Tuesday, December 23, 2008

Pak Haji yang bersyukur dan bersabar

CATATAN HAJI 2008


Akhir - akhir ini saya keranjingan membaca blog. Di dalam ranah dunia maya kita bisa dituntun ke alam jagad persilatan dunia blogger yang tak berujung. Sampailah penggembaraan jemari terenyuh membaca posting blog dari para blogger dan memutar waktu terasa lebih cepat. Banyak yang kita dapatkan dari ngeblog terutama sharing pengetahuan lintas ilmu yang sangat bermanfaat. Begitu juga komentar - komentarnya yang tidak kalah menariknya.



Alkisah kegiatan di atas membuat saya sendiri malas 'belajar menulis' di blog kesayangan ini. Apalagi sepulang haji pasti yang tersesat di blog ini menunggu oleh - oleh yang tidak berupa sajadah dan korma tapi sharing pengalaman yang layak dikisahkan. malah saya mengcopy paste dari blog yang kira - kira sangat bermanfaat. Mudah-mudahan ini bukan dinamakan pembajakan yang melanggar hukum. Mudah-mudahan para blogger legawa hasil karyanya disebarluaskan untuk manfaat yang lebih besar.

Perjalanan haji kali ini berangkat dari Doha pukul 11.00 pagi dengan menggunakan bus. Dua jam setelah menyusuri kemacetan kota Doha bus merapat di perbatasan. Inilah ujian kesabaran pertama bagi kita. Proses imigrasi dan bea cukai mengharuskan kita menunggu sampai 5-6 jam untuk bisa masuk di wilayah Saudi. Akhirnya tepat jam 18.00 waktu setempat bus beranjak dari perbatasan menuju Makkah Al Mukarramah.



Dalam perjalanan bus sering berhenti untuk keperluan sopir dan jamaah misalnya urasan perut dan toilet dan tentu saja shalat. Akhirul kata kita sampai di miqat kota Thaif pukul 10.00 pagi hari berikutnya. Di sini kita mandi dan memakai baju ihram untuk umrah. Setelah melafadkan niat umrah berjamaah sepanjang perjalanan Thaif - Makkah sepanjang 100-an km berkumandanglah kalimat talbiah. Labaik Allahuma Labaik ....... dan seterusnya. Reaksi jamaah dalam bus bermacam - macam. Mulai dari yang diam hingga yang bercucuran air mata. Selepas dhuhur kami sampai di Mekkah dan langsung menuju penginapan di wilayah Aziziah. Kami segera menuju kamar yang tersedia untuk menaruh barang - barang. Di sini kita diuji antri menggunakan lift. Setelah semua beres kita berangkat ke Haram untuk melakukan umrah dengan minibus yang disediakan hamlah (penyelenggara) haji di Makkah.



Sebagai orang yang tinggal di negara Arab dan pernah ke tanah haram sebelumnya, ritual haji kali ini adalah meluncur mulus dan datar - datar saja. Ka'bah bukan sesuatu pemandangan yang baru. Banyak jemaah haji berkaca-mata matanya sewaktu menyaksikan ka'bah pertama kali. Hal ini pula yang saya alami di tahun 1996 sewaktu masih bekerja di Kuwait. Di sini mental kita atau kesabaran kita mulai duji yang sebenarnya.



Mengantri masuk dan keluar Masjidil Haram, minum air zam - zam, berwudhu, ke toilet, antri makan di restoran adalah menjadi keharusan ritual sehari - hari. Begitu juga dengan ritual shalat, thawaf, sa'i yang berlangsung dikerumunan massa. Dengan jumlah jutaan orang berkumpul di tempat yang sama dengan melakukan kegiatan yang sama maka budaya antri sangat lazim.



Perjalanan haji adalah ritual napak tilas Nabi dan Rasul. Ini adalah ibadah fisik tepatnya ibadah jalan kaki. Setelah wukuf di padang Arafah bus masih bisa membawa jamaah menginap (mabit) di Muzdalifah. Ketika kita meninggalkan Muzdalifah selepas fajar menuju jamarat (lempar jumrah), ke haram untuk thawaf dan sa'i haji sepenuhnya mengandalkan kekuatan kaki sendiri. Alternatif bagi yang tidak kuat atau udzur adalah dengan menggunakan jasa kursi roda. Begitu juga dengan mabit di Mina dan melempar jumrah di hari Tasriq (tanggal 11, 12 Dulhijjah).



Perjalanan haji adalah perjalanan pengujian rasa syukur dan kesabaran. Kita sering berdesak-desakan dan terdesak. Belum lagi ulah orang - orang mukimin dan sopir taksi juga menguji kesabaran kita. Hanya rasa sabar dan janji Allah yang membuat kita tersenyum kepada para pendesak, sopir taksi dan mukimin.

Ketika kita bisa menyelesaikan rangkaian ibadah haji dengan selamat sebuah nikmat yang patut disyukuri. Kita menjadi yang sedikit menjadi tamu Allah di antara penduduk dunia ini. Banyak sekali di antara umat Rasulullah yang tidak pernah merasakan suasana keharuan dan nikmat dalam berhaji. Kelapangan rejeki dan kesehatan fisik adalah kunci menikmati perjalanan ini.

Sementara para jamaah yang sudah tua dan bersemangat adalah penyemangat kita yang muda - muda ini. Apapun yang terjadi di tanah suci bisa kembali merangkul anak - anak adalah nikmat selanjutnya. Kita seperti tentara yang pulang dari medan besar. Kita merasa menjadi pahlawan kerohanian bagi diri kita sendiri. Saudara, teman menyambut kita dengan suka cita.



Selepas haji setiap insan mempunyai pengalaman dan kesan religius masing masing. Pertanyaan selanjutnya adalah mampukah kita terus memelihara haji kita dengan mensyukuri segala nikmatnya dan sabar atas segala ujiannya. Semoga..............

Doha 23-12-08

No comments: