Tuesday, March 10, 2009

Tuhan Maha Mendengar

Tuhan maha mendengar….
Oleh Linda Kompasiana- 10 Maret 2009 -

Jangan main-main meminta kepada Tuhan. Yang dikabulkan, banyak. Barangkali, yang tidak ingin diinginkan pun , bisa jadi diberikan sebaliknya. Contoh, seorang wanita selalu berkata dalam hatinya, “Amit-amit saya berjodoh dengan lelaki yang bicaranya medok Jawa, hobi memakai sepatu berwarna putih, dan berkumis. Jangan sampai terjadi”. Lalu apa yang terjadi selanjutnya? Wanita itu , sampai kini sudah memiliki tiga anak, dengan suami yang ‘ketiga unsur itu’ ada semua. Sang suami berkumis, berasal dari Solo yang aksen Jawanya masih kental, dan .. hobi memakai sepatu putih sampai sekarang sudah menjadi kakek-kakek! Nah lho!

Di pinggir pantai Kuta, seorang wanita muda menangis. Air matanya tak henti mengikuti pecahnya ombak yang berulang-ulang. Lalu ia bergumam sendiri, “Tuhan , aku tahu betul aku cinta sekali kepada orang itu. Meski agamanya berbeda dengan agamaku, dan aku menyadari hal ini tidak boleh terjadi…, tapi aku tak kuasa. Kalau memang dia jodohku, lancarkanlah. Kalau tidak, kasih dong Tuhan jalan yang baik. Aku harus bagaimana?” Dua hari setelah itu, wanita muda ini kembali ke Jakarta. Malamnya, rekan kerja ibunya datang ke rumah membawa adiknya, seorang pemuda keren. Sebulan kemudian si pemuda langsung melamarnya…, dan beberapa bulan kemudian mereka menikah. Selamat tinggal pemuda yang lain agama itu…..

Ayah saya, seorang pekerja keras, bersahaja, lurus, dan anti korupsi meski kadang kesempatan sangat menghadangnya di depan mata. Kalau di lingkungan pertemanannya ada yang sakit keras, ia selalu nyeletuk kepada saya, ” Ayah minta sama Tuhan , nggak mau mati pakai sakit. Betul-betul nggak mau. Ayah nggak mau merepotkan keluarga dan menguras biaya. Enak ya orang yang meninggal hari Jumat, jadi bisa disembahyangkan di mesjid sama-sama orang Jumatan”. Ketika usianya menjelang 64 tahun , usai menjalankan ibadah puasa sebulan penuh dan bermaaf-maafan di hari Idul Fitri, wafatlah dia. Dua jam sebelumnya ayah masih memangku anak saya yang masih balita. Sesudah itu ayah pergi ke tempat pijat langganannya yang dikelola suami istri di kawasan Kebayoran. Dia bilang sedang kurang enak badan. Setelah usai pijat, ia menyetir mobilnya sendiri ke Rumah Sakit Birah di Kebayoran Baru. Minta diperiksa oleh dokter, sembari menyerahkan kartu namanya berikut nomor terlefon rumah kepada suster. Meurut suster, ayah saya mengatakan begini, “Suster, kalau ada apa-apa, tolong saja telefon ke rumah saya, hubungi anak-anak saya..” Setelah itu, bablas…., wafatlah ia dengan sebegitu tenang, ringkas, serta sangat tidak merepotkan orang. Bayangkan , ia mengantarkan dirinya sendiri ke Rumah Sakit untuk menghembuskan nafasnya…. Betul-betul keinginannya dijabah Allah. Meninggal tanpa menderita kesakitan, belum berusia uzur, pada Kamis sore… disemayamkan di rumah kemudian Jumatan di mesjid, barulah ke pemakaman Tanah Kusir…. Dalam seluruh kesedihan kami sekeluarga besar pada saat itu, kami masih bersyukur apa yang ayah inginkan sangat dituruti dan didengar Tuhan..

Selasa pagi ini, hati saya terenyuh memandang dua jenazah berjejer di ruang tamu rumah orang tua teman saya. Ayahnya meninggal kemari pukul 4 sore tanpa sakit parah yang berarti. Seluruh kerabat melayat, dan menyalami duka cita kepada istrinya yang duduk terpekur di samping suaminya almarhum. Jam 11 malam, di hari yang sama, ibu teman saya di kamarnya tertidur pulas… selamanya….. Ia pun wafat mengikuti suaminya. Tentu bisa dibayangkan kehebohan di rumah itu dan kerabatnya yang lain. Yang menerima berita lewat sms pun seakan tak percaya karena baru saja menyalami sang istri yang berduka…, kini ia pun tiada.. Beberapa kerabatnya tadi berbisik kepada saya, konon sang ibu semasa hidup selalu berkata kepada keluarganya, kalau suaminya meninggal, sebaiknya ia ikut saja dan tidak mau lama-lama ditinggal pergi. Dan semua terjadi kemarin. Tuhan telah membuktikan kebesaranNYA. Siang ini, sepasang suami istri usia 70 an dan 80 an itu terbaring penuh kasih, di antara pepohonan dan angin semilir , bersebelahan di pemakaman Tanah Kusir…. betul-betul sehidup semati…..

Saya termenung. Termangu sedari tadi. Tuhan memang ada di mana-mana, bahkan ada di dalam hati kita. Tak ada ketulian dan kebutaan dalam kamus NYA… karena DIA tahu betul apa isi hati kita yang sebenar-benarnya. Jenis apa qolbu kita, niatan apa yang acapkali kita simpan maupun kita cetuskan.., dan apa makna doa kita sehari-hari kepadaNYA….. Ya Allah Ya Tuhanku, Engkau maha besar sebesar-besarnya. Engkau maha mendengar semendengar-dengarnya… Kian terasa apalah aku dibanding kemuliaanMU .. aku bukan apa-apa, bukan siapa-siapa, dan aku hanya sekedar makhluk tak berdaya di mata MU….

No comments: