Thursday, January 8, 2009

Financial Freedom

Diambil dari pendidikan online para blogger.

FINANCIAL FREEDOM ala Tukang Becak vs Howard Schultz (pemilik Starbucks)....

Think out of the box.
Perbedaannya bagai langit dan bumi. Berapa besar space yang ada di dalam box? Relatif. Berapa besar space yang ada diluar box? No limit.

Coba kita lupain dulu segenap teori canggih dunia marketing (brand equity, market share, dst) ataupun syarat utama pengusaha (modal, skill, leadership, dll). Sementara banyak orang yang masih harus bergelut dalam kesibukan kerja setiap harinya setelah 10 tahun bekerja, mari kita simak kisah seorang Tukang Becak tamatan SD ini.

Dia berhasil mencapai finacial freedom setelah bekerja kurang dari 5 tahun, dengan passive income Rp.9 juta perbulan.. Passive loh, bukan active. Means, kalo ga kerja, uang tetap masuk..

Seorang Tukang Becak, punya becak sendiri yang kita sebut saja BECAK 1, memiliki penghasilan Rp.60 ribu / hari dari hasil kerja dari subuh sampai malam. Setengahnya ditabung, setengahnya lagi untuk biaya hidup walau pas-pasan.. Dari hasil tabungannya, dalam waktu 400 hari (13 bulan) ia mampu membeli satu becak lagi seharga Rp. 12 juta.

Becak baru ini (BECAK 2), disewakan dengan tarif Rp. 30 ribu /hari, sementara ia sendiri tetap menarik dengan BECAK 1. Hasilnya, ia bisa menabung Rp.60 rb / hari, dan dalam waktu 200 hari ia bisa membeli BECAK 3.

Becak 3 ia sewakan lagi seperti BECAK 2, dan ia tetap menarik dengan BECAK 1, sehingga sekarang ia bisa menabung Rp. 90 rb / hari. Dalam waktu 134 hari, ia membeli BECAK 4.

Becak 4 ia sewakan lagi seperti BECAK 2 dan 3, dan ia tetap menarik dengan BECAK 1, sehingga sekarang ia bisa menabung Rp. 120 rb / hari. Dalam waktu 100 hari, ia membeli BECAK 5.

Becak 5 ia sewakan lagi seperti BECAK 2, 3 dan 4, dan ia tetap menarik dengan BECAK 1, sehingga sekarang ia bisa menabung Rp. 150 rb / hari. Dalam waktu 80 hari, ia membeli BECAK 6.

Becak 6 ia sewakan lagi seperti BECAK sebelumnya, dan ia tetap menarik dengan BECAK 1, sehingga sekarang ia bisa menabung Rp. 180 rb / hari. Dalam waktu 67 hari, ia membeli BECAK 7.

Becak 7 ia sewakan lagi seperti BECAK sebelumnya, dan ia tetap menarik dengan BECAK 1, sehingga sekarang ia bisa menabung Rp. 210 rb / hari. Dalam waktu 57 hari, ia membeli BECAK 8.

Becak 8 ia sewakan lagi seperti BECAK sebelumnya, dan ia tetap menarik dengan BECAK 1, sehingga sekarang ia bisa menabung Rp. 240 rb / hari. Dalam waktu 50 hari, ia membeli BECAK 9.

Becak 9 ia sewakan lagi seperti BECAK sebelumnya, dan ia tetap menarik dengan BECAK 1, sehingga sekarang ia bisa menabung Rp. 270 rb / hari. Dalam waktu 45 hari, ia membeli BECAK 10.

Becak 10 ia sewakan lagi seperti BECAK sebelumnya, dan ia tetap menarik dengan BECAK 1, sehingga sekarang ia bisa menabung Rp.300 rb / hari. Dalam waktu 40 hari, ia membeli BECAK 11.

Setelah memiliki 11 becak, ia berhenti menarik dengan BECAK 1 dan menyewakannya ke orang lain seharga Rp.30 ribu / hari. Penghasilannya menjadi Rp. 30 ribu / hari. Ia lalu menggaji seorang mandor untuk mengurusi operasional 11 becaknya, dengan gaji si mandor Rp.30 ribu/hari. Ia sendiri memiliki penghasilan (kotor, sebelum dikurangi perawatan becak) sebesar Rp. 9 juta / bulan, tanpa harus bekerja. Ia pensiun dalam waktu 3,2 tahun saja.

Berapa banyak Tukang Becak seperti itu ada di dunia? Mungkin 1 banding 10 juta, tetapi ADA. Berapa banyak yang tetap jadi Tukang Becak yang tetap bekerja dari subuh sampai larut malam sampai tua? Banyak. Begitu juga dengan profesional tamatan S1 atau S2, atau pengusaha yang harus bergelut dengan kesibukan mencari nafkah setiap hari. Kontras sekali bukan? So lets think out of the box, karena perbedaannya akan bagai langit dan bumi.
Apa kuncinya pada kisah tersebut? Kunci pertamanyanya adalah pada "Kekuatan Duplikasi".

Bisa juga asumsi dengan beli ayam .... terus kambing... sapi.... truk.... wuekek .... wuekekek.... kaya di sinetron hikayat.....

Mari berhitung matematika ...

Jika Anda diberikan 2 option kontrak kerja / kontrak bisnis berikut ini, mana yang Anda pilih ? 1). Kontrak 2 tahun, penghasilan / bulan Rp. 100 juta.
2). Kontrak 2 tahun, penghasilan di bulan I hanya Rp. 1000 tapi berlipat 2 setiap bulannya.


Pilih mana ???? Jawabannya :
Option I : Penghasilan Rp. 100 juta/bln x 24 bln = Rp. 2,4 Milyar
Option II : Penghasilan sebesar ==> Bulan ke ;
1. 1000 13. 4 juta

2. 2000 14. 8 juta
3. 4000 15. 16 juta
4. 8000 16. 32 juta
5. 16,000 17. 64 juta
6. 32,000 18. 128 juta
7. 64,000 19. 256 juta
8. 128,000 20. 512 juta
9. 256,000 21. 1024 juta
10. 512,000 22. 2048 juta
11. 1024,000 23. 4096 juta
12. 2 juta 24. 8192 juta atau (8,192 Milyar)

Jika Anda pilih option I, Anda kecolongan hampir 6 MILYAR !!!

Jadi ngapain masih nunggu kenaikan gai plus bonus perusahaan yang lebih sering jadi rumor he....... he.............. buruan bikin mesin duplikat.

Kekuatan duplikasi ini bahkan dikagumi oleh Albert Eintein, ilmuwan paling cemerlang penemu bom atom, ia mengatakan "Kekuatan duplikasi adalah keajaiban dunia ke delapan".

So, jalankan bisnis yang mudah diduplikasikan. Mudah dalam arti modal, dimana kita tidak perlu modal sangat besar. Kalau kita hanya bisa menabung Rp.15 ribu perhari, cari usaha yang modalnya sekitar Rp.6 juta-an, dengan penghasilan Rp. 15 ribu per hari.. Bisnis ojek misalnya. Kalau kita hanya bisa menabung 3 juta perbulan, cari bisnis yang modalnya Rp.40 juta-an dengan return Rp.3 juta-an / perbulan. Bersama tabungan bulanan kita, investasikan lagi penghasilan / return tersebut. Mudah dalam arti manajemen-nya, dimana kita tidak perlu terlibat penuh dalam bisnis tersebut. Contoh, bisnis penyewaan, bisnis dengan franchise, dll.

Kunci lainnya adalah pada hidup hemat agar mampu menyisihkan dana untuk investasi. Bersusah - susah dahulu, bersenang - senang kemudian .

Ya iyalah jangan sampai susah terus kapan senangnya .. hidup sekali bok! hidup kaya terus nggak senang, rakus n bakhil mait -- amit deh ..

Financial freedom ala Howard Schultz (pemilik Starbucks) juga demikian. Ia seorang jenius marketing (baru dijuluki jenius setelah sukses, sebelumnya malah dibilang GILA dan ditolak ratusan orang karena idenya) yang menjual secangkir kopi seharga puluhan ribu rupiah. Si jenius ini mampu megubah kopi yang awalnya adalah komoditas murah menjadi produk eksklusif dengan customer experience strategy. Ia juga pandai mendapatkan dana segar dengan Go Public, memanfaatkan media sebagai PR, membangun partnership dengan perusahaan global seperti PEPSI, dll. Hasilnya luar biasa. Dengan konsep duplikasi ia membuat kedai kopi pertamanya di tahun 1985 menjadi lebih dari 10 ribu kedai diseluruh dunia di tahun 2006. Dan terus menduplikasi sampai sekarang.. Ia lalu pensiun di tahun 2000, dan menggaji seorang mandor untuk mengurusi jaringan Starbucks-nya diseluruh dunia. Mandor tersebut, istilah kerennya CEO, bernama Orin C. Smith.

Ini terlepas dari dia itu yahudi penyokong Israel ini murni itung2an bisnis.

(Simak bagaimana kekuatan duplikasi bekerja pada Starbucks, dari 1 outlet menjadi ribuan outlet. Temukan di
http://www.starbucks.com/aboutus/timeline.asp )

Baik sang Tukang Becak maupun Schultz sama - sama mencapai financial freedom. Bedanya, yang satu kelas regional, sementara yang satunya adalah kelas dunia. Sementara itu, milyaran orang lainnya tidak pernah mencapai financial freedom dan sibuk bekerja sepanjang hidupnya.

Bila sang TUKANG BECAK tamatan SD mampu melakukannya, seorang tamatan S1 pasti bisa melakukannya dengan hasil 3 kali lipat lebih banyak. Mari kita ambil hikmahnya. Seandainya salah satu dari kita bisa memanfaatkan hikmah tersebut dengan TAKE ACTION, semoga financial freedom bisa tercapai dalam 5 tahun mendatang....
Wealth Management ala Kiyosaki


Sebenernya, buku - buku Kiyosaki sudah pernah saya (lagi pengen pake "saya" neh..) lahap bertahun - tahun lalu. Tapi hari ini, saya menemukan sebuah tulisan yang bagus banget dari Om Budi Rachmat. Tulisannya sih nggak rapi - rapi amat, tapi idenya bagus banget. Jadi pengen kilas balik lagi ajarannya Kiyosaki sembari evaluasi diri.
Setelah baca bukunya Kiyosaki dulu, yang ada di mindset saya adalah ;

1. Cukup punya rumah and kendaraan seadanya. Ga usah berlebihan yang malah bikin beban bagi pengeluaran. Kalo bisa, jangan "hidup mati" kita habis buat urusan ini, misalnya, jangan mencicil sampe 15 tahun untuk ngedapetin rumah n mobil. Sebaliknya, beli yang sesuai kemampuan kita untuk melunasinya dalam 3-5 tahun.

2. Setelah nomer satu tersebut diatas terpenuhi, mikir deh gimana caranya punya passive income dari aset (milik yang menghasilkan uang). Misal, bikin kontrakan, punya usaha, dll.

Nah, setelah baca tulisannya Om Budi Rachmat, rasanya saya jadi malu banget karena sudah terlalu sederhana dalam menangkap dan mengaplikasikan ajaran Kiyosaki, ala mindset saya diatas. Om Budi Rachmat ini, dalam tulisannya, mengupas habis ajaran Kiyosaki dengan bahasa yang sangat praktikal dan disertai pula dengan sharing mengenai bagaimana beliau mengaplikasi ajaran tersebut dalam kehidupan nyata. Berikut garis besar tulisan beliau ;
----
Apa sih yang diajarkan Kiyosaki?
A. Investasi harus ada tujuannya
Investasi yang benar harus jelas tujuannya, dimana tujuan ini spesifik dan ada batas waktunya. Tujuan dasarnya ya pastinya adalah kondisi Kaya. Kaya adalah apabila ; (passive income kita / pengeluaran kita) > 3
Apa tuh passive income? Yup, penghasilan ada yang passive dan active. Passive jika uang bekerja untuk kita alias kita ga kerja uang tetep masuk, sedang Active jika kita bekerja untuk uang alias kita ga kerja uang ga masuk. Kiyosaki menyebutnya penghasilan kuadran ESBI, yaitu Employee dan Self Employee untuk penghasilan Active Income, dan Business dan Investment untuk Passive Income.
Om Budi mengaplikasikan tujuan ini begini ;
Dalam 3 tahun, income / expenses > 3
Dalam 6 tahun, passive income / expenses > 3
Dalam 8 tahun, sustainabel passive income / expenses > 3
Nah, tujuan itu dikejar dengan menerapkan ajaran Kiyosaki berikutnya..

B. Melek Finansial , yang artinya kita harus paham bedanya asset dan liability. Asset adalah milik kita yang menghasilkan uang, sedangkan liability adalah milik kita yang menyita uang kita.
Ini artinya, rumah, mobil, bisnis yang masih coba - coba dan belum menghasilkan, apartemen dimana - mana tetapi tidak menghasilkan uang - sebenarnya adalah liability yang justru memperlambat upaya kita mencapai tujuan. Untuk bisa mencapai tujuan, kita harus memiliki asset, termasuk mengubah liability menjadi asset. Misal, apartemen itu disewakan dan mengusahakan bisnis yang sudah punya track record menguntungkan. Beda dengan beli tanah, walau sama - sama asset, tanah tidak menghasilkan uang yang mengalir (CASHFLOW) kecuali jika tanah itu disewakan. Tanah hanya memberikan kenaikan di masa YAD, jadi kita untung dari CAPITAL GAIN, bukan CASH FLOW. Nah, masalahnya, kenapa kita mengejar cashflow dan bukan capital gain? Jawabannya adalah karena kita harus mengumpulkan dana untuk terus membangun asset berikutnya, yang pada suatu titik, keseluruhan asset tersebut dapat menghasilkan income yang membuat kita bisa bermain di "kolam yang lebih besar" yang mengejar income dari CAPITAL GAIN. Detilnya ada di ajaran Kiyosaki berikutnya.
Pada prakteknya, Pak Budi berusaha mencapai tujuannya dengan memperbanyak asset dan mengubah liability-nya menjadi asset. Rincinya begini ;
Sebelumnya,
Asset = pekerjaan, deposito, reksadana
Liability = rumah, mobil, apartemen nganggur
Setelah menerapkan ajaran Kiyosaki
Asset = apartemen yang disewakan, usaha Alfamart, usaha Yogen crepes, dll
Liability = rumah, mobil
Beliau, dengan cerdiknya, memilih usaha Alfamart dengan membeli Alfamart yang dijual pemiliknya (take over), sehingga sudah jelas track record keuntungannya. Kenapa waralaba? Karena sistem hingga sumber dayanya sudah sangat jelas, dan pemilik tinggal meninjau sesekali. Dari segi risk management, ini tentunya langkah yang sangat taktikal dalam memastikan bahwa usaha tersebut dapat menjadi asset dan bukan liability. Dan dari segi kuadran ESBI, Pak Budi meninggalkan kuadran active income dan masuk ke kuadran passive income. Cerdik sekali mengingat banyak dari kita memiliki asset berupa usaha yang justru menyita waktu kita dan parahnya, sekali lagi, formulanya masih coba coba sehingga - peluang gagal dan berubahnya asset tersebut menjadi liability - terbuka lebih lebar.
Dengan satu alfamart, tujuan investasi beliau nomor #1 belum tercapai, sehingga beliau menambah 2 buah lagi toko Alfamartnya, masih dengan sistem take over. Lalu mungkin untuk menambah pemasukan serta memanfaatkan waktunya, beliau menambah usaha waralaba Yogen Crepes, dengan take over juga. Yogen Crepes modalnya lebih kecil, tapi masih membutuhkan pengawasan. Jadilah beliau self employer, dengan waktu kerja 10 jam perbulan. 10 jam, monthly, bo !!!

C. Time & Risk Management
Ini ajaran Kiyosaki berikutnya.. Intinya adalah, kita bisa mendapatkan income sebanyak banyaknya kalau kita pintar mengatur penggunaan waktu dan bermain resiko.
Semakin banyak asset yang menghasilkan tanpa kita terlibat penuh didalamnya, akan semakin banyak waktu kita untuk berkonsentrasi memilikirkan strategi kita berikutnya, dan tentunya, waktu kita untuk menikmati hidup. Antar anak istri kemana - mana, makan siang dirumah, nggak terjebak macet tiap hari..duh nikmatnya..
Semakin banyak asset yang rendah resiko gagalnya (gagal berarti berubah menjadi liability), makin cepat kita bisa mencapai tujuan investasi kita.
Dari ajaran ini, kita bisa mengerti kenapa kita harus buka toko sendiri kalau ada usaha yang kita nggak harus terlibat didalamnya tapi bisa jalan dengan baik, seperti waralaba Alfamart atau apalah?
Nah, apa dengan memperbanyak asset dan mengubah liability (kecuali keluarga, tentunya) menjadi asset, lalu kita selesai ? Jawabannya, ya tergantung tujuan kita. Kalau memang tujuannya adalah super rich, ini ajaran Kiyosaki untuk itu.

D. Tiga Kendaraan Investasi
Ini adalah trik (kalo versi Kiyosaki, trik = kendaraan) untuk membuat investasi kita makin bertambah..
Bangun asset berupa bisnis, tujuannya untuk mendapatkan cashflow. Tentu aja, cashflow ini juga membuat kita masuk ke status kaya (ingat, kaya-nya Kiyosaki adalah apabila, penghasilan passive > 3X expenses).
Setelah dapat cashflow dari bisnis, bangun asset berupa properti. Tujuannya selain mendapatkan cashflow, juga membantu kita dengan Leverage Power-nya. Apaan tuh Leverage Power? Maksudnya, properti itu bisa membuat kita mendapat uang pinjaman bank yang kemudian pinjaman itu kita belikan asset lain yang menghasilkan pemasukan yang lebih besar dari cicilan pinjaman ke bank. Sementara, properti yang diagunkan tadi, tetep bisa disewain untuk mendapatkan penghasilan (cashflow). Belum lagi, dijangka panjang, properti ini juga menghasilkan CAPITAL GAIN (bahasa sederhananya, properti ini harganya naik kalau mau dijual di masa YAD).
Setelah dapat cashflow dari bisnis dan properti, barulah kita masuk ke investasi di PAPER ASSET. Maksudnya adalah asset berupa index, option, obligasi, dll. Tujuannya bukan cash flow, tapi CAPITAL GAIN (pertambahan nilai), yang didapat setelah jangka panjang. Saya juga ndak ngerti banyak soal "barang - barang" ini, tapi nampaknya Kiyosaki menyarankan investasi ini di bagian terakhir karena untuk masuk ke bisnis ini dibutuhkan modal besar. Tapi jangan ditanya, gain-nya pun juga tidak sedikit. Untuk mendapatkan gain ini, kita harus pandai memilih, lalu sabar saat harganya up n down, karena sekali lagi, ini adalah permainan jangka panjang. Investasi inilah yang membuat yang kaya makin kaya, karena hanya si kaya yang bisa bermain disini sementara gainnya lebih besar dibanding investasi lain.
Nah, dari ulasan dan sharing-nya Pak Budi Rachmat mengenai ajaran Kiyosaki, pertanyaannya adalah ;

1. masih mau hidup boros n bergaya selamanya, padahal penghasilan cuma active income n ga seberapa pula? Atau mau hemat, bersusah susah dahulu, and menyusun strategi supaya punya passive income juga, yang pada akhirnya bisa membuat kita menikmati hidup dengan "gaya bebas" alias bersenang senang kemudian?

2. masih mau ngabisin gaji untuk rumah, mobil, yang makin banyak n lama malah makin butuh biaya perawatan? Atau cukup rumah n mobil sederhana, tapi mati - matian merintis asset yang makin banyak malah makin memberi kita pemasukan?

Lets think about those question. And decide than. Mungkin, kesannya koq hidup cuma ngejar "income" and "kaya". Well, nggak deh, selama kita bisa menyeimbangkan antara kehidupan duniawi dan persiapan akhirat. Dalam arti, saatnya kita mencari rejeki, ya ajaran ini sah - sah aja kan dipakai.. Toh selama jalannya yang halal, kekayaan juga menjadi salah satu nikmat dunia yang dijanjikan Allah. Mudah - mudahan, rejeki ini juga bisa bantu kita menjadi orang yang berguna dalam kehidupan kita di dunia, dan melakukan amalan - amalan yang diperintahkan Allah.. Membuat Allah mau sedikit mencintai kita.. Seperti kata A'a Gym, muslim yang berusaha (untuk jadi kaya) lebih baik dari muslim (miskin) yang tidak berusaha..

No comments: