dan setelah itu ia mengajar dan bekerja sebagai staf di Fakultas. Dalam perjalanan hidupnya, dia kemudian tidak begitu beruntung dan terakhir tinggal di kawasan kumuh, dipinggiran kota Jakarta. Tidak ketahuan dia mengidap suatu penyakit sebelumnya, namun beberapa hari menjelang kepergiannya dia jatuh sakit dan kemudian pergi selamanya meninggalkan anak isterinya. Menyaksikan ini semua kemudian saya berpikir apa sebenarnya yang dapat kita tinggalkan setelah kita dipanggil oleh yang maha kuasa. Dan apa pula yang dapat dibawa ?

HR.Bukhari Muslim : “Yang menyertai jenazah itu ada tiga, yaitu, keluarga, harta kekayaan dan amal perbuatan. Yang dua akan kembali, sedang yang menyertai Jenazah itu hanyalah Amal Perbuartan.”

Didalam hidup ini tentunya semua orang akan berusaha untuk memperoleh kesuksesan dibidangnya masing-masing. Namun dalam perjalanan menuju sukses, dapat dipastikan orang akan berhadapan dengan berbagai rintangan dan halangan. Demikian pula dalam kita melaksanakan suatu kegiatan, katakanlah misalnya dalam menjalankan satu proyek. Terkadang kita tergoda untuk berbuat atau menjalankan jurus jalan pintas yang mudah ditempuh tanpa harus bersusah payah. Misalnya seperti yang banyak dijumpai akhir-akhir ini, pada penemuan KPK terhadap penyalahgunaan wewenang para anggota DPR. Budaya suap atau sogok menyogok sepertinya sudah biasa terjadi disegala sektor kehidupan kita. Prihatin sekali. Ingatlah :

HR.Ahmad : “Allah melaknat orang yang memberi Suap, juga broker Suap yang menjadi penghubung antara Penyuap dan Penerimanya”

Dalam perjuangan menuju sukses, salah satu kata kuncinya adalah melaksanakan kegiatan secara profesional. Bekerja dengan jujur, penuh dedikasi dan loyal kepada institusi tempat kita bekerja. Bangun hubungan baik antar sesama dan jangan lupa untuk memanjatkan doa kepada yang maha kuasa. Disisi lain restu dari kedua orang tua kita tentunya akan sangat berpengaruh terhadap pencapaian yang hendak kita tuju. Restu akan diperoleh hanya bila kita senantiasa berbakti kepada orang tua kita.

HR.Bukhari : “Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa barang siapa yang berbakti kepada kedua orang tuanya, sampaikan berita bagus keoadanya bahwa Allah bakal menambah umurnya”.

Pada perjalanan menuju sukses, haruslah selalu diingat dengan keterbatasan yang kita miliki “know your limitation”! Apapun selalu ada batasnya, dan yang paling baik adalah kita sendiri yang membatasi diri kita sendiri, agar tidak mudah untuk tergoda dengan kemilaunya harta dan kenikmatan kekuasaan.

HR.Bukhari : “Kelak, kalian akan tergila-gila dengan Kekuasaan. Padahal kekuasaan akan membuahkan penyesalan dihari Kiamat. Nikmat di awal, sengsara di akhir “

Nah, demikianlah saudara-saudara sekalian, marilah kita selalu menjalankan ibadah serta beramal dengan tulus ikhlas, agar pada saatnya kita berpulang, kita sudah cukup memiliki bekal, disamping itu patuhilah semua ketentuan dan norma yang berlaku, jangan biasakan dengan “jalan pintas” , berbaktilah kepada orang tua dan tidak silau dengan nafsu kekuasaan yang selalu menggoda. Insyallah, semoga kita semua senantiasa dilindungi oleh Allah SWT, serta dimurahkan rejeki, diberikan umur panjang dan kesehatan yang prima, amin !

Assalammualaikum Wr.Wb

Jakarta 15 Mei 2009

CH

Susu Sapi Bukan untuk Manusia

Tidak ada makhluk di dunia ini yang ketika sudah dewasa masih minum susu -kecuali manusia. Lihatlah sapi, kambing, kerbau, atau apa pun: begitu sudah tidak anak-anak lagi tidak akan minum susu.

Mengapa manusia seperti menyalahi perilaku yang alami seperti itu?"Itu gara-gara pabrik susu yang terus mengiklankan produknya," ujar Prof Dr Hiromi Shinya, penulis buku yang sangat laris: The Miracle of Enzyme (Keajaiban Enzim) yang sudah terbit dalam bahasa Indonesia dengan judul yang sama. Padahal, katanya, susu sapi adalah makanan/minuman paling buruk untuk manusia. Manusia seharusnya hanya minum susu manusia. Sebagaimana anak sapi yang juga hanya minum susu sapi. Mana ada anak sapi minum susu manusia, katanya.

Mengapa susu paling jelek untuk manusia? Bahkan, katanya, bisa menjadi penyebab osteoporosis? Jawabnya: karena susu itu benda cair sehingga ketika masuk mulut langsung mengalir ke kerongkongan. Tidak sempat berinteraksi dengan enzim yang diproduksi mulut kita. Akibat tidak bercampur enzim, tugas usus semakin berat. Begitu sampai di usus, susu tersebut langsung menggumpal dan sulit sekali dicerna. Untuk bisa mencernanya, tubuh terpaksa mengeluarkan cadangan "enzim induk" yang seharusnya lebih baik dihemat. Enzim induk itu mestinya untuk pertumbuhan tubuh, termasuk pertumbuhan tulang. Namun, karena enzim induk terlalu banyak dipakai untuk membantu mencerna susu, peminum susu akan lebih mudah terkena osteoporosis.

Profesor Hiromi tentu tidak hanya mencari sensasi. Dia ahli usus terkemuka di dunia. Dialah dokter pertama di dunia yang melakukan operasi polip dan tumor di usus tanpa harus membedah perut. Dia kini sudah berumur 70 tahun. Berarti dia sudah sangat berpengalaman menjalani praktik kedokteran. Dia sudah memeriksa keadaan usus bagian dalam lebih dari 300.000 manusia Amerika dan Jepang. Dia memang orang Amerika kelahiran Jepang yang selama karirnya sebagai dokter terus mondar-mandir di antara dua negara itu.

Setiap memeriksa usus pasiennya, Prof Hiromi sekalian melakukan penelitian. Yakni, untuk mengetahui kaitan wujud dalamnya usus dengan kebiasaan makan dan minum pasiennya. Dia menjadi hafal pasien yang ususnya berantakan pasti yang makan atau minumnya tidak bermutu. Dan, yang dia sebut tidak bermutu itu antara lain susu dan daging. Dia melihat alangkah mengerikannya bentuk usus orang yang biasa makan makanan/minuman yang "jelek": benjol-benjol, luka-luka, bisul-bisul, bercak-bercak hitam, dan menyempit di sana-sini seperti diikat dengan karet gelang. Jelek di situ berarti tidak memenuhi syarat yang diinginkan usus. Sedangkan usus orang yang makanannya sehat/baik, digambarkannya sangat bagus, bintik-bintik rata, kemerahan, dan segar.

Karena tugas usus adalah menyerap makanan, tugas itu tidak bisa dia lakukan kalau makanan yang masuk tidak memenuhi syarat si usus. Bukan saja ususnya kecapean, juga sari makanan yang diserap pun tidak banyak. Akibatnya, pertumbuhan sel-sel tubuh kurang baik, daya tahan tubuh sangat jelek, sel radikal bebas bermunculan, penyakit timbul, dan kulit cepat menua. Bahkan, makanan yang tidak berserat seperti daging, bisa menyisakan kotoran yang menempel di dinding usus: menjadi tinja stagnan yang kemudian membusuk dan menimbulkan penyakit lagi.

Karena itu, Prof Hiromi tidak merekomendasikan daging sebagai makanan. Dia hanya menganjurkan makan daging itu cukup 15 persen dari seluruh makanan yang masuk ke perut. Dia mengambil contoh yang sangat menarik, meski di bagian ini saya rasa, keilmiahannya kurang bisa dipertanggungjawabkan. Misalnya, dia minta kita menyadari berapakah jumlah gigi taring kita, yang tugasnya mengoyak-ngoyak makanan seperti daging: hanya 15 persen dari seluruh gigi kita. Itu berarti bahwa alam hanya menyediakan infrastruktur untuk makan daging 15 persen dari seluruh makanan yang kita perlukan.

Dia juga menyebut contoh harimau yang hanya makan daging. Larinya memang kencang, tapi hanya untuk menit-menit awal. Ketika diajak "lomba lari" oleh mangsanya, harimau akan cepat kehabisan tenaga. Berbeda dengan kuda yang tidak makan daging. Ketahanan larinya lebih hebat.

Di samping pemilihan makanan, Prof Hiromi mempersoalkan cara makan. Makanan itu, katanya, harus dikunyah minimal 30 kali. Bahkan, untuk makanan yang agak keras harus sampai 70 kali. Bukan saja bisa lebih lembut, yang lebih penting agar di mulut makanan bisa bercampur dengan enzim secara sempurna.

Demikian juga kebiasaan minum setelah makan bukanlah kebiasaan yang baik. Minum itu, tulisnya, sebaiknya setengah jam sebelum makan. Agar air sudah sempat diserap usus lebih dulu. Bagaimana kalau makanannya seret masuk tenggorokan? Nah, ini dia, ketahuan. Berarti mengunyahnya kurang dari 30 kali! Dia juga menganjurkan agar setelah makan sebaiknya jangan tidur sebelum empat atau lima jam kemudian. Tidur itu, tulisnya, harus dalam keadaan perut kosong.

Kalau semua teorinya diterapkan, orang bukan saja lebih sehat, tapi juga panjang umur, awet muda, dan tidak akan gembrot. Yang paling mendasar dari teorinya adalah: setiap tubuh manusia sudah diberi "modal" oleh alam bernama enzim-induk dalam jumlah tertentu yang tersimpan di dalam "lumbung enzim-induk". Enzim-induk ini setiap hari dikeluarkan dari "lumbung"-nya untuk diubah menjadi berbagai macam enzim sesuai keperluan hari itu. Semakin jelek kualitas makanan yang masuk ke perut, semakin boros menguras lumbung enzim-induk. Mati, menurut dia, adalah habisnya enzim di lumbung masing-masing.

Maka untuk bisa berumur panjang, awet muda, tidak pernah sakit, dan langsing haruslah menghemat enzim-induk itu. Bahkan, kalau bisa ditambah dengan cara selalu makan makanan segar. Ada yang menarik dalam hal makanan segar ini. Semua makanan (mentah maupun yang sudah dimasak) yang sudah lama terkena udara akan mengalami oksidasi. Dia memberi contoh besi yang kalau lama dibiarkan di udara terbuka mengalami karatan.

Bahan makanan pun demikian. Apalagi kalau makanan itu digoreng dengan minyak. Minyaknya sendiri sudah persoalan, apalagi kalau minyak itu sudah teroksidasi. Karena itu, kalau makan makanan yang digoreng saja sudah kurang baik, akan lebih parah kalau makanan itu sudah lama dibiarkan di udara terbuka. Minyak yang oksidasi, katanya, sangat bahaya bagi usus. Maksudnya, mengolah makanan seperti itu memerlukan enzim yang banyak.

Apa saja makanan yang direkomendasikan? Sayur, biji-bijian, dan buah. Jangan terlalu banyak makan makanan yang berprotein. Protein yang melebihi keperluan tubuh ternyata tidak bisa disimpan. Protein itu harus dibuang. Membuangnya pun memerlukan kekuatan yang ujung-ujungnya juga berasal dari lumbung enzim. Untuk apa makan berlebih kalau untuk mengolah makanan itu harus menguras enzim dan untuk membuang kelebihannya juga harus menguras lumbung enzim.

Prof Hiromi sendiri secara konsekuen menjalani prinsip hidup seperti itu dengan sungguh-sungguh. Hasilnya, umurnya sudah 70 tahun, tapi belum pernah sakit. Penampilannya seperti 15 tahun lebih muda. Tentu sesekali dia juga makan makanan yang di luar itu. Sebab, sesekali saja tidak apa-apa. Menurunnya kualitas usus terjadi karena makanan "jelek" itu masuk ke dalamnya secara terus-menerus atau terlalu sering.

Terhadap pasiennya, Prof Hiromi juga menerapkan "pengobatan" seperti itu. Pasien-pasien penyakit usus, termasuk kanker usus, banyak dia selesaikan dengan "pengobatan" alamiah tersebut. Pasiennya yang sudah gawat dia minta mengikuti cara hidup sehat seperti itu dan hasilnya sangat memuaskan.

Dokter, katanya, banyak melihat pasien hanya dari satu sisi di bidang sakitnya itu. Jarang dokter yang mau melihatnya melalui sistem tubuh secara keseluruhan. Dokter jantung hanya fokus ke jantung. Padahal, penyebab pokoknya bisa jadi justru di usus. Demikian juga dokter-dokter spesialis lain. Pendidikan dokter spesialislah yang menghancurkan ilmu kedokteran yang sesungguhnya.

Saya mencoba mengikuti saran buku ini sebulan terakhir ini. Tapi, baru bisa 50 persennya. Entah, persentase itu akan bisa naik atau justru turun lagi sebulan ke depan.

Yang menggembirakan dari buku Prof Hiromi ini adalah: orang itu harus makan makanan yang enak. Dengan makan enak, hatinya senang. Kalau hatinya sudah senang dan pikirannya gembira, terjadilah mekanisme dalam tubuh yang bisa membuat enzim-induk bertambah.

Nah..... gan pei!
dari Jawapos 145-5-09

Wednesday, May 13, 2009

Friday, April 17, 2009

Tela Grezz



Resep tela Grezz


**Singkong dikupas dan cuci yang bersih.


**Rajang singkong dengan ketebalan yang rata , sebaiknya pakai mesin rajang yang sdh banyak **terdapat dipasaran supaya ketebalan rata.


**Rendam dengan larutan air kapur, sesuai keinginan supaya nggak mudah pecah2, kurang lebih semalam.


Kemudian air kapur dibuang dan dibilas bersih dan tiriskan.


Buat bumbu berupa bawang + garam dihaluskan dan campur dengan air secukupnya.


Action:
Siapkan 2 wajan yang satu dengan minyak yang gak terlalu panas (+/- 90 derajat C), yang satunya lagi minyak yg panas ( +/- 150 derajat C).


Goreng singkong yang sudah kering ke wajan pertama sampai terlihat pinggiran singkong sedikit mengembang.


Kemudian diangkat langsung dimasukkan wajan yang ke 2 yang panas. Aduk sampai semua singkok mengembang sempurna.


Kemudian siap diangkat dari penggorengan dan tiriskan.


Selamat mencoba.....

Tuesday, April 14, 2009

Sayur Merica Khas Kota Rembang



Sayur Merica Khas Kota Rembang


Bahan:

2 ekor ikan bandeng ukuran sedang, potong 3 bagian, bersihkan, kerat-kerat

2 bh mentimun, kupas, belah menjadi 2, potong-potong

750 ml air

2 lbr daun jeruk

2 lbr daun salam

3 cm lengkuas, memarkan


Haluskan:

4 bh bawang merah

2 siung bawang putih

4 bh cabai merah

5 bh cabai rawit

2 cm kencur

½ sdm lada

3 bh kemiri

1 sdt ketumbar

2 cm jahe

3 cm kunyit1 sdt garam


Cara membuat:

1. Didihkan air, masukkan semua bumbu halus, masak hingga mendidih, dan bumbu matang.

2. Masukkan ikan, masak sampai matang dan bumbu meresap.

3. Tambahkan mentimun, masak selama 3 menit.

4. Angkat, lalu hidangkan selagi hangat agar terasa lebih lezat.


Untuk 6 orang

Politisiana


POLITISIANA
**********************************************************************************

Gonjang-ganjing babak pencontrengan acalon anggota legistatif yang mudah-mudahan terhormat telah usai. Hanuwa (hati nurani wayang) telah disalurkan berdasarkan azas selera masing-masing telah menggambar sketsa kekuatan politisiana di negeri pewayangan. Apapun hasilnya wayang hanya ingin melihat negri ini menjadi negari yang tentrem ayem loh jinawi. Negeri yang serba cukup. Cukup makan, cukup sandang. Mau sekolah duitnya cukup, mau beli mobil mewah cukup juga, mau plesiran ke tempat yang terindah duitnya masih juga cukup. Semoga DPR mendatang tidak menjadi Dewan Paling Rakus. DPD bukan singkatan dari Dewan Penerima Duit.

Dari berbagai hasil quick count dari lembaga survey yang kredibel Partai Satrio Piningit berada di puncak tangga sedangkan Partai Ratu Adil dan Partai Pendekar Bugis saling berebut tempat kedua. Selanjutnya para pendekar sibuk berkoalisi mengumpulkan kekuatan tenaga dan uang demi pertandingan bergengsi yaitu memperebutkan presiden pewayangan pada bulan Juli nanti. Kasak - kusuk mereka mau menggugat hasil pemilu tahun ini. Kalau benar demikian maka wayang-wayang kecil akan tambah sengsara. Pertemuan 10 tokoh wayang di ruman Ratu Adil hasilnya sama saja. Ogah mengakui kalah. Guru Bangsa turun tangga dengan celana kolor menyerukan agar pemilu diulang.

Ada wacana membawa para cantrik KPU ke meja hijau. Dugaan kecurangan mulai dari amburadulnya DPT sampai kepada pelaksanaan pemilu yang paling kacau sepanjang sejarah negri pewayangan. Kertas koran banyak yang tertukar. Banyak daerah yang mengulang mencontreng. Carut marutnya penghitungan suara yang membingungkan. Mesin tabulasi macet .. cet. dana besar untuk beli mesinya Bill Gates sia-sia. Suara sumbang agar para cantrik KPU mundur sebelum pertarungan para jawara semakin santer. Alangkah bahagianya hati para cantrik karena banyak wayang yang legawa dengan hasil ini. Wayang tidak ingin politisiana bertele-tele agar gerbong kehidupan segera berjalan.

Tampaknya Satrio Piningit adem ayem karena posisinya cukup aman. Hangger Putri Ratu Adil sibuk mengumpulkan balatentara untuk mengatur strategi perang. Yang rajin mengunjungi adalah pensiunan para patih dan juga para kumbang politisiana. Partai Pendekar Bugis menghadapi masalah dalam negeri yang rumit. Masing - masing kubu saling mencakar, mendorong yang di kiri dan kanan. Mungkin ada wacana agar Pendekar Bugis merapat ke Satrio Piningit kembali. Maka pertemuan 40 menit di Cikeas adalah menjadi saksi.

Para petinggi partai di papan tengah bergaya jual mahal dan main gertak. Para partai gurem yang tidak dapat kursi membawa kursi plastik untuk dijajakan kepada partai yang mempunyai harapan. Caleg dari para pelakon sandiwara dan punakawan yang sering muncul di televisi menjadi besar kepala. Para wayang di negeri kadung gandrung sama sinetron, dangdut, kadung cintrong sama infotainment maka suara mereka mendulang tinggi. hak.......hak.....hik..hik akan mewarnai pentas senayan. Berita politisiana menjadi headline di mana-mana. Banyak wayang awam mendadak menjadi pengamat politisiana. Termasuk karya wayang yang anda baca ini atau diam-diam juga anda.

Wayang negeri ini patut bersyukur karena diberi kebebasan yang seluas-luasnya dalam berpolitisiana. Di hari hajatan seluruh negeri wayang diberi kebebasan untuk mencentang, mencontreng, men-tick-, menggaris, menyilang, mencoblos, menolak daftar, menggambar palu arit, melihat-lihat terus melipatnya lagi atau bahkan (maaf) meludahi kertas suara. Wayang diberi kebebasan untuk menilai politik dari kacamata hitam maupun putih. Yang memakai kaca mata hitam melihat politik itu kotor sehingga harus dijauhi. Yang memakai kaca mata putih melihat politik itu bisa membawa jiwa ke surga nirwana. Yang tidak memakai kaca mata melihat politisiana sebagai tak mampu mengartikan lebih dari sebuah pesta lima tahunan.

Ada wayang yang begitu antusias jika namanya dan keluarganya tidak tercantum di DPT akan aktif bertanya. Tidak sedikit yang acuh tak acuh alias cuek bebek. Ada rakyat yang sombong lantang berkata "hai penguasa makanlah itu politik, jangankan politik, pemilu, dpr atau presiden bahkan negarapun saya tidak butuh”. Ada pula rakyat yang bilang "kalau bukan demi nasib emak, bapak, saudara, teman, tetangga dan nasib anak-cucu yang masih belum jelas rumah masa depannya, maka tak sudah aku melibatkan diri. Saking bebasnya maka rakyat juga dibebaskan atas SPP (sumbangan partisipasi pemilu) .

Kekalahan Ratu Adil kali ini sangat menyakitkan. Sebagai oposisi Ratu Adil tidak pernah mau belajar santun dalam berpolitik. Dia sering menghajar satrio Piningit dengan kata-kata kasar. Kemudian dia menarik lagi dan begitu dinamikanya. Seandainya dia mau belajar peristiwa masa lalu maka hasilnya akan lain. Sepuluh tahun yang lalu ada tokoh bernama Angin Reformasi. Awalnya tokoh ini dipuji-puji sebagai pahlawan. Rupanya sang tokoh kurang bisa menjaga citra yang susah payah ia bangun. Tindakannya dinilai tidak konsisten dengan menodai demokrasi. Ia berpat-gulipat membentuk aliansi poros tengah dengan memilih Pendekar Mabuk menjadi presiden pewayangan. Belum lagi kata-katanya sangat pedas dalam tatanan adat ketimuran kepada Eyang Kakung yang saat itu sudah tua, lemah dan powerless. Apa yang didapat kemudian, para wayang berbalik mencela dan menarik dukungan. Iapun kalah di pertarungan para jawara di ronde pertama lima tahun yang lalu.

Kisah Satrio Piningit lain lagi. Dia faham betul adat sopan santun di mata rakyat. Maklum pengalamannya di teritorial sangat membantunya. Langkahnya penuh perhitungan dan strategi militer juga digunakan. Perawakanya mempesona karena selain dikarunia postur tubuh seperti Sri Rama ia juga rupawan di mata ibu-ibu. Santun dalam bertutur kata, menyejukan hati, jauh dari hujatan dan makian kepada lawan. Pendek kata senyum dan tutur katanya mampu menutupi prestasi yang sebenarnya biasa-biasa saja. Ia menang memperebutkan hati wayang dan kini dengan pede dia melenggang ke arena pertarungan selanjutnya.

Kekalahan Pendekar Bugis karena beringin tempat dia bernaung daunya semakin hari semakin mengering. Tanahnya sudah tandus meski pupuk sepabrik ditaburkan. Alam menghendaki beringin mati secara pelan-pelan karena dosa-dosa masa lalu. Dosa itu kini menjadi beban. Kiranya darah Bugis adalah jiwa yang jujur, ksatria dan pantang menyerah. Dia akan siap menghadapi pengadilan wayang beringin.

Pentas politisiana tetap akan dimainkan dengan anda atau tanpa anda. Tembang -tembang Macapat Megatruh Kematian mengiringi partai-partai gurem ke alam kubur. Tembang-tembang Macapat Mijil Kelahiran partai-partai baru masih akan terus nyaring dinyanyikan. Wayang boleh menontonya ogah-ogahan. Boleh juga menonton sambil makan camilan dan bersenda gurau. Boleh juga sampai mata melotot penuh. Menonton sambil tidur juga terserah dengan harapan pentasnya berhenti sendiri. Bagi penguasa yang penting semua wayang harus membayar karcis pertunjukan. Karcis yang mahal karena harus ditanggung sampai turun temurun. Selamat berjuang para pendekar, siapkan jurus-jurusmu ke medan laga. Selamat tidur wayang. Biarkan kami bermimpi di seberang sana. Tersenyum sejenak karena musim bonus telah tiba..................

Doha, 14-04-09


http:// alabuga.blogspot.com

Sunday, April 12, 2009

Merangkai Keindahan


Merangkai Keindahan

Tidak ada yang menyangkal akan keindahan dan keharuman bunga. Begitu juga siapa yang bisa menafikan kehadiran bunga dalam keadaan suka cita maupun duka lara. Pendek kata bunga adalah sebuah pembelajaran untuk selalu menjadi sahabat penyebar keharuman dan keindahan dalam keadaan hati riang gembira maupun gunda gulana.

Manusia rupanya tidak rela membiarkan bunga menebar keindahan dan keharumannya sendiri-sendiri. Manusia ingin menyatukan bunga yang individualis ke dalam kelompok sosial. Mata kita sejuka di kala melihat sebuah taman yang indah ditumbuhi aneka bunga yang berwarna warni. Dari situlah terpencar indahnya kebersaaman. Pancaran keharuman kebersamaan semakin kuat dibandingan dengan berjalan sendiri-sendiri. Bagaimana dengan bunga-bunga yang sudah tercabut dari akarnya? Di sinilah disiplin ilmu seni merangkai bunga atau dekorasi menjadi pekerjaan tersendiri. Berbagai jenis dan warna bunga dipadu ke dalam sebentuk wadah keindahan yang memancarkan kuat aroma keharuman. Paduan bunga yang cantik berwarna - warni lalu dipermanis dengan ornamen-ornamen kecil. Beragam warna dan ukuran daun segar maupun kering, ranting -ranting kecil, kertas dan bahan-bahan lainnya menjadi pilihan. Seni ini tak ubahnya alam merangkai aneka warna dan menghadirkan kembali sebentuk pelangi keindahan kepada setiap jiwa yang memandang.

Seni merangkai bunga entah sejak kapan mulai dikenal pada peradaban manusia. Di sekolah - sekolah diajarkan ketrampilan merangkai bunga bagi murid - murid perempuan. Ibu-ibu anggota PKK juga bersenang hati mengikuti kursus merangkai bunga. Aktifitas ini bukan hanya dimaksudkan untuk memperindah kehidupan tetapi jika ditekuni bukan mustahil akan menjadi sumber keuangan keluarga. Dewasa ini banyak sekali kita jumpai toko - toko bunga atau yang dikenal dengan nama florist menjamur di kota-kota besar.

Merangkai bunga pada hakikatnya sama dengan menulis. Seorang perangkai bunga bukanlah pencipta ataupun pemilik bunga dan ornamen-ornamen yang menghiasinya. Dia hanya merangkai bunga yang sudah ada dengan seutas tali. Di tangan sang perangkailah bunga yang kurang indah akan menjadi indah dan bunga yang indah akan semakin indah. Keindahan bunga-bunga itu semakin mempesona dengan balutan ornamen-ornamen yang mendukungnya. Begitu juga dengan seorang penulis, dia bukanlah pencipta atau pemilik kata-kata yang ada. Dia hanya merangkai kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang mempunyai makna. Dia akan memilih kata demi kata untuk disandingkan dengan kata - kata yang tepat. Kata-kata yang dia dipilih lalu dipercantik atau diperhalus dengan ornamen - ornamen seperti kata sandang, kata keterangan serta memperhatikan kaidah-kaidah penulisan. Maka hasilnya bukan hanya pesan yang sampai kepada pembaca namun juga keindahan dan keharuman sebuah karya tulis yang mampu membawa pembaca hanyut ke jalan pikiran sang penulis.

Bunga yang terangkai ada yang sederhana seperti untuk acara-acara yang sifatnya tidak resmi. Ada juga rangkaian yang lebih sempurna seperti yang kita lihat pada kiriman bunga pada peresmian perusahaan atau kantor baru maupun karangan bunga kematian. Menulis juga demikian ada yang sesederhana puisi, surat cinta, artikel ringan, cerita pendek sampai kepada buku-buku ilmiah yang berhalaman ribuan jumlahnya.

Namun rangkaian bunga tidak sama dengan rangkaian kata. Rangkaian kata-kata bisa mempunyai masa dan arti yang lebih daripada rangkaian bunga. Bunga-bunga akan layu keindahannya dalam hitungan hari. Keharumannya akan memudar dalam dalam beberapa saat. Sebuah karya tulis akan selalu hadir sepanjang masa kalau tidak bisa dibilang abadi. Karena keabadian hanya milik Yang Satu. Dalam kehidupan ini banyak masyarakat yang tidak pernah melihat sosok tokoh agama, ilmuwan, sastrawan, pujangga dan sejenisnya yang hidup pada abad - abad yang lalu. Namun dengan karya tulisnya mereka telah mencerahkan kehidupan masyarakat masa kini. Sang tokoh seolah-olah hadir dalam kehidupan karena pengaruh yang kuat dalam tulisannya. Sedikit di antara kita yang pernah melihat sosok Buya Hamka, Choiril Anwar, ataupun Khalil Gibran. Kita mengenal mereka dari apa yang mereka tulis. Kita mengagumi mereka dari hasil karyanya. Orang - orang tidak pernah berhenti membedah atau mengulas pemikiran sang tokoh lewat diskusi dan seminar hasil karya mereka.

Allah SWT menciptakan alam semesta begitu luas dan tak berbatas. Mustahil ada manusia menjelajahinya setapak demi setapak alam semesta ini. Tulisan para petualang seolah-olah mampu membawa manusia menikmati keindahan pemandangan negara tropis sampai liarnya bumi Afrika. Tulisan bisa mengajak manusia menyusuri daratan kota Mumbai sampai ke sebuah desa dingin terpencil di Pakistan. Para petualang di puncak Mount Everest dan daerah kutub mampu menyebarkan hawa dingin ke daerah tropis bahkan padang pasir lewat tulisannya. Tulisan pula yang membawa manusia berenang ke dasar samudra hingga terbang tinggi ke angkasa luar. Pendek kata melalui karya tulis dunia yang luas ini seolah-olah dalam genggaman.

Agama yang saya yakini mengajarkan setiap anak manusia yang mati maka segala amalannya akan terputus kecuali tiga perkara. Tiga perkara itu adalah doa anak yang saleh, harta yang disedekahkan, dan ilmu yang diajarkan kepada sesama. Mari berhitung matematika dengan logika yang paling sederhana. Doa dari anak sholeh tentu ada batasnya karena si anak juga akan menemui kematian. Harta yang kita sedekahkan logikanya juga ada masa habisnya seperti rusaknya barang atau robohnya bangunan dsb. Pernahkah kita membayangkan amal kebaikan seorang penulis yang karyanya memberi kebaikan selama berabad-abad dan sepertinya tidak berujung?. Barangkali inilah jawaban kenapa ulama-ulama besar meninggalkan karya tulis yang besar pula. Ini hanya logika manusia yang sangat terbatas dan sangat mungkin logika Tuhan berbeda. Wallahu'alam bi shawab.

Kekuatan pena juga sudah diyakini lebih dasyat daripada senjata modern sekalipun. Siapa yang tidak mengenal kegagahan Napoleon Bonaparte panglima perang Perancis yang terkenal di awal abad ke-19. Dalam satu pidatonya di depan prajuritnya dia mengatakan lebih takut kepada 'pena' daripada senjata musuh. Seorang ulama yang menulis buku lebih disegani daripada ratusan pasukan jihad. Banyak tokoh pejuang kemerdekaan yang dibuang dan dipenjarakan oleh Belanda. Para tokoh ini mampu menggerakkan gelora perjuangan dengan goresan pena dari bilik penjara. Di jaman Sukarno dan Suharto berkuasa di negeri ini sangat takut pada tulisan. Maka di era tersebut banyak tulisan, buku, majalah, koran yang "dibredel" apabila membahayakan "negara" dan posisinya. Pemilu legislatif beberapa hari yang lalu suara PDIP anjlok diduga karena adanya akun "Say No To Mega" pada situs Facebook. Demikian sebaliknya suara Partai Demokrat meningkat karena pengagum SBY membuka akun "Say Yes To SBY" di situs sosial yang sama. Meski kebenaran dugaan tersebut masih diragukan namun tulisan tentang image seseorang pasti ada pengaruhnya dengan partai politik yang identik dengan orang tersebut. Masih banyak contoh lagi sebuah pena yang bisa menggerakkan pasukan lebih dasyat daripada tentara perang.

Pada jaman sebelum ada layanan SMS dan internet pertemanan anak manusia di dunia ini dihubungkan dengan istilah sahabat pena. Mereka saling berkunjung ke sanak kerabat dan menyapa teman - teman melalui sebuah tulisan. Entah berapa juta pasangan di dunia ini yang dijodohkan melalui sebuah goresan pena. Perasaan rindu, cinta, marah, dendam berbaur dalam sebuah tulisan. Maka tidak heran pada masanya ada seorang penyanyi 'Boy Sandy' menanti kedatangan sahabat penanya dalam lagu 'Sahabat Pena'. Ia menjadi begitu terkenal dan dalam sekejap menjelma bak seorang pujangga bagi remaja -remaja putri di masanya.

Di jaman yang serba teknologi ini kehidupan manusia menjadi semakin mudah. Demikian juga dengan hadirnya teknologi internet di tengah-tengah kita. Menulis menjadi sangat mudah dan murah. Sumber kata- kata terbentang luas di jagad maya. Kemudahan ini pula yang mendorong banyaknya penulis-penulis mengisi kolom-kolom media maupun blog pribadi. Ketika tombol posting di klik maka saat itu pula seluruh dunia ikut membacanya. Di jaman ini pula telah melahirkan istilah penulis 'copy paste', pujangga "copy paste" atau penyair "copy paste". "Copy paste" bisa hanya ide ataupun seluruh karya penulisan. Agaknya gelar "copy paste" masih lebih baik daripada tidak sama sekali. Hanya satu yang harus kita ingat bahwa hak intelektual seseorang juga harus kita hormati. Ini bisa dengan cara kita menyebutkan siapa dan dari mana sumber tulisan itu kita dapatkan.

Namun dengan segala kelebihannya di atas tulisan juga bisa menjadi sumber malapetaka. Ia bisa menjadi bumerang bagi sang penulis. Kita masih ingat kisah seorang penulis novel yang menjelekkan kelompok tertentu dan jiwanya terancam. Kebebasannya terpasung oleh tulisannya sendiri. Tidak sedikit karya tulis sebagai pemicu kemarahan massa dan perbuatan anarkhis. Banyak penguasa di muka bumi ini yang tidak segan-segan memenjarakan bahkan memancung kepala penulis yang dianggapnya melakukan tindakan subversif. Komentar-komentar miring yang berbau SARA membuat kuping panas dan muka merah pada pembacanya. Banyak tulisan yang hanya bertujuan memporakporandakan tatanan kehidupan masyarakat yang damai. Tulisan juga bisa memberikan pengaruh negatif kepada pembacanya. Tulisan - tulisan cerita dewasa mampu mengajak alam pikiran manusia terbelenggu dan terkontaminasi. Ia mampu membuat otot- otot dan syaraf menjadi tegang lalu menerbangkan khayalan ke alam nirwana dan memetik kepuasan yang menipu. Di sinilah diperlukan pilihan bijak yang sepadan dengan tingkat kebutuhan dan pemahaman pembaca.

Hati seorang kekasih bisa hancur berkeping-keping manakala menerima tulisan sebentuk undangan pernikahan pujaan hatinya. Kegalauan ini terekam jelas pada lagu lawas yang kembali dipopulerkan oleh si mungil Yuni Shara. " Sunyi sepi sendiri, sejak kau tinggal pergi............." demikian rangkaian lagu itu dimulai. Perang Baratayudha dalam rumah tangga bisa saja terjadi ketika tulisan ungkapan cinta dari selingkuhan terbaca oleh pacar, tunangan, istri atau suami yang sah. Kisah perang inipun dipopulerkan oleh Ria Amalia dalam sebuah lagu dangdut yang berjudul "SMS". Meski ditengarai lagu ini adalah hasil jiplakan lagu "Andaas" yang pernah populer di India pada era 70-an toh tetap saja saudara Yoppi Latul harus repot - repot memberi pertanggungjawaban. Tentu saja berbentuk dalam lagu "Jawaban SMS". Di lagu itu pula Yoppi Latul merengek-rengek minta HPnya dikembalikan. "Bang sms siapa ini bang.......". "Orang salah kirim tuh....... orang iseng - iseng tuh.....kumohon padamu kembalikan HPku."

Mudah-mudahan tulisan ini bukan salah tulis atau salah kirim. Penulis bukanlah gudang kata namun hanya sang perangkai kata.

Doha 13-04-2009



ILTA CUP March 20, 2009


Masih adakah kereta ke Jawa?

Masih adakah kereta ke Jawa?

Sore itu pesawat Singapore Airline dengan nomor penerbangan SQ 178 mendarat di bandara Ho Chi Minh City, Vietnam. Setelah menyelesaikan urusan imigrasi maka semua kru dijemput dengan mobil perusahaan menuju pangkalan feri menuju Vung Tau. Dari bandara menuju pangkalan feri melewati kota Ho Chi mInh yang dulu dikenal dengan nama Saigon. Masih terasa bangunan-bangunan tua peninggalan penjajahan Perancis. Masih jelas jejak-jejak sisa perang Vietnam peninggalan Amerika. Di kota yang sepeda motor menjadi alat transportasi utama ini mulai tampak geliat ekonomi setelah negara Vietnam membuka diri dari kungkungan faham ekonomi komunisme.

Feri cepat dari Ho Chi Minh menuju Vung Tau membelah sungai Saigon. Sungai ini sangat terkenal dengan lobsternya. Nama sungai inipun meroket di film-film perang antara Amerika-Vietnam. Di dalam feri yang memungut ongkos $10 ini tampak bersih dan bertempat duduk kelas bisnis. Sepanjang perjalanan hanya ditemui kapal-besar yang berlabuh, nelayan dan gubuk-gubuk miskin di pinggiran sungai.

Kurang dari dua jam feri sudah merapat di dermaga kecil di di Vung Tau dan mobil perusahaan sudah menunggu kedatangan kami. Mobil segera membawa kami check-ini ke sebuah hotel di pinggiran pantai kota Vung Tau. Kota ini adalah kota minyak seperti halnya Balikpapan di Indonesia. Di kota jika siang penuh dengan pengemis lalu lalang dan jika malam menjelang banyak gadis-gadis belia dengan dandanan sedikit menor menjajakan 'jasa' hanya dengan imbalan 20 dollar Obama. Cafe dan Pub bertebaran se antero kota kecil ini. dan kehidupan malam menandai kota modern bergema sampai dini hari.

Rombongan kami memesan dinner yang terlezat malam plus dengan minuman berakhohol sebagai penghangat. Tak lama kemudian sang manager yang kebetulan berwarga Indonesia datang dan ikut menemani malam malam. Tak lama setelah selesai makan sang manager mengajak kami ke sebuah cafe dan seperti biasa setiap individu bebas menentukan pilihan masing-masing. Mulai dari memesan minuman sampai aktifitas yang tidak layak disuarakan. Seorang gadis yang dari mulutnya tercium bau alkhohol duduk merapat ke arahku. "Dari Indonesia ya..?" sapa gadis belia itu kepadaku. "Iya" jawabku. lalu dia menceritakan masa kecilnya yang dia lalui di penampungan pengungsi manusia perahu di pulau Galang. Ingatanku kembali kepada berita sekelompok manusia perahu yang terdampar di Pulau Galang di wilayah kepulauan Riau. Hingga saat ini perahu dan jejak rekam kehidupan mereka masih terjaga rapi di pulau kecil itu. Setelah perang Amerika - Vietnam usai banyak eksodus warga Vietnam Selatan ke berbagai penjuru dunia. Yang beruntung bisa berlayar ke Amerika, Australia, Vietnam. Yang meninggal dalam pelayaran tak terhitung jumlahnya.

Malampun berganti dan dini hari pun menjelang. Kami bergegas pergi meninggalkan bar dan mencoba untuk memejamkan mata untuk sekedarnya. Entah berapa saat terpejam kami harus bangun dan bersiap menuju helipad. Di helipad kami bertemu dengan seorang perempuan lokal separuh baya. Kuketahui dia bekerja di perusahaan bagian administrasi dan bertugas membagikan tiket dan menyimpan paspor-paspor kami. Meski mata masih susah dibuka sepenuhnya namun terlihat jelas bayang tubuhnya yang bersih dibalut baju tradisonal dan senyumnya yang ramah. Tiba waktunya kru harus meninggalkan kesenangan sesaat menuju tempat kerja di tengah laut.

Lima minggu berlalu hingga hari pergantian atau 'crew change' tiba. Di hari itu akan menghadirkan dua sisi yang saling berlawanan. Ia bagaikan pedang yang bermata dua. Hari itu menjadi begitu indah bagi 'crew' yang meninggalkan tempat kerja dan segera bertemu dengan orang-orang yang paling dicintainya. Sedangkan bagi 'crew' pengganti hari itu adalah awal dari sebuah perjalanan panjang dan akrab dengan besi dan besi. Siklus lima mingguan ini akan menjadi rutinitas para pekerja di remote area seperti platform minyak, pengeboran dan sektor pertambangan. Siklus ini juga selalu mendatangi para TKI / perantau meski masanya yang berbeda. Hari yang berbunga-bunga adalah saat menaiki pesawat menuju tanah air untuk cuti / liburan. dan hari bermuram durja adalah ketika menyadari bahwa masa cuti / liburan sudah di ambang senja. Ini semua dinamika hidup di mana suka dan duka akan setia menghampiri dalam kehidupan.

Dari kejauhan terlihat seekor capung terbang membela birunya angkasa. Makin lama capung itu semakin besar dan suaranya memekakkan telinga. Ia menjelma menjadi burung besi yang menyerupai capung. Detik-detik penantian akhirnya tiba juga. Copper M-12 mendarat dengan mulus di helipad Rig Trident. Wajah-wajah lusuh dan murung seperti kurang tidur menuruni tangga helicopter disambut dengan wajah - wajah suka cita.

Beberapa saat kemudian helicopter terbang membawa sekumpulan wajah suka cita ke sebuah daratan. Sudah bisa dipastikan di daratan wajah-wajah ini akan berpesta pora dengan menyantap hidangan makan siang yang terlezat di negeri ini. Setelah makan siang tidak jarang dijamukan wine baik merah maupun putih. Dari sebuah sudut ruangan sayup-sayup terdengar suara merdu Meggy Z melantunkan lagu "Anggur merah yang slalu memabukkan diri kuanggap belum seberapa.. (jedah sebentar) lalu.....dasyatnya. Bila dibandingkan dengan senyumanmu membuat aku....................... teganya-teganya (entah berapa kali?)". Seseorang sekali-kali menggoyangkan pinggul sambil menirukan gerakan Tika Panggabean "Project Pop" dalam lagu "Ayo goyang duyu. .......hilangkanlah dukamu........ Ayo goyang duyu......... Ayo goyang duyu........"

Sambil menunggu jam keberangkatan kami menyisir pasar untuk sekedar membeli oleh-oleh buat orang tercinta yang sudah merindukan kedatangan kami. Saat - saat seperti ini adalah keindahan yang yang mampu menghilangkan segala duka yang terlampaui. Di hari ini terbentang asa untuk menebar kebahagiaan dengan orang-orang yang dicintai yang setelah sekian lama ditinggalkan. Dengan membayangkan senyum terkulum dari seberang sana maka mulai pakaian hingga makananpun dipilih dan dibungkus rapi untuk dipersembahkan kepada yang tercinta.

Jam terus berputar hingga sebuah mobil siap mengantar kembali ke bandara International. Mimpi indah bersama bidadari dan pramugari terangkai selama dalam penerbangan. Dalam hati seseorang harus siap menghadapi kenyataan bahwa apa yang baru saja dilaluinya bagaikan di dunia maya. Kini ia harus siap menapaki kehidupan yang sebenarnya. Jangan pernah membayangkan setelah pesawat mendarat ada sebuah mobil yang menjemput. Jangan pula dibayangkan ada jamuan makan malam dengan wine seperti di negeri seberang. "Aku harus sabar dan tabah menjalani episode kehidupan yang akan datang. Bukankah ketika aku kecil dulu diajarkan bahwa hidup adalah seperti putaran roda. Terkadang ia di atas terkadang ia di bawah". Bisik seorang pekerja kontrak.

Di Singapore kami berpisah. Ada kru yang terbang ke Amerika dan Eropa. Ada yang ke Goa melalui Mumbai dan ada pula yang ke Serawak, Malaysia. Tentu saja aku memilih pesawat yang ke Jakarta. Pesawat Singapore Airline telah mendarat di bandara International Jakarta. Di bandara yang dikesankan gelap ini harus berhati-hati dengan praktik yang tidak terpuji. Kulihat seorang bule sedang digiring ke sebuah bilik. Tak lama kemudian seorang yang sepertinya TKI juga dituntun menuju bilik di sebelahnya. Entah ada urusan apa dengan mereka. Mudah-mudahan bukan sekedar alasan yang dicari-cari. Alasan yang minta uang sebagai penyelesain terakhir. Ya terkadang anak negeri ini merasa asing di negerinya sendiri.

Setelah melihat jam di tanganku dalam hati berpikir sejenak "Masih adakah kereta ke Jawa?". Menyebut kata Jawa di kota Jakarta adalah identik dengan daerah Jawa Tengah atau Jawa Timur. Entah mengapa orang-orang Jakarta enggan disebut kalau mereka juga berdiam di Jawa. Meskipun kenyataannya dalam peta Indonesia mereka ini juga bertempat tinggal di pulau Jawa. Aneh kedengarannya tapi itulah kenyataan hidup sehari-hari. Hidup terkadang tidak harus seperti dalam tumpukan text book. Makna kata tidak harus dikembalikan kepada kamus - kamus tebal. Meski harus disadari apa yang dianut dan diyakini masyarakat umum tidak selalu benar. Di sinilah hidup seperti air perlu juga dianut. "Hiduplah mengalir seperti air" adalah sebuah jawaban daripada sibuk beragumentasi atau perang kata - kata.

Bis Patas Jakarta Bandara - Gambir membawaku keluar dari bandara termegah di nusantara itu. Setelah sampai di Gambir aku bisa melanjutkan perjalan ke stasiun Pasar Senen dengan bajaj ataupun Metromini No. 77. Ini sudah menjadi ritual bertahun-tahun lamanya. Di stasiun pasar Senen hanya untuk kereta kelas ekonomi. Calon penumpang dipadati oleh kelas golongan menengah ke bawah. Di sini calon penumpang harus berbagi tempat dengan gelandangan, pedagang asongan, pengamen dan pengemis. Kelas masyarakat yang hanya diambil simpatinya ketika menjelang pemilu. Setelah itu kehidupan mereka tidak beranjak dari kemiskinan. Sengaja aku memilih kereta ekonomi ini karena disamping murah juga berhenti di stasiun dekat tempat tinggalku.

Kereta segera membawaku ke Jawa. Penumpang berjubel dan berbagi peluh dengan pedagang asongan dan pengamen sepanjang perjalanan. Sudah lama aku berakrab ria dan menikmati keadaan seperti apa adanya. Aroma bau yang ditebarkan di dalam ini terkadang membuat otak kehilangan oksigen sejenak. Dari stasiun Pegaden sekelompok pengamen naik ke gerbong. Dengan cepat mereka memasang alat musik dan memainkannya. Isi lagu yang berisi nasehat tentang siksa kubur setelah kematian masih mampu menarik tangan dan pinggul penyanyinya ikut bergoyang. Itulah kehidupan orang - orang pinggiran. Mereka menikmati hidup dengan cara dan dunianya sendiri. Ya musik inilah yang menyelamatkan sebagian besar penduduk negri dari depresi berat akibat himpitan hidup. Pada lagu kedua seseorang berjalan dari penumpang ke penumpang mengarap uang recehan. Kalau tidak ada recehan uang gedean boleh juga begitu batinnya. Tidak sedikit penumpang memberi rokok dan makanan.

Saya hanya berandai-andai kalau ada calon presiden negeri ini kampanye di kereta rakyat ini pasti akan mendulang suara. Misalnya dia akan naik kereta jelata ini dari Jkarta menuju Surabaya. Sepanjang perjalanan akan dia dapati keadaan rakyat yang akan dipimpin dalam keadaan yang sebenarnya. Polos kehidupannya tanpa polesan bedak kemunafikan. Jika melibatkan media meliput pengembaraannya bersalam kaum jelata besoknya akan menjadi healines surat kabar nasional dan berita - berita di televisi. Entah kenapa samopai saat ini para tim sukses tidak melirik ide gila ini. Barangkali dari segi keamanan yang membuat mereka pada ngeri.

Sepur tetap berjalan melintasi Cirebon, Brebes, Tegal dan setelahnya. Saya terlelap tang ada bidadari hadir dalam mimpi. Hanya wajah - wajah polos, penuh penderitaan melintas dalam benak. Di stasiun Babat kereta berhenti. Segera akau meloncat dan kabur dari petugas yang merazia karcis. Sebelum melanjutkan perjalanan saya mapir dulu di warung pojok. pecel sebagai sarapan pagi ketika roda kehidupan berada di bawah.

Setelah cukup kenyang maka perjalanan harus dilanjutkan. Ojek berhenti persis di depan rumah saya. Filosofi bisnis tukang ojek adalah costumer oriented. Dia selalu menomorsatukan konsumen atau penumpang. Konsumen ojek tidak perlu berjalan jauh ke halte pemberhentian atau terminal. Penumpang juga tidak perlu antri untuk check-in. Tukang ojek akan setia menjemput dan menurunkan di mana saja atas permintaan penumpang. Dalam ilmu marketing modern perusahaan selalu dianjurkan untuk menjaga costumer satisfaction. Ilmu marketing modern rupanya meniru gaya marketing tukang ojek.

Sampai di rumah anak istri menyambut dengan suka cita. Setelah berkangen-kangenan sejenak kuberi anak-anak uang untuk membeli jajan sampai ke kampung sebelah. kemudian aku menjalani kehidupan seperti air mengalir. Yesterday it was a dream, today is a gift that's why called a present.

Doha, April 2009.

Apa kata dunia! (Gunung, danau, rumah kecil dan keindahan)



Senja itu tak pernah kulupa
.............................................
ketika mentari merah mewarnai alam
di sanalah lalu hatiku terlena
........
Mentaripun turut tersenyum
Di kala engkau lemparkan senyummu padaku
Adakah rasa rindu di balik tirai hatimu
Pintu hatiku terbuka untukmu
.......
Reff;
Masih ingatkah dikau
di kala mentari mulai menepi
Di hamparan rumput yang luas menghijau
Kau genggam erat tanganku kupeluk .......dirimu

******
Ketika memandang hamparan rumput taman yang menghijau di belakang Hyatt Plaza entah mengapa aku mencoba merangkai lirik lagu cinta picisan yang populer di era 80-an seperti di atas. Entah siapa yang mempopulerkan lagu tersebut yang pasti lagu tersebut selalu menjadi lagu wajib dalam acara "LKCH" Lagu Kenangan Curahan Hati. Acara ini disiarkan setiap menjelang tidur dari sebuah stasiun radio swasta di kota Surabaya. Di acara yang mengandung unsur cengeng itu mamapu mengaduk-aduk perasaan remaja yang beranjak kasmaran maupun yang sudah berkali-kali dikhianati cinta. Tak ayal lagi acara tersebut menjadi acara favorit kaum muda-muda pada saat itu. Biasanya kami di asrama mendengarkan acara itu bersama-sama sambil bermain kartu dan minum kopi. Ketika acara sudah selesai dan perut terasa lapar kami bergerilya di dapur asrama minta bumbu pada bibi untuk membuat nasi goreng.

Kucoba membisikkan lagu mesra ini pada istriku. Saya sendiri tidak peduli istriku pernah mendengar lagu ini atau tidak. Dia hanya tersenyum dibakar asmara puber kedua. Tidak demikian dengan lagu itu di telinga anak-anakku. Kedengarannya aneh karena anak-anak lebih mengenal lagu-lagu Avril, Rihanna, Nidji yang beraliran mulai hip hop sampai kepiawaian musisi ber-beat box. Lagu yang begitu populer puluhan tahun silam menjadi lagu yang harus dimuseumkan bagi anak-anak sekarang.

Hamparan rumput yang luas dan menghijau itu menyihir kota padang pasir menjadi padang rumput. Di antaranya tumbuh pepohonan tempat para keluarga bernaung dari sengatan matahari. Ini adalah tempat yang indah bagi warga Qatar menghabiskan akhir pekan atau masa liburan anaka-anak sekolah. Di sisi taman ada gundukan tanah yang menyerupai gunung kecil. Di gunung itu pula nampak menghijau layaknya pegunungan tropis. Ada jalan melingkar menuju bukit yang tak berbunga itu. Bagaikan oase di padang pasir tempat ini sangat menyejukan dan berbagi keindahan. Tempat ini juga setidaknya memalingkan wajah kita dari tembok-tembok kamar perumahan maupun flat yang kita huni.

Di tengah - tengah taman itu ada sebuah danau buatan yang airnya bening membiru. Anak-anak bebek berenang keriangan ke sana - ke mari. Di sisinya terdapat pahatan keindahan dan air mengalir di antaranya. Di sisi ujung ada air mancur yang melengkung menaungi dan memberi kesejukan kepada setiap pengunjung yang lewat di bawahnya. Ada jembatan yang melintasi danau. Jembatan ini menghubungkan satu hamparan dan hamparan lainnya. Di seberang jalan tepian danau ada rumah mungil dari gelondongan kayu yang artistik. Arsitektur rumah ini mengingatkan kekayaan kayu bumi katulistiwa.

Melihat pemandangan inipun saya dibawa masuk ke lorong waktu dan menelusuri puluhan tahun yang silam. Masih ingat dalam ingatanku di masa sekolah SD dulu. Pelajaran menggambar bukanlah pelajaran favoritku. Jika ada tugas menggambar maka pilihanku selalu jatuh pada gambar gunung, ada danau di bawahnya. Saya senang menggambar gubuk yang sederhana di tepi danau. Tiga pilar utama yaitu gunung, danau, dan gubuk sepertinya sudah menjadi menu wajib menggambar saya. Untuk mempercantik tinggal menambahkan burung, matahari, awan ataupun pepohonan. Setelah sekian tahun gambar tersebut juga menjadi favorit keempat anak-anakku. Jika ada tugas menggambar dari sekolah mereka tidak beranjak jauh dari karyaku. Entah ini suatu kebetulan atau atas kebenaran dari pepatah 'buah jatuh tidak jatuh dari pohonnya'.

Pembuatan danau di padang pasir seperti Qatar ini tentu memakan biaya yang tidak sedikit jumlahnya. Fenomena ini kontras dengan banyaknya danau-danau alami di Indonesia yang tidak terawat. Kalau danau di sini sumber kesejukan tidak demikian dengan danau di tanah air. Mitos masyarakat kita banyak mengaitkan kisah danau - danau di Indonesia dengan keangkeran dan sumber bencana. Jika danau atau telaga menjadi inspirasi film atau sinetron maka kisah-kisah horor akan menjadi pilihan pertama. Di danau dikisahkan menjadi tempat berkumpulnya mulai dari dewi kayangan sampai para makhlus halus. Saking halusnya sampai-sampai tidak bisa ditangkap dengan kasat mata. Jika danau dijadikan inspirasi sebuah lagu kisahnya pun tak jauh dari kepiluan dan kegalauan hidup. Koes Plus bertutur kisah seorang gadis yang telah patah patah hati lalu bunuh diri di Telaga Sunyi. Andi Merriem Mattalata sedang galau hatinya menunggu sang pujaan hati sampai tujuh purnama di tepi Telaga Biru. Kisah kepiluan ini dipertegas dengan Tragedi Situs (danau juga) Gintung yang memakan ratusan korban meninggal dan meluluhlantakan kehidupan di tepi ibukota jakarta.

Sebagai anak negeri sya bermimpi danau - danau itu dikelola baik. Jika demikian danau-danau itu akan menjadi tempat di mana warga bisa sejenak melupakan penderitaan rakyat. Tempat sejenak melupakan hiruk pikuk politik negeri yang belajar demokrai. Pada akhirnya danau-danau itu menjadi landmark kota dan menjadi sentra wisata. Kekayaan alam seperti ini dengan sendirinya menciptakan lapangan kerja seperti sektor pariwisata, perikanan dan usaha kecil menengah.

Menyebut sedikit pariwisata danau di Indonesia mempunyai Danau Toba di Sumatra yang kini kabarnya telah mendangkal dan dicemari limbah pabrik. Jawa Timur mempunyai ikon wisata telaga yaitu Telaga Sarangan yang terletak di kawasan Gunung Lawu di Kabupaten Magetan. Kisah mistis pun mewarnai tempat pariwisata ini. Sepasang kekasih jika mengunjungi telaga ini maka cintanya akan putus di tengah jalan. Namanya juga mitos kebenarannya masih menjadi ranah pembuktian tiada akhir. Dan jawaban dari pembuktian itu sendiri kembali kepada pribadi masing-masing.

Di hamparan rumput nan luas itu senyum polos anak-anak mekar seindah bunga di musim semi. Mereka saling berkejaran mengejar matahari yang mulai menepi. Mereka saling berbagi ceria pada dunianya. Di tepian danau mereka menyaksikan bebek-bebek menari yang langkah di negeri ini. Dari guratan wajah mereka seakan mereka hendak berkata "aku butuh tempat yang lapang untuk berekspresi. aku butuh tempat yang indah untuk menjadi pribadi yang yang baik, aku butuh berinteraksi dengan orang lain karena aku kelak akan tumbuh menjadi manusia makluk sosial. aku ingin bersepeda dan tidak takut jatuh biar otot-ototku kuat untuk menatap masa depan. Dan terakhir aku butuh makan karena lapar melihat hidangan ibu-ibu yang kasihnya sepanjang masa".

Di tepi danau itu kita tidak perlu menunggu purnama ketujuh untuk jumpa dengan kekasih. Bukankah kekasih manusia adalah keindahan untuk saling memberi dan berbagi. Memberi seteguk air pada orang-orang yang dahaga seperti air memberi kehidupan pada kegersangan hidup. Di tepi rumah kayu itulah kami ditemani angin semilir menikmati rejeki Tuhan berupa nikmatnya masakan nusantara. Alhamdulillah Ya rabbi dan terima kasih para ibu yang mengerti urusan perut para kami.

Mentari terus bergerak ke peraduan. Sinarnya merah mewarnai alam berpadu dengan keindahan lampu kota yang mulai berkedip. Dari kejauhan terdengar suara adzan menjadi musik yang paling indah senja itu. Segerombol orang berdiri lalu rukuk dan sujud pada Sang Pencipta Keindahan. Mulut mereka terus berdzikir memuji kesucian Dzat Keindahan dan Keabadian. Ya Rabb terima kasih hari ini telah kau limpahkan hamparan kenikmatan dalam hidup kami. Jadikanlah kami insan-insan yang selalu bersyukur dan mencintai keindahan. Keindahan untuk saling berbagi pada alam yang Engkau ciptakan. Keindahan meninggalkan ego duniawi. Keindahan seperti bunga yang selalu menjadi teman di kala suka dan duka. Keindahan seperti bunga yang menebar keharuman pada alam.

Malam kian merambat datang. Para pencari keindahan semakin berdatangan. Kami pun beranjak pergi membawa pulang keindahan malam. Good night my kids, have a beautiful dreams. besok papa akan berlibur mencari keindahan birunya laut.

Doha 11-04-09

Friday, March 27, 2009

Kunci Sukses Usaha

Kunci Sukses Usaha...

William A. Ward pernah berkata, "Ada empat langkah mencapai sukses, yakni perencanaan yang tepat, persiapan yang matang, pelaksanaan yang baik, dan tidak mudah menyerah."

Gunakan falsafah Ward ini agar sukses.Perinciannya sebagai berikut :·
Ikuti perkembangan jaman, Bergabunglah dalam organisasi yang berkaitan dengan bisnis Anda. Banyak membaca dan gali informasi sebanyak mungkin. Internet akan banyak membantu Anda.·

Buat rencana keuangan: Catat semua pemasukan dan pengeluaran setiap harinya. Buat target jangka pendek dan jangka panjang. Jangan pernah menyerahkan kondisi keuangan pada nasib. Perhitungkan dengan matang.·

Perkirakan aliran uang tunai, Anda harus bisa memperkirakan aliran uang tunai, paling tidak tiga bulan ke depan. Jangan membuat anggarkan pengeluaran yang lebih besar dari itu.·

Bentuk dewan penasehat atau cari tenaga ahli, untuk memberi ide, saran atau kritik terhadap Anda dan produk yang ditawarkan. Mereka bisa berupa teman-teman atau anggota keluarga yang dipercaya.

Jaga keseimbangan antara kerja, santai, dan keluarga, Tak perlu ngoyo, karena sesuatu yang dikerjakan dengan ngoyo, hasilnya tak akan maksimal. Lagi pula, badan dan otak butuh istirahat.·

Kembangkan jaringan (network), Tak ada salahnya berkenalan dan bergaul dengan orang-orang yang berhubungan atau bisa mendukung bisnis Anda. Siapa tahu ada ide yang bisa digali.

Disiplin/motivasi, Aspek terberat dalam menjalankan usaha sendiri adalah disiplin atau motivasi untuk bekerja secara teratur. Untuk mengatasinya, buatlah daftar apa saja yang harus dikerjakan hari ini dan esok.

Tentukan target yang harus dicapai dalam minggu ini. Selalu waspada dan siapRajin-rajin melakukan evaluasi terhadap pasar, produk dan sistempemasaran. Kalau perlu, ubah cara kerja agar lebih efisien. Perbaiki cara pemasaran atau kualitas produk.

Cintai pekerjaan Anda, Bagaimana akan sukses, jika Anda tak punya “sense of belongin” pada pekerjaan dan produk yang dihasilkan. Cintai pekerjaan dan produksi sendiri, dan uang akan mengikuti Anda.· Jangan mudah menyerahPara pengusaha sukses pun pernah mengalami kegagalan. Jika ingin cepat berhasil, segeralah bangkit dan belajar dari kegagalan. Jangan bersedih terlalu lama, apalagi menyerah.

Salam usaha

Harga diri

Tidak dipercaya
Kompasiana, Tanggal 23 Maret 2009,
Sore hari saya berangkat ke Singapura. Tiba di Changi, malam hari lebih kurang jam 2000 waktu setempat. Begitu keluar dari pesawat, memasuki terminal, sudah banyak petugas sekuriti airport dengan garis penghalang yang mirip dengan “police line” , menggiring semua penumpang untuk masuk keruangan pemeriksaan keamanan seperti layaknya penumpang yang akan berangkat untuk naik pesawat. Waktu saya tanyakan, ada apa ini ? Petugas sekuriti tidak ada yang mau menjawab selain mengatakan bahwa semua pesawat yang datang dari Jakarta diberlakukan pemeriksaan ulang secara acak di airport Changi Internasional. Dengan sopan mereka mengatakan bahwa pemeriksaan ulang secara acak ini, hanya untuk meyakinkan petugas sekuriti airport bahwa semua penumpang yang datang dari Jakarta tidak membawa barang berbahaya atau membahayakan.
(Petugas bandara Changi Singapore tidak percaya petugas Bandara Cengkareng tentang sistim keamanan bagasi yang berstandar Internasional )
Mari kita simak komentar dari saudari Jasmine berikut ini:
Saya dan suami terbang dg Malaysian Airline dari Australia ke England, transit satu malam di kuala lumpur (sesuai jadwal airline).
Besok paginya mau berangkat ke London, di Airport di imigrasi, petugas meragukan paspor saya, ditanya keluaran mana ( padahal jelas disebutkan tempat pengeluaran, yaitu Sydney), tapi saya jawab juga :”Sydney”, dia tanya lagi, dan saya jawab dg jawaban yang sama,
Petugas itu masih belum puas, dibolak-balik paspor saya itu, karena nggak jelas apa maunya, lalu saya tanya: “what’s wrong with that?” dia nggak jawab, cuma bergumam, dan saya tanya lagi “what’s wrong with that?”, dia nggak jawab,tapi meninggalkan mejanya, dan pergi ke tempat supervisornya, ngomong-ngomong, nggak tahu apa yang diomongin, trus akhirnya dia balik lagi ke meja dan memberikan paspor saya, juga tanpa ngomong apa-apa (mungkin curiga paspor saya palsu?)
Setelah itu kami berjalan ke pesawat, ada petugas (spt satpam) menjaga dan meminta penumpang untuk menunjukkan paspor. Suami saya menunjukkan paspornya (paspor Australia), dia dibolehkan jalan terus, nah gantian saya, petugas itu melihat paspor saya, maka dg lantangnya dia berkata:” Oh paspor Indonesia, langsung dg cekatan mencabut paspor itu dari tangan saya dan mengambil alat dari pinggangnya untuk memeriksa paspor saya (malu sekali menjadi perhatian seluruh penumpang yang antri dibelakang saya), suami saya berhenti menemani saya.
Setelah dia puas akhirnya diberikan paspor itu ke saya lagi, sambil berkata: “Kerja ya.. di Australia?” (petugas itu melihat saya orangnya kurus hitam, ah.. pasti TKI gitu kali yang ada dalam pikirannya), lalu sambil mendekatkan wajah saya ke dia saya jawab: “tinggal disana”, lalu saya ngomel sepanjang jalan masuk pesawat. Sejak itu saya nggak mau lagi naik Malaysian Airline dan nggak akan mau liburan ke Malaysia.
(Pihak bandara Malaysia meragukan paspor terbitan Indonesia)
Postingan ini bisa dilihat selengkapnya pada http://chappyhakim.kompasiana.com/2009/03/25/masih-belum-di-percaya/


Membaca kisah pengalaman tidak menyenangkan sebagai Warga Negara Indonesia di luar negeri memunculkan pertanyaan dalam benak diri ini yang menggumpal sebuncah rasa. Negeri yang terdiri dari 17.000 pulau ini seakan tidak bergema di dunia yang hanya dijung pulau wilayah Indonesia. Keberanian sang Proklamator melawan PBB tidak mampu membuat bangsa lain respek pada anak negeri. Dulu kita terkagum-kagum pada ketokohan Mohamad Hatta, Cokro Aminoto, Agus Salim, Buya Hamka dsb. Kita tahu mereka adalah tokoh yang membumi dan reputasi mereka diakui dunia internasional.
Sepeninggal mereka nusantara seakan kehilangan digdayanya di pelataran dunia bahkan di mata negara sekecil Singapura dan Malaysia. Dua Negara yang dulu tidak berani berpandangan lurus ke depan wajah Indonesia akhir-akhir sering berpolah. Lalu pertanyataan selanjutnuya salahkah mereka??
Warga Negara Indonesia yang hidup dan bekerja di negara timur Tengah sering pula mendengar “pelecehan kecil” . Mulai dari yang menganggap WNI sebagai warga negara lain yang secara tersirat mengandung pelecehan. Kalau kita menyuarakan dengan membusungkan dada bahwa kita dari Indonesia maka kitapun segera mendapat cap sebagai sopir atau pembantu rumah tangga. Tanpa bermaksud merendahkan pekerjaan sopir dan pembantu sudah barang tentu cap itu tidak mengenakkan. Karena alasan inilah lelaki Indonesia tidak berani mengawini wanita Arab khususnya wanita dari Libanon karena takut ‘hanya’ dianggap sebagai sopir saja. Namun haruskah kita menyalahkan mereka atas persepsi seperti itu. Jangan – jangan dalam kehidupan sehari-hari justru tanpa terasa kita sendiri yang menciptakan persepsi itu.
Terlalu besar kalau tulisan ini mengajak anda untuk mengubah image Indonesia di mata International karena di samping kita bukan siapa-siapa kita juga bukan apa – apa. Seperti mengutip Aa Gym mari mulai dari diri kita, mulai dari yang kecil dan mulai sekarang juga. Kita tidak bisa mengubah pesona Indonesia tetapi kita bisa mengubah pesona diri kita sendiri. Kalau setiap pesona diri memancar keharuman maka pesona keluarga juga memancarkan pesona yang sama. Kalau setiap pesona keluarga sudah terbentuk maka pada akhirnya pesona masyarakat (bangsa) dengan sendirinya akan tercipta.
Di masa sekolah dasar dalam pelajaran bahasa Jawa diajarkan ungkapan ”Ajining raga saka busana ajining diri saka lathi”. Kalimat ini berarti bahwa raga (badan) kita akan dihargai dengan apa yang kita pakai sedangkan harga diri adalah dari ucapan kita. Kalimat ini mengandung pembelajaran bahwa masyarakat akan menghargai secara fisik dengan pakaian yang kita kenakan. Dan seseorang akan menghargai diri kita dari apa yang kita ucapkan. Idealnya manusia adalah selalu menjaga penampilan jasmani dan rokahinya. Selayaknya dalam kehidupan kita menyelaraskan antar kehidupan dunia dan akhiratnya. Pakaian yang sesuai dengan tempat dan suasana di mana kita berada dan ditambah dengan perilaku yang dan perkataan yang baik niscaya akan mengubah cara pandang masyarakat terhadap seseorang.
Dalam perkembangannya ‘busana/pakaian’ tidak berhenti pada baju, celana, sepatu semata namun ‘busana’ meliputi kendaraan, mobile, dan rumah. Sedangkan ‘lathi/lidah’ tidak terbatas hanya pada kata-kata namun ia adalah penjelmaan dari keceradan otak manusia, kedermawanan, kesosialan dan kepedulian kita pada masyarakat.
Kembali harga diri sebagai WNI seyogyanya merenung dan bertanya pada diri sendiri. Sudahkah pemerintah Indonesia menghargai rakyatnya sendiri? Sudahkah para birokrat kita bekerja secara professional? Bagaimana mengharap warga negara lain menghargai WNI kalau di dalam negeri sendiri kita diacuhkan?. Biarlah jawaban ini berlalu seiring dengan berlalunya hiruk pikuk pemilu kita. Selanjutnya mari kita bertanya, sudahkah diri kita menghargai diri sendiri? Bagaimana orang lain menghargai diri kita kalau kita sendiri tidak bisa menghargai diri sendiri?.Untuk menjawab yang satu ini mari kita teriakkan “the value of the body come from a clothes, the self-value come from a tongue”

Thursday, March 26, 2009

Ternak Teri


Ikan Teri

Ikan teri yang mempunyai nama latin anchovy. Anchovy ini termasuk dalam famili Engraulidae adalah secara umum ikan laut yang kecil. Ada sekitar 140 species dalam 16 genera. Ditemukan di lautan Atlantik, India dan Pasifik. Ikan kecil ini berwarna hijau dengan refleksi biru karena strip keperak-perakan menyilang dari dasar ekor bekor bersiripnya. Ia berukuran antara 2 – 4 cm (Wikipedia).

Konsumsi ikan ini tidak monopoli orang Asia termasuk Indonesia saja. Dulunya orang-orang jaman kekaisaran Roma sudah menyukai ikan ikan terutama dari segi rasanya yang gurih dan renyah.
Khusus bagi orang-orang asia rasanya belum menjadi orang Asia kalo tidak suka ikan dan belum menjadi orang Indonesia kalau tidak suka ikan teri.

Ikan teri yang terkenal adalah Ikan Teri Medan. Harga ikan ini yang berkisar di atas 100 ribu rupiah per kilogramnya. Ikan ini mempunyai tampilan lebih kecil, warnanya yang bersih dan rasanya sangat gurih. Meskipun demikian ikan teri-ikan teri yang lain juga mempunyai fungsi yang sama sebagai penggugah selera makan. Ikan teri ini jarang dijadikan ‘main menu’ tetapi lebih kepada sebagai pelengkap rasa. Biasanya ikan-ikan akan dimasak besama sambal yang dimasak bersama kacang biji, tahu dan tempe. Kalau mendengar ‘triagle’ (tahu, tempe,kacang) berpadu dengan ikan teri dijamin deh lidah orang Indonesia akan mengeluarkan air liur. Bagi yang suka jengkol dan pete bias dtambahkan pada menu dasar tersebut. Rasanya memang dasyat namun harus dijaga kalo pas menggunakan toilet umum.

Setiap koki akan mempunyai ketrampilan masing masing dalam memsaka ikan teri. Penamabahan bumbu dan pernak-pernik bisa ditambahkan sesuai dengan selera. Satu yang harus diingat ketrampilan apapun kan kalah nikmat dengan ikan teri (dianteri/ diantarkan) de rumah kita. Aneka tambahan bahan dan bumbu lain masih kalah dengan tambahan bumbu makasih. Ini pula yang sering kami dapatkan di meja makan yang tanpa bertanya siapa yang nganteri langsung saja disantap dengan mesra.

Seorang istri yang baik adalah seseorang yang paling tahu kegemaran suaminya. Begitu juga istri saya yang sekali-kali menyempatkan memasak ikan teri dan ikan asin lainnya yang menjadi kegemaran saya. Bisanya kami memakan ‘national seafood’ dengan beras merek Royal Umbrella. Di Indonesia jangan memakai beras operasi pasar yang mengurangi selera. Sebaiknya memakai beras Cianjur atau Rojo Lele. Beras ini sangat punel yang cocok disandingkan dengan lauk pas lagi ‘kemebul-kemebulnya’. Apalagi saat upacara santapan diiringi musik tradisional. Rasanya uenak tenan!. Saya pernah mengkolaborasikan menu ini dengan lagu barat yang romatis namun perpaduan ini tidak match maka pilihannya kembali ke musik tradisional saja.

Ketika sedang asyik bersantap ria istri saya berbisik “kenapa kita pergi ke luar negeri ya kalau menu favorit cuma ikan teri”. Saya sendiri tidak bisa menjawab namun kalau disuruh memilih antara burger, KFC, pizza dan ikan teri tentu saya pilih ikan teri dengan nasil kemebul. Ini sangat berbeda dengan lidah anak-anak yang dibesarkan di luar Indonesia. Rasa mereka sudah dijajah oleh modernitas makanan. Terkadang kasihan juga mereka tidak bisa turut menikmati lezatnya ikan teri.

Tulisan ini memnag mengajak kembali mencintai teri tetapi bukan mengajak untuk berternak teri. Saya sendiri belum pernah membaca atau melihat bahwa ikan teri bisa diternakkan.kalau kita melihat seperti kebanyakan ikan laut yang lain sepertinya belum ada budidaya ikan laut. Setidaknya di Indonesia, maka sepertinya mustahil kalau kita beralaih profesi sebagai peternak teri. Namun demikin ternak teri akan tetap menjadi pekerjaan utama saya setiap waktu ‘honeymoon’ tiba.

Bekerja di laut seminggu seperti ini sungguh tidak terasa . Rasanya baru kemarin turun dari helicopter dan sekarang sudah harus bersiap naik lagi. Rasanya baru kemarin berholiday sekarang harus bersiap berhoneymoon. Waktu terus berlalu begitu cepat bagi saya entah bagi istri dan anak-anak saya. Entah pula bagi anda dan orang lain. Maka maha Benar Allah berfirman dalam surat Al ‘Ashr.

[1] Demi Masa![2]Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian -[3]Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula saling menasehati akan kebenaran serta saling berpesan dengan sabar

Ya Rabb! Duh Gusti Pangeran! Oh Lord! Semoga kami bisa menggunakan waktu yang tersisa sebaik mungkin.

Suara helicopter terdengar memecah keheningan pagi di laut biru . Ia terbang bersama burung-burung kecil yang melambai-lambai. Ia terbang di antara obor – obor raksasa yang menghidupi. Bak burung raksasa iapun hinggap di hamparan helipad. Sayapun harus bergegas naik dengan hati suka cita. Sepanjang perjalanan kami tidur pulas dan tak terasa kaki sudah menginjak daratan. Di saat itu pula saya harus bersiap untuk ternak teri. Anter anak anter istri.


Sampai jumpa di Doha

Laut, 28-03-09

“Practise make perfec”.

Doa untu semesta


Yâ Rahmân Yâ Rahîm
Dari Timur sampai Barat, dan apapun yang berada di antara keduanya. Dari Selatan sampai Utara, dan apapun yang berada di antara keduanya. Dari bumi sampai langit, dan semua makhluk yang menjadi penghuninya. Dari darat sampai lautan, dan semua makhluk yang mendiaminya. Kasihilah mereka Tuhan, sayangilah mereka, sebagaimana Engkau mengasihi dan menyayangi mereka saat menciptakannya.

Yâ Mâlik Yâ Quddûs
Untuk saudara-saudaraku yang teraniaya, untuk saudara-saudaraku yang tertindas dan terpinggirkan. Untuk saudarasaudaraku yang merasa paling benar, paling pintar, dan paling tahu segala hal. Lindungilah mereka dalam naungan cinta dan kasih-Mu, sucikanlah hati dan pikiran mereka dengan limpahan anugerah kearifan-Mu.

Yâ Salâm Yâ Mu’min
Untuk saudara-saudaraku yang kebingungan ke mana harus mengarahkan pandangan, ke mana harus menatap keindahan cahaya-Mu. Untuk saudara-saudaraku yang merasa asing di tengah-tengah gelak tawa kesombongan dan kangkuhan. Berilah mereka keselamatan, limpahilah mereka keamanan, dan peluklah mereka dalam kedamaian cinta-Mu.

Yâ Muhaimin Yâ ‘Azîz
Untuk saudara-saudaraku yang telah dirampas kepercayaannya, yang telah dikebiri hak-hak kemanusiaannya. Untuk saudara-saudaraku yang terlalu lama terdiam dalam ketakutan yang mencekam, ketakutan atas kemiskinan, ketakutan atas hilangnya kehormatan. Peliharalah mereka dalam taman keagungan-Mu, sentuhlah mereka dengan sepercik embun kebesaran-Mu.
Yâ Jabbâr Yâ Mutakabbir
Untuk saudarasaudaraku yang hidup dalam kehinaan pandangan-Mu, terperosok dalam jurang kesesatan yang begitu dalam, dan terpenjara dalam kegelapan ruan kebodohan. Untuk saudara-saudaraku yang masih saja sombong dan angkuh untuk bisa memahami perasaan orang lain. Angkatlah mereka Tuhan, angkatlah mereka, dan letakkanlah di atas bumi pengampunan-Mu.
Yâ Khâliq Yâ Bâri’u
Untuk saudara-saudaraku yang sibuk dengan kesenangannya sendiri, sibuk dengan nafsunya sendiri, yang senantiasa menari-nari di atas kehinaan dan penderitaan sesamanya. Untuk saudarasaudaraku yang telah gelap mata, yang telah mati nuraninya, yang telah beku hatinya. Siramilah mereka Tuhan, siramilah mereka dengan kesejukan cinta kasih-Mu.

Yâ Mushawwir Yâ Ghaffâr
Untuk saudara-saudaraku yang terlupa dengan kewajibannya, yang terlena oleh keindahan dunia, yang terpesona oleh kefanaan dirinya. Untuk saudarasaudaraku yang terlalu bangga dengan kapandaiannya, kehormatannya, kedudukannya, maupun kekuasaannya. Ingatkanlah mereka Tuhan, ampunilah mereka, maafkanlah mereka dengan kelembutan kasih sayang-Mu.

Yâ Qahhâr Yâ Wahhâb
Untuk saudara-saudaraku yang suka mengolok-olok orang, menghina dan mencerca teman maupun saudaranya. Untuk saudara-saudaraku yang bangga jika dapat mempermalukan saudaranya, mengalahkan musuhnya, maupun membenci orang yang telah menyakitinya. Tolonglah mereka Tuhan, ajarilah mereka bagaimana cara untuk tidak membenci sesama.

Pemikiran Rangga warsito

Pembukaan :
Amenangi jaman edan
ewuh aya ing pambudi
Melu edan nora tahan
yen tan melu anglakoni
boya kaduman melik
Kaliren wekasanipun
Dilalah karsa Allah
Begja-begjane kang lali
luwih begja kang eling lawan waspada”


(pupuh 7, Sent Kalatidha)


Terjemahan :
Mengalami jaman gila
sukar sulit (dalam) akal ikhtiar
Turut gila tidak tahan
kalau tak turut menjalaninya
tidak kebagian milik
kelaparanlah akhirnya
Takdir kehendak Allah
sebahagia-bahagianya yang lupa
lebih berbahagia yang sadar serta waspada”.
- Syair jaman edan, dimana manusia kehilangan dasar sikap dan perilaku yang benar.
- Di dalam Serat Kalatidha, Sabda Pranawa Jati Ki pujangga melihat kesusahan yang terjadi pada jaman itu . . .
Rajanya utama, patihnya pandai dan menteri-menterinya mencita-citakan kesejahteraan rakyat serta semua pegawai-pegawainya cakap. Akan tetapi banyak kesukaran-kesukaran menimpa negeri; orang bingung, resah dan sedih pilu, serta dipenuhi rasa kuatir dan takut. Banyak orang pandai dan berbudi luhur jatuh dari kedudukannya. Banyak pula yang sengaja menempuh jalan salah . . . harga diri turun . . . akhlak merosot. Pada waktu-waktu seperti itu berbahagialah mereka yang sadar/ingat dan waspada.
- Menghadapi jaman seperti itu Ki Ronggowarsito memberikan petuah-petuahnya, yaitu yang dapat disebut sebagai empat pedoman hidup.
I. Tawakal marang Hyang Gusti
- Pedoman yang pertama; yaitu kepercayaan iman dan pengharapan kepada Tuhan.
- Pedoman inilah yang menjadi dasar hidup, perilaku dan karya manusia.
1. “Mupus papasthening takdir, puluh-puluh anglakoni kaelokan”
(pupuh 6, Kalatidha).
Arti :
Menyadari ketentuan takdir, apa boleh buat (harus) mengalami keajaiban. Manusia hidup harus menerima keputusan Tuhan.
2. “Dialah karsa Allah, begja-begjane kang lali, luwih becik eling lawan waspada”
(pupuh 7, Kalatidha)
Arti :
- Memanglah kehendak Allah, sebahagia-babagianya yang lupa, lebih bahagia yang sadar ingat dan waspada.
- Manusia harus selalu menggantungkan diri kepada kehendak (karsa) Allah.
- Karsa atau kehendak Allah itu seperti yang tersirat dalam ajaran agama, kitab suci, hukum-hukum alam, adat istiadat dan ajaran leluhur.
3. Muhung mahasing ngasepi, supaya antuk parimirmaning Hyang suksma.
(pupuh 8, Kalatidha)
Arti:
Sebaiknya hanya menjauhkan diri dari keduniawian, supaya mendapat kasih sayang Tuhan.
- Di kala ingin mendekatkan jiwa pada Tuhan, memang pikiran dan nafsu harus terlepas dari hal keduniawian.
- Supayantuk: Supaya dilimpahi Parimirmaning Hyang suksma; Kasih sayang Tuhan.
4. Saking mangunah prapti, Pangeran paring pitulung.
(pupuh 9, Kalatidha)
Arti :
Pertolongan datang dari Tuhan, Tuhan melimpahkan pertolongan.
- Hanya Dia, Puji sekalian alam, Gembala yang baik, yang dapat menolong manusia dalam kesusahannya.
- Mangunah : Pertolongan Tuhan
Prapti : Datang.
5. Kanthi awas lawan eling, kang kaesthi antuka parmaning suksma.
(pupuh 10, Kalatidha)
Arti:
Disertai dasar/awas dan ingat, bertujuan mendapatkan kasih sayang Tuhan.
6. Ya Allah ya Rasululah kang sifat murah lan asih.
(pupuh 11, Kalatidha)
Arti :
Ya Allah ya nabi yang pemurah dan pengasih.
7. Badharing sapudendha, antuk mayar sawatawis, borong angga suwarga mesti martaya.
(pupuh 12, Kalatidha)
Arti
(Untuk) urungnya siksaan (Tuhan), mendapat keringanan sekedarnya, (sang pujangga) berserah diri (memohon) sorga berisi kelanggengan.
- Pengakuan kepercayaan bahwa pada Tuhanlah letak kesalamatan manusia.
Pupuh-pupuh tambahan:
8. Setyakenang naya atoh pati, yeka palayaraning atapa, gunung wesi wasitane tan kedap ing pan dulu ning dumadi dadining bumi, akasa mwang; riya sasania paptanipun, jatining purba wisesa, tan ana lara pati kalawan urip, uripe tansah tungga”.
(pupuh 88, Nitisruti)
Arti:
Bersumpahlah diri dengan niat memakai tuntunan (akan) mempertaruhkan nyawa, yaitulah laku orang bertapa di (atas) gunung besi (peperangan) menurut bunyi petuah. Tak akan salah pandangannya terhadap segala makhluk dan terjadinya bumi dan langit serta segala isinya. Sekaliannya itu sifat Tuhan; tak ada mati, hiduppun tiada, hidupnya sudah satu dengan yang Maha suci.
- Karya sastra Nitisruti ditulis oleh Pangeran di Karangayam (Pajang), pada tahun saka atau 1591 M.
- Mengenai tekad untuk mengenal Tuhan dan rahasiaNya.
- Mengenal kekuasaan di balik ciptaan-Nya, karena sudah bersatu dengan Gusti-Nya.
9. Sinaranan mesu budya, dadya sarananing urip, ambengkas harda rubeda, binudi kalayan titi, sumingkir panggawe dudu, dimene katarbuka, kakenan gaibing widi.
(Dari serat Pranawajati)
Arti:
Syaratnya ialah memusatkan jiwa, itulah jalannya di dalam hidup, menindas angkara yang mengganggu, diusahakan dengan teliti, tersingkirkanlah perbuatan salah, supaya terbukalah mengetahui rahasia Tuhan.
- Serat Pranawajati ditulis oleh Ki R.anggawarsita
- Pupuh ini menjelaskan jalan kebatinan untuk mencapai (rahasia) Tuhan.
10. Pamanggone aneng pangesthi rahayu, angayomi ing tyas wening, heninging ati kang suwung, nanging sejatine isi, isine cipta kang yektos”.
(Dari serat Sabda Jati)
Arti:
Tempatnya ialah di dalam cita-cita sejahtera, meliputi hati yang terang, hati yang suci kosong, tapi sesungguhnya berisi, isinya cipta sejati.
11. Demikianlah orang yang dikasihi Tuhan, yang selalu mencari-Nya untuk memuaskan dahaga batin. Ia akan berbahagia dan merasa tentram sejahtera; sadar akan arti hidup maupun tujuan hidup manusia. Pembawaannya rela, jujur dan sabar; pasrah, sumarah lan nanima, berbudi luhur dan teguh dihati.
II. Eling lawan Waspada
- Pedoman yang kedua; yaitu sikap hidup yang selalu sadar-ingat dan waspada.
- Pedoman inilah yang menjaga manusia hingga tidak terjerumus ke dalam lembah kehinaan dan malapetaka.
Pupuh-pupuh :
1. Dilalah karsa Allah, begja-begjane kang lali luwih becik kang eling lawan waspada.
(Pupuh 1, Kalatidha)
Arti :
akdir kehendak Allah, sebahagia-bahagianya yang lupa, lebih bahagia yang sadar / ingat dan waspada.
2. Yen kang uning marang sejatining kawruh, kewuhan sajroning ati, yen tan niru nora arus, uripe kaesi-esi, yen niruwa dadi asor.
(Pupuh 8, Sabda Jati)
Arti:
Bagi yang tidak mengetahui ilmu sejati bimbanglah di dalam hatinya, kalau tidak meniru (perbuatan salah) tidak pantas, hidupnya diejek-ejek, kalau meniru (hidupnya} menjadi rendah.
3. Nora ngandel marang gaibing Hyang Agung, anggelar sekalir-kalir, kalamun temen tinemu, kabegjane anekani, kamurahaning Hyang Monon”.
(Pupuh 9, Sabda Jati)
Arti :
Tidak percaya kepada gaib Tuhan, yang membentangkan seluruh alam, kalau benar-benar usahanya, mestilah tercapai cita-citanya, kebabagiaannya datang, itulah kemurahan Tuhan.
- Serat Sabda Jati adalah juga ditulis oleh pujangga Ki Ranggawarsita.
- Pupuh 8 membicarakan keragu-raguan hati karena melihat banyak orang menganggap perbuatan salah sebagai sesuatu yang wajar.
- Akan tetapi bagi yang sadar/ingat dan waspada, tuntunan Tuhan akan datang membawa kebahagiaan batin.
4. Mangka kanthining tumuwuh, salami mung awas eling, eling lukitaning alam, dadi wiryaning dumadi, supadi nir ing Sangsaya, yeku pangreksaning urip.
(Pupuh 83, Wedhatama)
Arti :
Untuk kawan hidup, selamanya hanyalah awas dan ingat ingat akan sasmita alam, menjadi selamatlah hidupnya, supaya bebas dari kesukaran, itulah yang menjaga kesejahteraan hidup.
5. Dene awas tegesipun, weruh warananing urip, miwah wisesaning Tunggal, kang atunggil rina wengi, kang makitun ing sakarsa, gumelar ngalam sekalir.
(Pupuh 86, Wedhatama)
Arti :
Adapun awas artinya, tahu akan tabir di dalam hidup, dan kekuasaan Hyang Maha Tunggal, yang bersatu dengan dirinya siang malam, yang meliputi segala kehendak, disegenap alam seluruhnya.
- Wedhatama ditulis oleh Pangeran Mangkunegara IV.
6. Demikianlah sikap hidup yang berdasarkan “Eling lawan waspada”; yaitu selalu mengingat kehendak Tuhan sehingga tetap waspada dalam berbuat; untuk tidak mendatangkan celaka. Kehendak Tuhan mendapat dicari/ditemukan di dalam hukum alam, wahyu jatmika yang tertulis dalam kitab suci maupun karya sastra, adat-istiadat, nasehat leluhur/orang tua dan cita-cita masyarakat.
7. Eling” juga berarti selalu mengingat perbuatan yang telah dilakukan, baik maupun buruk, agar “waspada” dalam berbuat. Berkat sikap “eling lawan waspada” ini, terasalah ada kepastian dalam langkah-langkah hidup.
III. Rame ing gawe.
- Pedoman hidup yang ketiga, yaitu hidup manusia yang dihiasi daya-upaya dan kerja keras.
- Menggantungkan diri pada wasesa dan karsa Hyang Gusti adalah sama dengan menerima takdir.
Karena siapakah yang dapat meriolak kehendak Nya?
1. Ada tertulis:
Tidak ada sahabat yang melebihi (ilmu) pengetahuan Tidak ada musuh yang berbahaya dan pada nafsu jahat dalam hati sendiri Tidak ada cinta melebihi cinta orang tua kepada anak-anaknya Tidak ada kekuatan yang menyamai nasib, karena kekuatan nasib tidak tertahan oleh siapapun”.
(Ayat 5, Bagian II Kitab Nitiyastra).
2. Tetapi apakah kekuatiran atau ketakutan akan nasib menjadi akhir dan pada usaha atau daya upaya manusia? Berhentikah manusia berupaya apabila kegagalan menghampiri kerjanya?
3. …. Karana riwayat muni, ikhtiar iku yekti, pamilihe reh rahayu, sinambi budi daya, kanthi awas lawan eling, kang kaesthi antuka parmaning suksma.
(Pupuh 10, Kalatidha)
Arti :
…. Karena cerita orang tua mengatakan, ikhtiar itu sungguh-sungguh, pemilih jalan keselamatan, sambil berdaya upaya disertai awas dan ingat, yang dimaksudkan mendapat kasih sayang Tuhan.
- Menerima takdir sebagai keputusan terakhir, tidak berarti mengesampingkan ikhtiar sebagai permulaan daripada usaha.
4. Kuneng lingnya Ramadayapati, angandika Sri Rama Wijaya, heh bebakal sira kiye, gampang kalawan ewuh, apan aria ingkang akardi, yen waniya ing gampang, wediya ing kewuh, sabarang nora tumeka, yen antepen gampang ewuh dadi siji, ing purwa nora ana.
(Tembang Dandanggula, Serat Rama)
Arti :
Haria sehabis haturnya Ramadayapati (Hanoman), bersabdalah Sri Rama : Hai, kau itu dalam permulaan melakukan kewajiban, ada gampang dan ada sukar, itu adalah (Tuhan) yang membuat. Kalau berani akan gampang; takut akan yang sukar, segala sesuatu tidak akan tercapai. Bila kau perteguh hatimu, gampang dan sukar menjadi satu, (itu) tidak ada, tidak dikenal dalam permulaan (usaha).
5. Demikianlah, takdir yang akan datang kelak tidak seharusnya menghentikan usaha manusia. Niat yang tidak baik adalah niat “mencari yang mudah, menghindari yang sukar”. Semua kesukaran atau tugas harus dihadapi dengan keteguhan hati. “Rame ing gawe” dan “Rawe-rawe rantas malang-malang putung” adalah semangat usaha yang lahir dari keteguhan hati itu.
Catatan:
Pupuh ke empat adalah cuplikan dari serat Rama, yang ditulis oleh Ki Yosadipura.
(1729 – 1801 M)
IV. Mawasdiri:
- Pedoman hidup yang keempat, yaitu perihal mempelajari pribadi dan jiwa sendiri; yang merupakan tugas semua mamusia hidup.
Pupuh-pupuh:
1. Wis tua arep apa, muhung mahasing ngasepi, supayantuk parimirmaning Hyang Suksma.
(Pupuh 8, Kalatidha)
Arti :
Sudah tim mau apa, sebaiknya hanya menjauhkan diri dari keduniawian, supaya mendapat/kasih sayang Tuhan.
- Nasehat agar tingkat orang yang telah berumur menunjukkan martabat.
2. Jinejer neng wedhatama, mrih tan kemba kembenganing pambudi, sanadyan ta tuwa pikun, yen tan mikani rasa, yekti sepi asepi lir sepah samun, samangsaning pakumpulan, gonyak-ganyuk ngliling semi.
(Pupuh 2, Pangkur, Wedhatama)
Arti:
Ajarannya termuat dalam Wedhatama, agar supaya tak kendor hasrat usahanya memberi nasehat, (sebab) meskipun sudah tua bangka, kalau tak ketahuan kebatinan, tentulah sepi hambar bagaikan tak berjiwa, pada waktu di dalam pergaulan, kurang adat memalukan.
3. …. Pangeran Mangkubumi ing pambekanipun. Kang tinulad lan tinuri-luri, lahir prapteng batos, kadi nguni ing lelampahane, eyang tuwan kan jeng senopati, karem mawas diri, mrih sampurneng kawruh.Kawruh marang wekasing dumadi, dadining lalakon, datan samar purwa wasanane, saking dahat waskitaning galih, yeku ing ngaurip, ran manungsa punjul.
(Dari babad Giyanti)
Arti :
….Pangeran Mangkubumi budi pekertinya. Yang ditiru dan dijunjung tinggi, lahir sampai batin, seperti dahulu sejarahnya, nenek tuan kanjeng senopati gemar mawas diri untuk kesempumaan ilmunya. Ilmu tentang kesudahan hidup, jadinya lelakon, tidak ragu akan asal dan kesudahannya (hidup), karena amat waspada di dalam hatinya, itulah hidup, disebut manusia lebih (dari sesamanya).
- Babad Giyanti ditulis oleh pujangga Yasadipura I. Isinya memberi contoh tentang seseorang yang selalu mawas diri, yaitu Panembahan Senopati.
4. Mawas diri adalah usaha meneropong diri sendiri dan dengan penuh keberanian mengubah pribadinya. Maka inilah asal dan akhir dari pada keteguhan lahir dan batin.
5. Laku lahir lawan batin, yen sampun gumolong, janma guna utama arane, dene sampun amengku mengkoni, kang cinipta dadi, kang sinedya rawuh”.
(Dari babad Giyanti)
Arti :
Amalan lahir dan batin, bilamana sudah bersatu dalam dirinya, yang demikian itu disebut manusia pandai dan utama, karena ia sudah menguasai dan meliputi, maka yang dimaksudkan tercapai, yang dicita-citakan terkabul.
6. Nadyan silih prang ngideri bumi, mungsuhira ewon, lamun angger mantep ing idhepe, pasrah kumandel marang Hyang Widi, gaman samya ngisis, dadya teguh timbul).”
(Tembung Mijil, Dari babad Giyanti)
Arti :
Meski sekalipun perang mengitari jagad, musuhnya ribuan, tetapi asal anda tetap di dalam hati, berserah diri percaya kepada Tuhan, semua senjata tersingkirkan, menjadi teguh kebal.
7. Demikianlah ajaran Ki Ranggawarsita, yaitu mengenai empat pedoman hidup. Begitulah orang yang menggantungkan dirinya kepada kekuasaan Tuhan dan menerima tuntunan-Nya. Ia akan memiliki kepercayaan pada diri sendiri, tetapi tanpa disertai kesombongan maupun keangkaraan.
Cita-cita kemasyarakatan.
1. Ki pujangga Ranggawarsito mencita-citakan pula datangnya jaman Kalasuba, yaitu jaman pemerintahan Ratu Adil Herucakra. Karena itu beliau merupakan seorang penyambung lidah rakyatnya, yang menciptakan masyarakat “panjang punjung tata karta raharja” …. “gemah ripah loh jinawi” ….loh subur kang sarwa tinandur” dimana “wong cilik bakal gumuyu.
2. Tiga hal yang pantas diperjuangkan, untuk menegakkan pemerintahan Ratu Adil; yaitu: Bila semua meninggalkan perbuatan buruk, bila ada persatuan dan bila hadir pemimpin-pemimpin negara yang tidak tercela lahir batinnya.
3. Dengarlah!
4. Ninggal marang pakarti tan yukti, teteg tata ngastuti parentah, tansah saregep ing gawe, ngandhap lan luhur jumbuh, oaya ana cengil-cengil, tut runtut golong karsa, sakehing tumuwuh, wantune wus katarbuka, tyase wong sapraya kabeh mung haryanti, titi mring reh utama.
(Dari Serat Sabdapranawa)
Arti :
Meninggalkan perbuatan buruk, tetap teratur tunduk perintah, selalu rajin bekerja, bawahan dan atasan cocok-sesuai tak ada persengketaan, seia sekata bersatu kemauan, dari segala makhluk, sebab telah terbukalah, tujuan orang seluruh negara hanyalah kesejahteraan, faham akan arti ulah keutamaan.
5. Ngarataning mring saidenging bumi, kehing para manggalaningpraya, nora kewuhan nundukake, pakarti agal lembut, pulih kadi duk jaman nguni, tyase wong sanagara, teteg teguh, tanggon sabarang sinedya, datan pisan nguciwa ing lahir batin, kang kesthi mung reh tama.
(Tembang Dandanggula, Serat Sabdapranawa)
Arti:
Merata keseluruh dunia; sebanyak-banyak pemimpin negara tak kesukaran menjalankan perbuatan kasar-halus; kembalilah seperti dahulu kala, tujuan orang seluruh negara, tetap berani sungguh, boleh dipercaya segala maksudnya, tak sekali-kali tercela lahir batinnya, yang dituju hanyalah selamat sejahtera.
6. Demikianlah yang dicita-citakan pujangga agung Ranggawarsita.